Chapter 3 : Tuduhan

26 3 2
                                    

"Bodoh!"

Hei Suzhen bersujud di lantai, menangkupkan kedua tangannya. "Guru, ini salahku. Aku pantas diberi hukuman."

Dari tempatnya berdiri, Mo Lushe menyibak rok hanfunya yang berwarna merah dengan lapisan sutra berwarna hitam dan berjalan menghampiri Hei Suzhen. Ia menatap anak murid yang selalu membanggakan dirinya itu lalu menampar Hei Suzhen.

"Lalu kenapa kau tidak ikut jatuh ke Laut Awan saja, Xiao Hei? Kau jelas-jelas bilang tidak akan membelot, kan? Atau kau juga tahu soal masalah ini dan malah membiarkan kakakmu pergi begitu saja dari sini?"

Hei Suzhen berlutut dan meletakkan kepalanya ke lantai. Memohon ampun. "Guru, aku tidak berani! Aku sungguh tidak tahu masalah kakak. Jika hal ini tidak membuatmu puas, maka kau bisa menghukumku. Kau bisa membawaku ke Gua Penyiksaan dan—"

"Dan membunuhmu?" ucapan Mo Lushe berubah pelan dan dingin. Hei Suzhen mengangkat kepala dan menatap Gurunya.

"Jika itu... membuatmu puas, maka aku rela."

"Anak bodoh."

Mo Lushe menggunakan kekuatannya untuk membuat Hei Suzhen bangkit dan berdiri tegak. Sambil berjalan ke singgasananya, aula Istana Hei masih tersisa bekas-bekas pertempuran Liang Lu dengan Bai Suzhen. Di samping kanan dan kiri kursi batu tempat Mo Lushe duduk sekarang, terdapat dua lilin berwarna merah berpendar temaram.

"Guru—"

"Biarkan saja dulu. Dengan begini, aku bisa memastikan kalau kata-katanya benar dan ia tidak berkhianat. Jika dia benar-benar dipihakku, maka kesempatan untuk turun ke Langit dan memanfaatkannya untuk menyerang Dewa Shanqi malah lebih bagus."

Sejak menyaksikan kakaknya jatuh ke Laut Awan, ada beberapa kemungkinan Bai Suzhen bisa selamat. Pertama, soal energi cahaya yang bisa saja melindunginya seperti yang energi itu lakukan ketika Bai Suzhen melawan Liang Lu. Meskipun kultivasi energi iblisnya tidak sehebat yang lain, tapi dengan teknik-teknik dasar, seharusnya Bai Suzhen bisa selamat.

Dunia ini dibagi empat lapis. Lapis pertama adalah Langit Suci. Tempat dua dewa suci berada. Tempat paling sulit dijamah. Lapis kedua adalah Dunia Immortal, tempat Tanah Iblis dan Tanah Cahaya berada, lapis ketiga adalah Langit Giok. Perbatasan paling besar untuk memisahkan dunia immortal dan dunia mortal. Langit dijaga oleh Istana Giok yang dikelilingi banyak dewa cahaya. Sementara lapis keempat adalah dunia mortal. Tempat para makhluk fana tinggal, sekaligus tempat energi hitam banyak berkumpul.

Kemungkinan Bai Suzhen jatuh ke Langit Giok. Hei Suzhen berpikir paling-paling kakaknya itu ditangkap di Istana Giok dan dipenjara di sana. Sebenarnya ia sedikit memikirkan rencana untuk menyelamatkannya. Terlebih Pusaka Iblis masih belum dicabut. Kekhawatiran kalau kakaknya akan membelot sesekali membuat Hei Suzhen ragu.

"Tapi Guru, kenapa kau mau mencabut Pusaka Iblisnya? Bukankah kalau kakak kehilangan pusaka itu dia tetap saja memiliki energi cahaya?" tanya Hei Suzhen.

Mo Lushe menjawab datar. "Kau tahu apa soal energi cahaya? Energi cahaya dalam darahnya seharusnya sudah menyatu dengan Pusaka Iblis. Mereka sudah menjadi satu kesatuan dan berpusat di Pusaka Iblis. Jika aku mencabut Pusaka Iblis itu maka energi cahaya akan sama-sama menghilang dari tubuhnya. Sementara itu aku bisa menggunakan Pusaka Iblis untuk menetralisir energi cahaya dan mencari celah untuk menyerang Shanqi."

"Jadi begitu, ya? Tapi, energi cahaya dalam darah kakak melawan energi kita. Guru, jika kakak dibiarkan berkeliaran, bukankah akan banyak yang mau menangkapnya?"

Mo Lushe terdiam sejenak. Wanita itu nampak berpikir.

"Kalau ditangkap juga paling-paling dia akan dipenjara. Pusaka Iblis malah akan aman dan sementara kita memikirkan cara untuk mencarinya, aku harus lebih dulu memikirkan perang terhadap Shanqi."

Romance Between the White Snake and the PrinceWhere stories live. Discover now