🍁Dua Puluh Sembilan | Ketakutan Nara🍁

35 5 104
                                    

Marvin mulai merasa kalau Cindy kali ini benar-benar menyebalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marvin mulai merasa kalau Cindy kali
ini benar-benar menyebalkan. "Jangan dikira karena waktu itu gue udah belain lo di depan Irgi, terus lo bisa seenaknya keluar-masuk kamar gue sesuka hati, ya. Semuanya nggak ada yang berubah. Gue tetep nggak suka kalo ada orang yang masuk kamar gue tanpa ijin. Lo tahu kan, gue paling nggak suka sama hal itu?"

Melihat tampang jutek Marvin, Cindy memanyunkan bibirnya sepanjang mungkin yang bisa dia lakukan. "Lo kan udah pernah tuh, bersikap sebagai adik yang baik dengan belain gue di depan Irgi. Nah, gue juga kepengen jadi kakak yang baik dengan dengerin curhat lo. Siapa tahu gue bisa bantu ngatasin masalah lo."

"..."

"Lo lagi ada masalah apa sih, sebenernya? Lagi berantem sama Nara?" Karena Marvin tidak mau cerita, Cindy hanya bisa menebak-nebak.

Tatapan kesal dan putus asa diarahkan Marvin ke Cindy. Sekarang Cindy lebih keras kepala daripada dulu. Perlakuan manis Marvin waktu itu sudah benar-benar membuat Cindy menempel terus padany. Ibaratnya sudah seperti amplop dan perangko.

"Jadi gimana? Masih tetep nggak mau cerita sama gue?" tantang Cindy yang tahu Marvin sudah mulai menyerah sekarang. "Gue udah denger semuanya lho, tadi pas lo ngomong sendiri di sini."

Marvin hanya menghela napas dan memijat-mijat pelipis wajahnya. Merasakan kepalanya yang pusing memikirkan Nara, lalu ditambah lagi Cindy yang cerewet sekali. Baru kali ini Marvin merasa kalau dia lebih baik melihat Cindy nangis tapi tidak mengganggunya, daripada Cindy yang ceria tapi membuat kepalanya pusing. Marvin pasti sudah gila sekarang karena punya pikiran seperti itu.

"Apa Nara bersikap aneh sama lo?"

"Dari mana lo tahu?"

"Kan gue denger tadi," jawab Cindy tenang. "Emangnya apa yang Nara lakuin sampe bikin lo stres kayak gini? Baru kali ini juga, gue lihat lo kayak gini gara-gara cewek?"

"Tau, ah. Pusing gue." Marvin capek memikirkan tentang Nara. Semua kebingungannya membuat kepalanya serasa mau meledak.

Cindy memutar otak, berpikir keras untuk mengutarakan pendapatnya tentang masalah ini. "Mungkin si Nara lagi PMS kali Vin, makanya dia tingkahnya aneh."

"Hah?" Marvin melongo tidak mengerti. Otaknya blank dengan ucapan Cindy ini. "PMS apaan, tuh?"

"PMS itu Premenstrual Syndrome," Cindy menjelaskan dengan sangat sabar. "Tiap bulan cewek pasti ngalamin itu, kok. Masa lo nggak tahu? Gimana sih lo, Vin? Nggak ada perhatiannya sama sekali sama pacar lo?"

"Eh, seperhatiannya gue sama pacar, kalo soal masalah begituan ya mana gue tahu?" Marvin kesal dikatain tidak perhatian sama pacar, padahal setahu dia selama ini dia sudah berusaha melakukan yang terbaik. "Orang biasanya juga nggak apa-apa, kok."

Cindy diam memandangi Marvin yang sedang kesal itu. Lalu dia tertawa geli melihat sikap Marvin yang menurutnya lucu ini. Tidak biasanya Marvin sesewot ini kalau lagi ngobrol sama orang lain.

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang