A/n: alternate ending untuk yang kemarin biar ga sedih terus ✌️
.
.
.
.
"Micchan.."
"Gomenne.. Haruka.."
"Micchan.. Yada... Yada! MICCHAN!"
Nafasku tercekat ketika dirimu menatapku lemah di atas bangsal itu, dengan selang oksigen dan beberapa perban yang menempel di sekujur tubuhmu. Alat deteksi detak jantung yang tiba mengeluarkan suara nyaring nan panjang itu, sukses membuatku panik dan membuatku segera menggenggam tanganmu dengan erat.
Micchan.. Tidak.. Jangan.. JANGAN!
"MICCHAN!"
Aku sontak terbangun begitu saja dengan peluh keringat yang membasahi dahi sampai leher ku. Mengerjapkan mata dan menyadarkan diri, kalau itu semua hanyalah mimpi mengerikan yang sangat tak ingin aku jumpai, baik dalam mimpi, ataupun kenyataan.
Tunggu.. Itu.. Beneran mimpi aja kan?
Kenapa aku jadi ragu-
Cklek
"Pasti mimpi buruk lagi,"
"Ehehe.."
Aku cengengesan saja dipergoki begitu oleh Micchan, yang pasti mendengarkan teriakan ku barusan. Orang yang aku mimpikan menghilang dari dunia ku. Dirinya menyembul dari balik pintu kamar dengan spatula di tangannya, dan celemek apron yang suka dia kenakan ketika memasak. Aku sudah tau kalau dia sekarang pasti sedang menyiapkan sarapan.
"Makanya jangan kebanyakan nonton dorama. Udah bangun bangun! Mentang mentang hari libur, bukan berarti tidur sampe siang ya!" Micchan memarahiku sambil menunjuk nunjuk ku dengan spatula miliknya.
Aku menguap sekali dan mengangguk malas. "He-eumm.. Ini aku bangun,"
"Jangan lupa kamarnya diberesin sekalian,"
Puas menyuruhku, dia keluar dan menutup pintu kamar. Aku menghela nafas panjang. Mengulet dan menggerakkan otot otot ku lalu beranjak dari kasur. Mulai membereskan kasur, dan melipat selimut, tak lupa menata bantal kembali di sisi kepala kasur.
Beberapa tahun berjalan sudah, perjalanan keluarga kecil ku dengan Micchan yang dipenuhi dengan senang, tangis, canda, duka sampai tawa. Tak apa asal bahagia nya lebih banyak!
Aku tidak pernah membayangkan seperti apa diriku sebelumnya dalam membangun rumah tangga. Yang aku ingat, aku hanyalah manusia biasa yang penuh dengan kekurangan. Berkali kali menghadapi cobaan hidup, mulai dari kegiatan sekolah yang melelahkan, pendidikan kuliah yang terlalu memberatkan, sampai di lingkungan kerja pun, aku sering diterpa amarah dari atasan karena kerjaan ku masih suka salah salah. Tapi semua itu seolah sirna, ketika aku menemui seorang gadis bernama Hiraoka Mitsuki.
Semenjak dirinya masuk ke dalam kehidupan ku, aku merasakan bahwa hidupku tak pernah sebahagia ini. Dia juga lah yang menjadi alasan agar aku terus hidup, dan menghadapi dunia yang begitu kejam ini. Tidak. Bukan hanya aku sendiri, tapi kini, aku juga punya Micchan. Mau badai sekencang apapun, aku akan tetap berdiri dengan lantang untuk menghadapi nya, bersama sama dengan Micchan.
Dia adalah matahari ku.
Setelah beres dengan kamar, aku mengenakan sendal hiu di sudut kamar ku dan berjalan keluar untuk menghampiri Micchan. Menuju dapur yang tak disekat dengan ruang tengah, aku pun menghampirinya dan duduk pada kursi makan yang menyatu dengan meja pantry.
YOU ARE READING
Hinatazaka Room
Short StoryHinatazaka room! Tempatnya chatroom anak anak Hinatazaka dan segudang oneshoot di dalam nya~ Truly yours, landak~