Sendok Emas dan Centong Sayur

112 3 0
                                    

Merasa seperti dilahirkan kembali

Angin segar yang  dingin berhembus di tengah sinar matahari terik yang juga menghangatkan tubuh gue secara bersamaan

Embun kembali menetes dan kabut tipis di pagi hari membuat hutan ini menjadi seperti sebuah lukisan fantasi yang berhasil membuat pikiran tak terbatas ini mulai menuliskan skenario cerita khayalan yang bisa menggelitik hati

"Selesai?"

Gue mengangguk dan menutup buku kecil yang berisi data mengenai objek pengamatan yang udah kita amatiran lebih dari seminggu ini

"Pengamatan terakhir"

Bisik gue kepada Anggi sebelum kembali menundukkan tubuh dan memakai kembali teropong yang harganya lebih mahal dari UKT kuliah gue

Di sela waktu pengamatan, tiba-tiba pohon bergoyang dan menjatuhkan beberapa daun nya hingga mengganggu objek penelitian kita yang merupakan sebuah burung bersuara indah dengan bulu ekor yang berwarna kuning cerah

"Syut...jangan gerak-gerak gi"

"Ck, lo dulu ngapain elus-elus kaki gue?"

Gak habis fikri, gimana ceritanya gue elus-elus kaki dia padahal gue sendiri lagi berusaha buat menjaga keseimbangan diatas pohon setinggi 5 meter ini

Apa mau mati berjamaah gue sekurang kerjaan itu?

Gue gak menghiruakan Anggi dan kembali terfokus dengan objek pengamatan yang gak berada jauh di depan gue

"Isa, lo mau buat gue nyungsep apa, kalau gue jatoh liat aja gue bawa lo juga!"

Burung itu terbang karena suara Anggi yang tinggi, membuat gue yang kesel setengah mati membenarkan kembali duduk gue dan bersiap mengomeli Anggi

Tapi, baru aja gue menengok ke bawah, disana gue bisa melihat ular cokelat yang berukuran tak terlalu besar merayap dia atas kaki Anggi

"Angg...gi"

"Kenapa? Kok ekspresi lo sok nyerimin sih?"

Gue mulai memutar otak gue ketika berada di situasi ini, tapi tiba-tiba otak gue serasa kosong dan tanpa gue sadari Anggi menyadari keberadaan ular itu dan berteriak kencang hingga semua burung berterbangan

Bahkan ular yang awalnya berada di kaki Anggi langsung terjatuh dari pohon dan kabur entah kenapa

"Gi...udah! Tenang—"

Belum sempat gue menemukan Anggi yang masih ngereog di atas pohon, dan gak butuh waktu lama untuk kita berdua jatuh karena tubuh Anggi yang terus bergerak

Bruk!

Kali ini gue bener-bener merasa seluruh tubuh gue mulai mengilu, tapi yang paling penting...

Teropong seharga ukt 4 semester gue terselamatkan!

"Isa...lo masih idup?"

Dunia ini emang kadang suka terasa lucu ya, padahal Anggi yang berada di dahan pohon di bawah gue, tapi bisa-bisa nya gue yang malah jatuh duluan dengan dia yang menjadikan tubuh gue sebagai matras

"Menurut lo?"

Sindir gue yang malah mendapat cengiran dari Anggi

"Lo jangan mati dulu, nanti malah jadi kunti kalau lo jomblo"

Bisa bisanya si Kunti Bogel satu ini

Melihat langit yang mulai cerah, kayaknya hari ini kita bakal pulang terlambat

Bukan cuma hari ini, tapi selalu berhari-hari

Kapan sih gue gak pulang terlambat?

Seperti sebuah siklus kehidupan yang gak berujung, pergi dari rumah dekil-balik ke rumah makin dekil, jangan kan buat nyari jodoh-nyari makan aja gak ada waktu

(NEW!) Me and My Cool HusbandWhere stories live. Discover now