Secangkir kopi Javiar

53 8 0
                                    

"Jadi ini susunan acara buat kedepannya, bikin kajian tentang hukum aja tapi masih berkaitan sama politik kebetulan kan 2024 nanti pemilihan presiden,"

"Tentang apa vin?"

"Gue sama Javiar rencanannya ambil tentang kepastian hukum soal tentara yang diangkat menjadi pejabat daerah,"

Kevin menghisap asap rokonya kemudian mematikannya di asbak dan membuang asapnya asal sembari menjelaskan di papan tulis, 

"Seperti yang kita ketahui kalau tentara tidak boleh menjabat apapun sebagai pemerintah kecuali sudah mengundurkan diri jadi anggota tni, tapi sayangnya anggota tni ini masih aktif. Jadi mempertanyakan hal itu juga sekalian belajar soal hukumnya apa aja," lanjutnya.

Kevin menjelaskan secara panjang lebar dan Nevan hanya mengangguk sembari menghisap batang rokoknya. Disebelah Nevan ada Javiar yang sedang memetik gitar, berusaha membetulkan nada di gitar tersebut. Di sebelah Javiar ada Kamal yang sibuk dengan laptopnya sembari mendengarkan penjelasan Kevin yang antusias dengan kajian tersebut.

Suasana serius itu sangat berbanding terbalik ketika di ruang redaksi. Ada Jidan, Regha dan Cakra yang ribut soal design poster open recruitment. Regha merasa kesal karena Cakra begitu lelet dalam hal merancang design posternya. Sementara Cakra malah mengajak adu mulut.

"Bego bukan gitu blok!"

Cakra mengkerutkan kening, "Dih si anjir, sia tau teu, ini minggir anjeng si tulisannya njing!"

"Bukan gitu blog, sini gera sama urang ah maneh mah teu bisa!" Ucap Regha.

"Anjir ga gak ini tugas aing!"

Sementara Jidan kebingungan dan tidak tau harus melakukan apa saja meluhat pertengkaran ini. Ia hanya melihat keduanya bertengkar. Andai ada Nathaya mungkin akan galak kepada mereka berdua.

"Apaan sih ribut bener!"

Jidan harus bersyukur karena Kamal datang. Kamal melihat mereka dan duduk di depan mereka sembari sibuk mengotak-atikan laptopnya karena mengingat Kamal sudah kerja sebagai mc dan sekarang ada bonus tambahan buat gambar grafik gedung pernikahan.

"Noh si Regha, so tau, udah di kasih tau itu minggir bilangnya ga bener,"

"Maneh sih lelet anjir,"

Kamal mengalihkan laptopnya dan menarik laptop milik Cakra. Melihat laptop mahal yang ditarik kasar oleh Kamal, membuat Jidan meringis ketakutan ada yang lecet.

"Mana sih ah, kaya maneh ga lelet aja Gha!"

"Woy?!" Regha tak terima, namun ia bungkam karena mengingatvfakt aitu benar adanya.

Waktu demi waktu. Hari demi hari. Liburan mereka dihabiskan oleh kesibukan mengurus kajian dan open recruitment. Satu minggu ini mereka habiskan mengurus Pejuang Pers untuk bangkit.

Nevan, Kamal, Cakra, dan Javiar memilih untuk tinggal di sekre mengurus kajian. Kevin kembali ke Bekasi terlebih dahulu. Regha dan Jidan menghadapi kesulitan dalam hal penyebaran poster. Sebenarnya, yang membuat situasi menjadi rumit adalah Regha karena dia terlalu cerewet dan sulit ditebak. Bahkan, Jidan merasa bingung karena harus mengikuti perintahnya yang kadang-kadang tidak masuk akal.

Masa poster ditempel di dekat WC?

"Biar keliatan,"

"Tapi Gha..."

Regha menunjuk Jidan, "diam!"

Segera Jidan tidak lagi berbicara dan hanya mengangguk, sementara ekspresi kebingungannya dapat terlihat dari cara dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari melihat poster yang benar benar terpampang di depan wc. Padahal seingat dia, Nevan menyuruhnya jangan di tempel sembarangan.

[Kumplit]  Di Balik Kamera Nevan. MINJU FT NCTDREAMWhere stories live. Discover now