Tentang Andira dan Nevan

60 8 1
                                    

Kalau waktu itu bukan karena hujan membasahi tubuh. Nevan juga tidak akan pernah melakukan hal tak senonoh dengan Andira di kosan.

Iya, waktu itu lebih tepatnya setelah jadian. Nevan menumpang untuk berteduh di kosan Andira. Awalnya memang tak ada niatan untuk melakukan apapun hanya untuk berteduh hingga hujan selesai.

Sesampai di kamar, Andira memilih untuk berada di dalam kosan bersama pacar barunya, Nevan.

Pada hari itu keduanya tak ada kelas sama sekali. Andira juga tak berniat untuk pulang karena masih ada sesuatu yang tidak ia sukai di rumahnya ditambah juga masuha da urusan untuk tugas akhirnya yang sudah selesai. Ya, Minimal ada adik lelakinya yang menjaga ibunya di rumah dari hantaman ayah kandung jika sesuatu itu terjadi hari ini.

Andira terlalu lelah dengan semua itu, bahkan bolehkah dia menjauh sebentar?

Di depan lemari besar ia menunduk sambil melihat ponsel berdering terus menerus disana. Dilihat nya kontak bernama Ayah itu, dan sudah jelas sang Ayah akan menyuruhnya pulang. Walau selalu kdrt dengan sang ibu, tapi Ayahnya sangat menyayangi anak pertamanya itu, sehingga berubah menjadi posesif. Katanya demi melindungi dirinya dari berbagai macam bahaya.

Bisa saja Andira berkata pada Ayah untuk tidak menyiksa ibu ketika capek kerja dan seluruh rencananya hampir gagal. Tapi tetap saja Ayah tak bisa mendengar soal hal itu, seperti ada dendam tersendiri.

Dengan gerakan lemas, Andira memlngambil handuk di lemari. Lalu Ia memberi handuk kepada Nevan dan juga sebuah baju milik abangnya.

"Ini ganti dulu,"

"Okay sebentar," Nevan pergi meninggalkan Andira yang duduk di kursi belajarnya.

Tak lama Nevan kembali dengan baju gantinya dan segera menjemur kemeja di tempat gantungan handuk. Ia duduk di kasur dan membaca sebuah chat disana, tidak lupa menghubungi para keluarga.

"Van, aku ada ide,"

Nevan mendongak, "Apaan tuh Yang?"

"Cara supaya di notis SK nya Pejuang Pers,"

"Gimana?"

"Tapi ini harus mengorbankan banyak hal sih termasuk harga diri kita,"

"Apa tuh?"

"Pa Santoso, alias rektor 3 kalian itu, sangat gila jabatan dan harga diri. Kalau ada hal yg merusak dan berbuat senonoh, pasti dia segera menyingkir dan melemah,"

Nevan mengkerutkan kening, "Lalu?"

Andira berdiri, ia melepas jaketnya dan Nevan bisa melihat tubuh polos itu terpampang nyata di depannya.

"Astagfirullah, Yang?!" Ucapnya sambil melebarkan mata.

"Hamilin aku!"

Nevan bergeleng cepat, "maksud kamu apaan sih? Ga ada ya kaya gituan," badanya bergetar.

"Van please," Andira mulai terisak, " aku capek, aku mau segera berakhir, aku udah muak liat ibu diperlakukan hal tak enak di keluarga Papa, aku udah muak Van.... ingin juga Papa berhenti berperilaku seperti itu,"

"Ya tapi ga gini!"

Nevan menutupi badan Andira dengan selimut. Lalu memegang pundak Andira.

"Gak gini sayang,"

"Van... ayo, aku tau kamu udah ada warisan juga kan van buat lanjutin bisnis papa kamu? Hidup kamu udah terjamin setelah lulus. Aku percaya sama kamu, ayo van!"

"Hey gak gak, bukan gitu caranya,"

"Van denger! Aku anak kesayangan Pa Santoso karena aku lahir pertama dan kakek juga percaya sama aku. Walau kdrt pun dia hanya lakuin ke ibu, ga pernah ke aku karena ada kakek, juga Papa memang percaya semuanya ke aku, pasti kalau tau anaknya hamil, apapun akan dilakukan demi aku, aku tau Papa ..."

[Kumplit]  Di Balik Kamera Nevan. MINJU FT NCTDREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang