4. The Urge

4.1K 486 72
                                    

"Boleh tolong masukin alamat lo?" ucap Mark setelah mereka berdua sudah berada di dalam mobil sambil memberikan ponselnya pada Haechan, dan tanpa protes Haechan pun mengambil ponsel Mark dan mulai mengetikan alamatnya dan mengembalikan ponsel tersebut kembali.

"Oh searah sama gue, tower mana?" tanya Mark setelah melihat bahwa alamat Haechan ada di salah satu apartemen di bilangan Jakarta yang kebetulan searah dengan rumah milik Mark.

"itu titiknya udah di lobi tower gue kok" ucap Haechan lemas dan mark pun mengangguk.

Merasa tak enak dan iba dengan Haechan yang terlihat lemas, Mark pun kembali membuka suaranya, "Tidur aja chan gapapa rebahan kalau emang ga enak. Nanti kalau udah sampai gue bangunin."

Dan dipersilahkan oleh si pemilik mobil, haechan pun tanpa sungkan merubah kemiringan kursinya dan membuat dirinya kini lebih terlentang. Paling tidak posisi ini membuat sakit di perutnya agak sedikit berkurang.

Mark yang melihat haechan sudah mulai menyamankan diri pun bergegas menyalakan mobilnya dan memastikan bahwa ac di mobil miliknya tak terlalu dingin.

"Dingin gak? Atau segini aman?" tanya Mark sambil melambaikan tangannya ke arah AC di depan Haechan, untuk memastikan Haechan tidak tersemprot secara langsung. Dan Haechan yang ditanya pun menggeleng dengan mata yang mulai terpejam.

Setelah usai dengan agenda memastikan Haechan agar tidak kedinginan, Mark baru menyadari bahwa haechan belum memasang seatbeltnya. Dan tak mau mengganggu Haechan yang sudah mulai terpejam, dengan inisiatifnya sendiri, Mark mendekat ke arah Haechan dan tangannya menggapai seatbelt di sisi Haechan.

Haechan belum terlelap, dan dia dapat merasakan bahwa tubuh Mark kini berada di atas tubuhnya, seolah-olah ingin menggapai sesuatu di sisi kiri Haechan. Dan Haechan tau bahwa Mark mencoba meraih seatbelt.

Jika ini hari biasa dimana dirinya selalu menganggap Mark adalah musuh bebuyutan, Haechan mungkin akan mendorong Mark sejauh mungkin dengan memberikan tatapan membunuh kepada lelaki di sampingnya. Tapi tidak untuk hari ini. Haechan membiarkan mark melakukan apapun yang mark mau, selama hal yang mark lakukan dapat menguntungkan haechan. Ya haechan terlalu malas untuk memasang seatbeltnya, dan dia juga tidak mau berkendara tanpa seatbelt. Jadi ia akan biarkan Mark melakukannya untuk dirinya hari ini.

Hampir 30 detik berlalu setelah haechan mendengar bunyi klik pertanda seatbeltnya sudah terpasang, namun haechan masih dapat merasakan keberadaan sosok mark saat ini di dekatnya. Meski tak sedekat sebelumnya saat mark meraih seatbelt, haechan tetap dapat merasakan mark berada terlalu dekat dan dirinya seakan-akan sedang diamati.

"Stop looking at me mark. Can we go now?" ucap haechan dengan mata yang masih terpejam

Dan mendengar ucapan haechan, mark pun langsung terbatuk, dan dengan cepat memundurkan dirinya dan mulai menancapkan gas meninggalkan parkiran kantor haechan.

***

Butuh 45 menit perjalanan sampai akhirnya mark tiba di titik yang diarahkan oleh mapnya. Dan haechan, di sebelahnnya, nampak masih tertidur dengan pulas.

Merasa tak enak membangunkan Haechan, mark pun memilih untuk mengarahkan mobilnya ke parkiran apartment haechan, alih-alih berhenti di depan lobi, dan berencana untuk memberikan haechan waktu lebih untuk tertidur.

Ya mark berencana akan menunggu haechan sampai ia terbangun dengan sendirinya. Dan mark, akan dengan sabar menikmati pemandangan haechan yang terlelap dari kursi kemudinya.

Pemandangan yang mungkin, sepanjang Mark mengenal Haechan, baru pertama kalinya ia lihat Haechan dengan wajah setenang ini. Tak seperti wajah yang biasanya Haechan sajikan bila sedang di sekitar Mark. Wajah siap perang yang seakan-akan ingin membunuh Mark dengan pandangannya.

A Long Lost Enemy (Markhyuck)Where stories live. Discover now