27

52 5 0
                                    

YES TAMAT!!!!!!

Aku baru aja selesain cerita ini.

Fyi, cerita ini bakal panjaaaaaaaaang bangetttttt.

Semoga kuat sampai akhir wkwkwkwkwkkwkwkwkwk.

Kenapa panjang? Ya tau sendiri kan, ada banyak banget karakter di cerita ini huehehe.

ENJOYYYY!!!!!!

***

Keadaan genting terjadi di kamar Minho. Sudah bisa ditebak bukan? Ya, anak itu keadaannya terus menurun setelah apa yang Hyunjin lakukan. Ada beberapa pelayan disana. Hanya ada Rafleen yang menangani Minho. Rafleen satu-satunya yang berjuang untuk mempertahankan Minho.

Sudah beberapa lama, tidak ada siapapun yang datang. Biasanya Arina adalah orang pertama yang menghampiri Minho untuk memastikan keadaannya. Tapi Arina tidak kunjung terlihat.

Hanya Rafleen disana dengan perasaan kalutnya. Ia diberi tahu oleh salah satu pengawal yang berjaga di sekitar kamar Minho beberapa waktu yang lalu. Mendapati anak itu sudah tidak sadarkan diri. Wajah yang selalu pucat itu terlihat semakin pucat. Rafleen mendapati darah di sekitar bibir putra mahkota, juga sedikit lebam di lehernya.

Rafleen hampir tidak merasakan napasnya. Tangan Rafleen berkali-kali memeriksa detak jantung Minho. Sungguh Rafleen takut pusat kehidupan Minho berhenti berkerja.

"Rafleen."

"Tolong aku, Winaa."

"Apa?"

"Tolong pastikan denyutnya terus bekerja. Aku akan membuat ramuan untuknya."

"Aku bisa," Winaa menggantikan posisi suaminya. Tangannya ia bawa untuk merasakan denyut nadi pada pergelangan tangan Minho. "Aku tidak bisa merasakannya," Winaa mengatakannya dengan bergetar.

"Coba tenang. Rasakan itu dengan teliti, memang sangat pelan."

Winaa melakukan apa yang Rafleen katakan. Ia akhirnya bisa merasakan denyutnya yang hampir tidak terasa. Sementara itu Rafleen menghampiri satu putrinya yang membawa beberapa tumbuhan yang bisa digunakan untuk obat.

"Bisa bantu ibu mengompres Yang Mulia Minho, Yeji?"

Gadis itu mengangguk. Ia datang bersama ibunya dengan Ryujin, membawa obat-obatan yang ayahnya butuhkan. Gadis itu melakukan apa yang ibunya katakan. Sudah ada air hangat dan kain kecil, Yeji hanya perlu melakukannya. Meski ragu, Yeji tetap menuturi ibunya. Ia gugup harus menyentuh Minho, putra mahkota. Merasa tidak pantas menyentuhnya, tapi ia harus.

Yeji dengan tangannya yang gemetar mulai menghalangi rambut di kening Minho. Ketika kulitnya tidak sengaja menyentuh kening mulus itu, terasa begitu dingin dan basah. Minho berkeringat deras sampai rambutnya lepek, tapi tubuhnya mendingin seperti tidak hidup.

Gadis itu terkejut saat kepala Minho mendongak keatas. Matanya tetap terpejam erat. Tapi ia terlihat tidak bisa mengambil napasnya dengan benar. "AYAH!" saking paniknya gadis itu berteriak memanggil ayahnya.

Winaa juga menyadari itu. Membuatnya semakin panik.

Rafleen kembali mendekat. Napas Minho memberat dan ia menarik napasnya dengan sulit. Dadanya terlihat membusung saat ia menarik napasnya. Tubuh tak berdaya itu Rafleen tarik agar terduduk.

"Bisa kau menahannya, Yeji?"

Yeji mengangguk saja. Membiarkan sang ayah menyandarkan tubuh Minho padanya. Rasanya berat, karena Minho tidak sadar, semua beban tubuhnya bertumpu pada Yeji. Tapi gadis itu tidak keberatan. Membiarkan ayahnya memberi uap dari sebuah tabung khusus. Wajah Minho terkena hembusan asap halus yang merupakan wujud dari uapnya. Yeji belum pernah melihat itu, ini kali pertamanya ia tahu hal tersebut. Karena tidak pernah ada yang menggunakan itu sebelumnya.

ARTHEIREWhere stories live. Discover now