7. Tidak Pernah Adil Untuk Mahesa

15 3 0
                                    

HAI HAI HAI

AKU UP LAGI 👀❤️

ABSEN KALIAN BACA PAGI, SIANG, ATAU SORE?

___ooOoo___

"Kamu serius gak papa?"

Denio menggeleng, saat pertanyaan itu keluar dari mulut ayahnya.

"Kamu itu masih bocil nio. Jadi gak boleh bawa motor."

Denio merasa tidak terima, karena dikatakan anak kecil. Cowok itu langsung menatap ayahnya dengan kesal. "Enak aja, nio udah pinter bawa motor. Papah mau balapan sama nio, biar bisa buktiin?"

Pria paruh baya dengan kulit putih bersih, hidung mancung, berkumis tipis itu terkekeh pelan melihat anak tunggalnya yang menggemaskan. "Kamu lupa, kalo papah itu ketua geng motor? Gak salah, ngajak balap motor?"

"Siapa takut? Emangnya kenapa, kalo ketua geng motor?!" Balas denio begitu berani.

"Iya deh, iya, papah percaya," ucap hendrawan akhirnya. Berdebat dengan denio, tidak akan ada habisnya. Anak manjanya itu memang sangat keras kepala.

"Bentar lagi, jabatan papah juga bakal nio ambil," ucap denio dengan wajah sombongnya.

"Harus bertanggungjawab dulu, baru papah yakin buat memberikan posisi ketua sama kamu."

"Nio bakal bertanggungjawab. Bahkan, nio rela mengorbankan nyawa nio buat ruviser," ucap denio penuh keyakinan.

Ruviser merupakan nama geng motor yang hendrawan pimpin selama delapan tahun lamanya ini. Sebuah club motor dengan anggota 90 orang. Nama ruviser sudah sangat terkenal di kalangan kota Jakarta.

Hendrawan tersenyum manis, melihat anaknya yang mulai lebih dewasa jika dalam keadaan serius seperti ini.

Beberapa saat kemudian, hendrawan pun kembali pada topik awalnya. "Terus gimana, keadaan orang yang kamu tabrak?"

"Dia gak papa kok. Cuman kakinya aja yang berdarah."

"Yaampun nio." Hendrawan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. "Harusnya kamu minta alamat dia, biar papah datang dan minta maaf langsung. Gimana kalo keluarganya nuntut?"

"Dia gak kenapa-napa pah. Orang nio liat, kakinya cuma luka dikit doang. Lagian nio udah kasih nomor hp nio sama dia. Jadi kalo butuh apa-apa, suruh nelpon."

"Tetep aja, nio. Kalo kita udah minta maaf sama keluarganya, kan udah tenang."

"Biarin aja lah. Lagian salahin aja motor butut papah itu. Gara-gara dia, nio jadi nabrak orang, terus nyungsruk juga," kesal denio mengeluarkan perasaan jengkelnya.

Baru saja hendrawan akan menjawab, namun sudah terserobot oleh suara denio lagi.

"Papah kenapa sih, gak jual aja tuh motor? Udah butut dan jelek juga. Uang papah kan banyak. Mau beli seratus motor juga bisa," ujar denio tak habis pikir dengan pemikiran ayahnya itu.

"Enak aja kamu bilang. Motor itu tuh banyak kenangannya, yang gak bisa tergantikan sama apapun."

"Iya, sampai mamah aja diduain," sindir denio.

MAHESAWhere stories live. Discover now