9. Assertion

393 46 10
                                    

ASSERTION


Kejadian di lorong sel minggu lalu belum pergi juga dari ingatan teratasnya. Tiap kali bayangan sosok itu mencekiknya melintas, lehernya terasa kembali dicengkeram. Terkadang ia bahkan sampai merasa kesulitan bernapas. Seyakin apapun ia dengan ketidakmungkinan kalau hal itu nyata, tetap saja hal itu membuatnya tidak bisa tidur setiap malam. Tetap saja hal itu membuatnya berpikiran, bahwa sosok itu muncul memang untuk membalas dendam padanya. 

Dia yang dihantui. Entah apakah Nathalia, Iksan, Arachi, atau orang lain juga dihantui. Namun, yang jelas ia dihantui dan sosok itu tidak main-main ketika mencekiknya seakan memang menginginkan dia mati. Kejadian itu, ditambah sekarang saat sosok mendiang kembali tertangkap penglihatannya di dalam kolam renang—di mana sosok itu juga menyelam seperti yang ia sendiri lakukan—lantas makin meyakinkan pemikirannya. 

Killian sempat tersentak saat pertama kali menyadari sosok itu menyamai posisinya di dalam kolam, tapi untungnya dia tidak terlalu kaget. Sepertinya, otaknya sudah berhasil merancang kewaspadaan untuk merespon hal-hal mengejutkan yang menyangkut mendiang makanya ia mulai merasa terbiasa dengan kemunculan sosok tersebut—yang selalu tiba-tiba—di tempat mana pun.

Tapi setelah itu—

Ia menyadari pemikirannya memang menjadi tidak lurus setelah mengingat cengkeraman mendiang di lehernya. Dan yang bermain di otaknya ketika kini ia menyadari mendiang bergerak mengikuti gerakannya adalah kemungkinan sewaktu-waktu mendiang akan menarik tubuhnya ke dasar kolam lalu menahannya di sana hingga dia kehabisan napas. Kalau mendiang mampu mencekiknya dan membuatnya merasakan sakit hingga kesulitan bernapas, tidak menutup kemungkinan mendiang juga dapat menenggelamkannya. 

Meskipun itu belum terjadi, ia sudah memikirkan—

Seandainya itu benar, entah kenapa dia merasa hanya memiliki pilihan untuk membiarkan itu—apapun yang sekarang diinginkan sosok itu—terjadi saja. Toh, setelah ia pikir lagi, ia juga tidak tahu apa yang ia inginkan untuk dirinya sendiri ke depannya.

Apa baru saja sesuatu menyentuh lengannya?

Kepalanya ia tolehkan—

Ia merasa semua sudah selesai dan berhenti di hari mendiang tewas. Yang tersisa cuma keinginan mendiang yang belum terwujud dan balasan untuk semua orang yang sudah membuat mendiang menderita hingga tewas dengan cara seperti itu—

Ervest memang ahlinya berenang, ini fakta yang tidak bisa dibantah. Tapi sejago-jagonya wanita itu berenang, dia belum pernah melihat—selama dua tahun mengenal wanita itu dan cukup kerap berenang bersamanya—wanita itu berenang dengan gaya punggung di dalam air tanpa menimbulkan riak sama sekali di bagian kakinya.

Maksud Killian, wanita itu hanya melayang di dalam air dengan tubuh rileks dan wajah serta pandangan yang terarah ke permukaan. Namun, seakan panggung pertunjukan didirikan di wajahnya—membuat seluruh fokus Killian hanya terarah ke sana. Sebab sinar matahari yang berhasil menembus permukaan air diteruskan dan dibelokkan hingga menyentuh kulit wajahnya yang pucat, kemudian seakan dipantulkan kembali ke air, sehingga terlihat seakan-akan sinar itu terpancar dari wajahnya. Sosok itu mengesankan. Dia secantik Ervest yang selalu membuatnya tak sadar sudah terlalu lama terpengarah padanya, tetapi jauh lebih mengesankan dari yang pernah ia perkirakan. Lalu ditambah sedikit senyum yang terlihat di ujung bibir wanita itu, akhirnya lengkap sudah alasan Killian untuk terpengarah padanya selamanya.

Seandainya, ia bisa membuat kejadian ini ... abadi.

Kalau sekarang ia terdengar sangat putus asa, memang sebagian kenyataannya seperti itu. Terkadang tanpa bisa ia kontrol, pemikirannya berjalan jauh ke depan. Lalu setelah ia sampai di sana, ia tidak melihat apapun untuknya. 

¡BONNY GHOST! #KILLER02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang