📌 9. Sakit hati

2.3K 203 2
                                    

[Qaizz_ POV]

Pukul 08.30
Quality Room
🔖

Hari ini tak ada apel pagi seperti biasanya. Fey diajak Marko menuju ruang QA untuk melihat proses random check pada sepatu yang sudah jadi terbungkus box rapi.

"Lo gue tinggal disini, ikut mereka, perhatiin gimana cara ngecek sepatu yang bener"
.
.
.
.
.
"May, gue titip Fernand ya, ajarin dia caranya gimana" ujar Marko pada wanita yang sedang membolak balik sepasang sepatu dengan gerakan berpola yang rapi. Mirip seperti yang Gerald lakukan tempo hari.

"Sini Fer, lo liatin gue, sarung tangan lo pake"

Fey memakai sarung tangannya dan mengambil sepasang sepatu, mulai mengikuti gerakan yang dilakukan May.

"Jadi lo harus liat, kedua sisi sama, pastiin jaitan rapi, bagian sole nya bersih, kalau ada nemu kotor gini lo lap pake tinner, warna juga harus sesuai. Bla bla bla....." jelas May panjang lebar sambil menunjukan caranya.

"Lo baru di QC ? Apa gimana ? Kenapa pake kemeja sama dasi ?" Tanya May basa-basi.

"Oh nggak, gue asisten Pak Gerald mbak"

"Lah ? Ngapain lo disini ?" May terlihat bingung.

"Gak tau sih, tapi Marko nyuruh gue disini biar gue tau cara kerja kalian" ujar Fey sambil tersenyum.

"Pake duit berapa lo masuk sini ?" Suara May mulai naik.

"Maksudnya mbak ? Gue lamar biasa aja kok pake interview" sanggah Fey merasa sedikit tersinggung.

"Heran gue, bocah kayak lo bisa enteng aja masuk langsung diposisi ini, bukannya kalau jadi assisten Pak Geraldy harus yang udah punya pengalaman ya ? Setahu gue dia picky, mana mungkin bisa nerima bocah gak ada pengalaman kayak lo" Sindir May padanya.

Fey tak menjawab, jujur saja dia tidak tau. Sejauh ini ia hanya masuk kerja sesuai permintaan bu Sonia. Tapi jika dirunut ulang, memang agak janggal. Karena kebanyakan tugasnya menyangkut seluruh proses produksi di pabrik ini. Wajar saja jika aturan kerja mengharuskan asisten Pak Gerald tahu dan berpengalaman. Tidak seperti dirinya. Jangankan berpengalaman di pabrik sepatu, dimanapun dia belum pernah bekerja sama sekali.

May yang tadinya ramah dengannya jadi bersikap ketus, seolah tak terima dengan jawaban Fey yang benar-benar tak memakai uang sepeserpun untuk berada di posisinya sekarang.

Jika dilihat dari gaji, memang terhitung besar. 8jt ia terima bersih, masih belum termasuk lemburan dan bonus lainnya yang konon bisa sampai 2 digit. Itu kenapa Fey tak pikir panjang ketika ditawari untuk masuk bekerja diposisi ini. Karena yang ia tau, seorang Admin gudang hanya mendapat gaji UMR saja di tambah bonus lembur. Itupun tidak lebih banyak dari setengah gaji yang ia terima untuk posisi sekarang.

Namun Fey anggap ini adalah rejekinya. Bisa saja karena status urgent untuk posisi asisten yang kosong, dia yang terpilih. Fey tak mau ambil pusing dengan cibiran yang ia dengar dari karyawan lain disekitarnya. Mereka mulai berbisik mendengar pembicaraan antara dirinya dan May.

****

Pukul 11.45
🔖

"Fer, lo disuruh balik ke kantor sama Marko" ucap May setelah menutup panggilan telfon diruang Quality

"Iya mbak, makasih ya" Fey membereskan wadah cairan tinner yang ia gunakan sedari tadi untuk menghapus noda pada sole sepatu. Membuka sarung latexnya dan mencuci tangan di toilet sekitar.

****

".... aneh banget gak sih lo" suara seorang wanita terdengar dipintu toilet cewek persis di sebelah. Fey yang tak menghiraukan akhirnya penasaran ingin dengar begitu namanya disebut.

MY BOSSWhere stories live. Discover now