Setelah kejadian

51 10 1
                                    

Suara bising orang-orang terdengar dimana-mana. Para petugas medis kampus membantu beberapa orang yang dievakuasi. Beberapa mahasiswa pun mencari keberadaan sinyal dan menghubungi beberapa orang.

Sementara diujung aula kampus UNISBA, seorang gadis berpakaian pers sudah mulai tersadar dari pingsannya. Nathaya mengerjapkan mata walau masih terlihat buram. Badannya terasa remuk layaknya habis ditimpa seekor gajah. Kepalanya berat, dadanya masih terasa sesak namun tidak se-sesak tadi ketika di lapangan. Matanya yang buram sudah mulai mereda setelah berkali-kali mengedipkan matanya. Rasa di tenggorokan yang semula gatal sudah mulai membaik. Inilah efek dari gas air mata, ternyata semenyiksa ini. Pantas saja orang-orang mengamuk ketika melihat gas air mata dilemparkan.

Setelah sadar untuk beberapa menit, ia pun terduduk dan melihat sekeliling yang dipenuhi beberapa korban akibat gas air mata. Bahkan ada juga yang berdarah dan penuh luka lebam disekujur tubuh.

Nathaya hanya merinding ketika melihat suasana aula kampus UNISBA dipenuhi dengan korban luka termasuk dirinya.

"Kamal..." Gumamnya pelan.

Nathaya teringat Kamal setelah banyak hal yang terjadi. Ia pun merogoh saku celana, dan bersyukur ponselnya masih  didalam saku. Lantas ia mencari nomor Kamal, kemudian menghubunginya namun tak ada jawaban. Pada akhirnya Nathaya berusaha menghubungi lewat telepon biasa, namun tetap tak ada kabar. Saat ia sibuk dengan ponsel dan memberi kabar ke seluruh temannya yang menghubunginya. Baru saja teman dan keluarga sudah dihubungi, Daira mengehubungi dirinya.

"Halo NAT! GIMANA KABARNYA?? KATA NEVAN KAMU PINGSAN?? INI AKU TUH UDAH MAU DEKET KE KAMPUS UNISBA, UDAH PAKE ALMAMATER, TAPI DI DEPAN KAMPUS BANYAK BANGET POLISI!"

"Nevan?"

"Iya!! Kamu gimana keadaannya??-- ah bentar bentar aku sama Cakra sama Kevin lagi sembunyi,"

"Anjir itu polisi Dai!"

"Dah lah kita buka aja sih alamamaternya, bahaya..."

Cakra dan Kevin terdengar di sebrang sana sembari berdebat kecil melihat polisi berkeliaran.

Nathaya terdiam sejenak, ia melihat kanan kiri berusaha mencari sesosok Nevan namun tak ada satu batang hidung pun yang muncul.

"Aku baik-baik aja Dai, cuman masih sedikit sesak sama pusing, kamu sama yang lain ga usah kesini, aku usahain udah isya bakal keluar!"

"Belegug, ini udah jam sembilan tolol! Emak maneh nyariin, makannya aing kesini! Tapi banyak banget polisi," ucap Cakra.

"Iya kata aku juga ga usah kesini, udah nanti kalau udah reda paling pagi aku pulang. Kasih tau Mamah ya, please! Aku sekarang lagi kebingungan, misah sama Jidan, sama Kamal. Mereka gatau ada dimana,"

"Heh seriusan?!"suara Kevin mulai terdengar.

Sebenarnya situasi saat ini mereka bertiga masih panik dengan keberadaan polisi yang hampir dekat sementara mereka menelepon Nathaya dengan mode speaker. Panik akan tetapi Daira si mata elang menjaga sekitar melihat polisi agar tidak mendekat.

"Iya, mau nangis... tapi katanya ada Nevan, tapi Nevan ga disini!"

"Ga tau, tapi tadi dia ngabarin soal kamu aja, kayanya dia nyari Kamal sama Jidan?" Ucap Daira.

Nathaya bergeleng lemah, jujur sekarang dia semakin takut. Badannya bergetar, bahkan ia ingin meledakan tangisannya. Berkali-kali melihat sekeliling tapi tidak ada yang ia kenali. Hingga tiba-tiba pintu aula terbuka, ia melihat Adi dipenuhi luka lebam sedang digotong.

"Dai aku ga apa apa tapi bentar temen aku baru sampe, nanti aku hubungin lagi!"

Pipp

Nathaya berlari ke arah Adi, melihat keadaannya dan bertanya pada salah satu mahasiswa yang membawanya.

[Kumplit]  Di Balik Kamera Nevan. MINJU FT NCTDREAMWhere stories live. Discover now