70

78 2 0
                                    


Martha menghampiri putranya setelah mendapat kabar anaknya itu sakit. Di dalam kamar itu ada Rafleen yang baru saja memeriksa keadaannya.

"Bagaimana keadaannya, Rafleen?"

"Pangeran Changbin keracunan makanan."

"Keracuna bagaimana?"

"Maksud saya, Pangeran Changbin terkena alergi. Pangeran memakan sesuatu yang tidak boleh dimakan, karena alergi."

"Changbin, apa yang kamu makan kemarin malam?"

Changbin berpikir, mengingat kembali makanan apa yang ia makan kemarin malam sampai membuatnya seperti ini. Sebenarnya sejak tadi malam Changbin mengeluhkan sakit kepala. Pagi ini dia harus bolak balik ke toilet. Karena tidak mampu menahannya lebih lama, akhirnya Changbin mengatakan pada penjaga di kamarnya bahwa ia merasa tidak baik-baik saja.

"Aku hanya memakan semua yang terhidang di meja makan, saat makan malam kemarin."

"Ada yang lain yang jarang kamu makan?"

"Strawberry, aku memakan buah itu kemarin. Hanya itu yang jarang aku makan, Bu."

"Kemungkinan Pangeran alergi terhadap buah itu. Saya akan memeriksanya lagi, Yang Mulia."

Martha mengangguk. "Changbin, istirahatlah, agar segera membaik."

"Ya, Bu."

"Apa yang kamu rasakan sekarang, Sayang?"

"Kepalaku sakit, Bu. Begitu sakit. Tapi untung saja aku tidak lagi buang air."

"Ibu akan menemanimu. Sekarang istirahat dulu. Nanti saatnya makan ibu akan membangunkanmu."

"Ibu tidak perlu menemani. Aku akan istirahat."

Berbeda sekali jika Changbin yang sakit. Putra tertuanya ini terhitung jarang sekali sakit. Jika tidak ada alergi ini, Changbin tidak akan jatuh sakit. Changbin tidak meminta ibunya untuk menemani, seperti putranya yang lain saat sakit. Changbin sangat dewasa, meski dalam keadaan sakit, ia tidak menunjukkan sikap manjanya.

Seungmin yang sudah termasuk besar saja masih suka minta ditemani. Bahkan saat Seungmin tidak sakit, anak itu beberapa kali minta ditemani Martha. Tentu saja Martha tidak keberatan.

"Tidak apa, hari ini ibu milikmu sepenuhnya."

Itu membuat Changbin tertawa kecil. "Tidak, Bu. Ayah, juga adik-adik membutuhkan ibu. Lebih baik ibu tidak menemaniku. Lagian aku hanya ingin tidur."

"Tidak, Sayang. Hari ini ibu disini."

Changbin tidak lagi memaksa. Membiarkan apa yang Martha ingin lakukan. Toh, ia tidak menyangkal jika ia senang Martha menemaninya. Changbin hanya tidak ingin egois jika Martha sampai tertahan di kamarnya, hanya menunggunya yang tengah istirahat. Sementara Changbin tahu banyak yang membutuhkan sang ibu di luar sana.

Dan Martha benar-benar menemani putranya. Mengusap lembut kening Changbin sampai anak itu pulas terlelap.

Changbin, bayi pertamanya. Yang saat kecil Martha tidak pernah bisa untuk menahan gemas padanya. Bayi bulat dengan pipi bulat menggemaskan. Martha yang baru memiliki seorang anak itu benar-benar jatuh cinta pada putranya. Merasa begitu bangga menjadi ibu dan memiliki anak untuk pertama kalinya.

Arye yang sangat tahu bagaimana tingkah Martha terhadap bayi pertamanya itu. Bayi yang sama sekali tidak bisa Martha tinggalkan dengan orang lain. Bayi yang selalu ada di dekapannya kemapun Martha pergi. Saat itu, Martha tidak membiarkan seorang pun menjaga Changbin, jika tidak begitu terpaksa atau atas permintaan Arye agar Changbin dijaga oleh orang lain sebentar.

ARTHEIREWhere stories live. Discover now