7. Assertion

374 44 20
                                    

ASSERTION

Sebenarnya, sudah sejak dua minggu yang lalu Killian memegang nama-nama di kepolisian yang mungkin bisa membantu mempermulus rencananya untuk mengeluarkan Rojovan dari sel. Hanya saja ia belum sempat menghubungi mereka semua karena minggu-minggu ini ia harus menggeser perhatiannya pada laporan adanya kemungkinan pencucian uang di ES Healthcare dan pada euforianya selama menjalankan rencana jebakan untuk Tierry. Jadi, permulaan rencana ini mau tak mau harus mundur.

Tapi setelah memikirkannya lagi, Killian sadari ternyata ia sendiri membenarkan keputusannya kemarin untuk mengesampingkan rencana ini sesaat. Meskipun alasannya karena di saat yang bersamaan urusan mendesak muncul, sekarang ia berpikiran bahwa seharusnya tidak masalah jika ia sengaja berlama-lama membiarkan pria itu mendekam di penjara dengan alasan karena dia sendiri menginginkan hal tersebut. Bajingan itu toh memang seharusnya diganjar. Dan toh hukuman penjara ini sama sekali bukan ganjaran yang seberapa kalau dibanding penderitaan dan trauma yang diterima korban-korbannya.

Jika sudah sampai memikirkan korban-korban si bajingan itu, terkadang Killian bisa berperang sendiri dengan moral dalam dirinya.   Jika sudah begitu, selanjutnya dia akan merasakan sedikit keraguan yang sebenarnya sedang tidak dia butuhkan saat ini. Jadi kalau pemikirannya mulai lari memikirkan bagaimana perasaan korban-korban pria itu jika tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini, ia memilih segera mengusir pemikiran itu. 

Dan sepertinya, ia punya alasan lain untuk tidak harus buru-buru dalam rencana ini. Karena toh pekerjaan 'orangnya' sendiri di kepolisian masih cukup untuk mengamankan Rojovan sementara waktu, sambil ia melancarkan rencananya yang lain.  

"Killian Siswodi-Aria. Ada kejadian apa lagi di luar sana sampai lo mau datang ke sini hari ini?" sambut pria yang baru saja ia sebut berengsek dan bajingan di kepalanya sendiri.

Rojovan Chesterio Salim. Kakak mendiang.

Killian menutup pintu sel di belakangnya dengan tetap menyorotkan pandangannya ke pada Rojovan yang duduk di satu-satunya kursi kayu yang berada di dalam sel tersebut. Sebuah meja ada di hadapannya. Pulpen dan buku yang ada di atasnya seakan memberitahu kalau lelaki itu sedang menuliskan sesuatu sesaat sebelum ia membuka pintu sel ini.

"Yang benar malah gue berharap banget ada kejadian luar biasa di sini," balasnya dengan seringai menghina.

Pria itu terlihat lebih kurus dari terakhir kali Killian melihatnya. Tampak menyedihkan di ruang yang hanya berukuran tiga kali tiga ini walaupun sudah sangat beruntung karena masih bertahan hidup sampai sekarang. Sel khusus ini memberi pelayanan yang terlalu layak untuk ukuran napi rapist dengan banyak korban sepertinya.

Tapi fasilitas ini memang pencegahan yang mau tidak mau Killian pilihkan. Seandainya, dia membiarkan saja lapas mengurus Rojovan tanpa campur tangannya, sudah tidak bisa dipastikan apa saat ini rapist itu masih hidup atau sudah jadi bangkai meringkuk di sudut sel dan tiap hari dikencingi napi-napi lain.

Killian menghela napas pura-pura kecewa. "Sayang banget belum ada napi yang nekat masuk ke sini buat bunuh lo, atau perkosa lo sampai lo gantung diri."

Tidak ada reaksi dari pria itu selama beberapa saat, kecuali senyum yang terulas manis tetapi mengerikan seakan terpatri di sana dengan penderitaan.

Dan kemungkinan memang benar begitu.

Pria ini sudah mengalami penyiksaan domestik sejak kecil. Lahir dari selingkuhan seorang suami yang memiliki istri gila. Lalu, sepeninggal ibunya di usia yang masih anak-anak harus tinggal serumah dengan sosok gila itu. Dirundung setiap hari... diperkosa.

Killian sedikit tahu cerita-cerita masa kecilnya, tapi sebenarnya dia sama sekali tidak merasa iba dengan pria ini. Mau dia tahu seberapa menderitanya pria ini sejak kecil pun—yang kerapnya ia tahu dari sedikit cerita mendiang Ervest—dia tetap tidak bisa peduli padanya. Mungkin karena keberengsekan pria ini sendiri dan kepongahannya yang memang mengganggu Killian sejak dulu.

¡BONNY GHOST! #KILLER02Where stories live. Discover now