"JANGAN libatkan aku dengan cerita apapun," Lévanter menatap tajam kami. "Tanggung jawab sendiri pada dewan!"Harry protes. "Gak adil! Kekacauan ini bukan keputusanku."
"Kau yang merangkul pinggangnya untuk melewati portal!"
Harry terdiam. Bahkan hingga beberapa detik Lévanter beranjak pergi hingga mengabur sepenuhnya. Aku menunduk. Enggan mengajak berbicara duluan.
Terdengar helaan nafas. "Mengherankan kenapa mereka belum punah," gerutunya sambil melangkah.
Aku tersenyum geli dan mengikuti di belakang.
Tempat kami berpijak agak berbeda dengan kota Hera letak Alivory. Penduduk di sini lebih ramai dan lebih aktif. Di sepanjang jalan beberapa wanita berjalan bersama sambil membawa kendi dengan telekinesis. Kendi itu melayang-layang di udara selagi pengendali tertawa membicarakan sesuatu.
Beberapa pemuda yang lebih tua dari kami melintas dengan pedang. Keringat mereka bercucur dan bau badannya menyengat. Mungkin mereka baru selesai latihan bertarung.
Aku sempat melihat seseorang burung yang cukup besar warnanya menarik sekali. Terbang melintasi udara dan menghilang di antara rumah-rumah warga.
Suhu disini lebih hangat ketimbang di Kota Hera. Cahaya matahari menyinari seolah-olah tidak ada sudut kota yang tidak terkena sinar matahari. Barulah aku sadar kemungkinan besar lokasi kami saat ini adalah kota Soleil. Bagian timur Letopeia.
"Aku gak mau berjalan sampai ke Aelivory,"
Kami mampir di salah satu penjual makanan di pinggir jalan. Harry membeli beberapa dan membayar dengan mata uang Letopeia. "Siapa bilang kita bakal jalan?" balasnya sebelum memberikanku roti.
"Kau punya kendaraan?" tanyaku. Aku mengambil gigitan pertama pada rotiku. Awalnya kukira roti ini hambar, ternyata lumayan enak.Harry berlagak berpikir. Ketika dia melakukannya, raut wajahnya fokus dan pupil matanya tidak berkelana jahil. Sesaat ada kesan berkarisma padanya.
"Kita akan memastikannya."
Harry membawaku kembali berjalan masuk lewat jalan sempit di antara perumahan. Kami berjalan menjauh dari pusat kota. Seterusnya rumah-rumah mulai jarang dan hewan-hewan liar menemani perjalanan kami.
Pepohonan tinggi berdiri di samping kanan dan ditengah sepetak jalan bebatuan menuju rumah berwarna hitam. Pepohonan itu rindang. Akan tetapi di belakang rumah tersebut satu pohon besar yang sudah mati, dengan dedaunan tidak tersisa masih berdiri tegak. Lebih tinggi dari pepohonan yang menyambut kami. Menciptakan kesan yang aneh.
Butuh waktu beberapa detik bagiku untuk menyadari sosok wanita muda berdiri tidak jauh dari rumah itu. Rambutnya panjang dan dikucir. Iya menggunakan mantel cokelat panjang dibalik kaus oblong dan rok panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIS MAXWELL : Prison Of Night
Fantasy#Seri kedua Elis Maxwell -------------------------- Di musim semi ini, seharusnya tahun kedua di Aelivory dimulai. Tapi Elis Maxwell masih belum menerima kabar dari Letopeia. Kedua sahabatnya, Celine dan Malvia menghilang. Setelah surat yang ia teri...