Chapter 54: Segel Air dan Pusaka Iblis

7 3 0
                                    

Perang tidak pernah usai. Langit Tanah Cahaya dan Tanah Iblis bergema, menyerukan serangan tak kunjung berhenti. Siapa yang bertarung, siapa yang kalah dan menang, tidak ada yang pernah tahu. Kalau dihitung, ini sudah tiga hari lebih. Selama tiga hari ini juga, tidak ada kabar yang bisa didapatkan oleh siapapun bahkan hudie.

Dewa Shutian baru masuk dari aula depan ke ruang kamar Kaisar Yu Huang yang duduk dengan posisi bersila sambil memejamkan mata. Di belakangnya, Denglai sedang mentransfer energi murni untuk memulihkan tenaganya. Serangan Mo Lushe melalui Hei Suzhen bak dua iblis yang berkekuatan besar menyerang menjadi satu. Cukup memakan banyak waktu bagi seorang manusia setengah dewa untuk memulihkan tenaga.

"Kabar buruk dari Lei Hexia." Shutian menyela di tengah proses transfer energi itu. Kaisar Yu Huang mendelik kecil dari posisinya. Shutian bersujud, memberi hormat.

"Dia bilang segel air tempat beberapa manusia bertahan hancur."

Yu Huang dan Denglai sama-sama terkesiap.

"Bagaimana bisa hancur?" seru Denglai panik. Matanya menunjukkan kekhawatiran hebat. Sementara sang kaisar sendiri seperti kehilangan harapan.

"Hei Suzhen," geram Shutian setengah putus asa.

"Dia lagi," bisik Denglai dengan nada penuh dendam.

Kaisar Yu Huang mengangkat tangannya, menyuruh Denglai berhenti. Ia berbalik dan duduk di tepi kasur selagi Denglai turun dan berdiri di depannya.

"Ini semua salahku. Aku yang membiarkan Hei Suzhen keluar dari dunia immortal dan menghancurkan portal Dunia Mortal. Aku juga yang terlalu lemah—"

"Yang Mulia, bukankah sudah kubilang kau memang bukan lawannya. Jika itu berhubungan dengan Mo Lushe, maka tidak perlu menyalahkan diri sendiri lagi. Kau cukup di sini dan tenangkan pikiranmu. Kita semua pasti menemukan cara—"

"Tidak," putus Kaisar Yu Huang sambil berjalan ke jendela kamar. Ia mendongak, melihat langit di atas yang sesekali berkilat merah dan hitam. Asap menggulung-gulung, energi besar menekan ke bawah, membuat jantung Yu Huang seolah tertekan asap yang pekat. Membuatnya sedikit sulit bernapas.

"Dua hari lagi, Dunia Mortal akan hancur. Xuxian..."

Denglai berdiri, dengan ucapannya yang lantang memotong seluruh pemikiran sang kaisar. "Xuxian masih hidup! Dia ada di segel air itu. Dia tidak mungkin mati."

"Keadaannya berbeda!" Kaisar menoleh marah ke arah Denglai. Matanya menyala hijau, napasnya memburu dan tangannya mengepal. Di matanya, ada banyak bentuk emosi yang bergulat. Bentuk emosi itulah yang sama persis seperti ketika dirinya kehilangan sang istri.

"Jika dua hari lagi tidak ada yang menghentikan hujan api itu, maka semuanya akan selesai."

Shutian berlutut, memberi penghormatan. "Maafkan aku, tapi Yang Mulia, jika ini semua selesai, apakah tidak akan ada harapan dari Dewa Shanqi untuk memenangkan ini?"

Yu Huang melirik dengan ekor mata. Hatinya seolah diguyur rasa bersalah. Tapi tidak ada yang bisa dia utarakan lagi selain keheningan.

"Aku memberikanmu kesempatan, tapi jika Xuxian tidak berhasil menempuh kultivasi setiap tahunnya seperti aku, maka sia-sialah semua. Tidak ada lagi harapan bagiku untuk memenangkan perang jika seandainya Mo Lushe datang."

Kata Shanqi dua puluh lima tahun yang lalu di depan Yu Huang yang menggendong bayi Xuxian yang mati.

*

Energi besar berputar di sekeliling tubuh keduanya.

Xuxian dan Bai Suzhen masih duduk berhadapan, saling menekan dan menyambut datangnya energi. Bulir-bulir keringat memenuhi dahi mereka. Sudah tiga hari mereka dalam posisi ini. Sudah tiga hari pula mereka tidak mengetahui keadaan di luar. Pusaran energi semakin besar karena Bai Suzhen masih belum bisa menarik energi yang Xuxian keluarkan di tangannya untuk masuk ke dalam jantung. Mengandalkan satu sisi energi tipis seperti menangkap angin.

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang