52

46 4 0
                                    


Pagi ini Jeongin terlihat bersama Bangchan. Anak itu memilih bersama Bangchan setelah sarapan bersama. Tidak ada Changbin hari ini, karena harus menememui Arye. Sementara Jeongin terlalu malas untuk bertemu dengan kakaknya yang lain. Anak itu pikir untuk tidak berdekatan dengan tiga kakaknya untuk sementara waktu, ketiganya tidak ada yang beres.          Hanya Changbin kakak yang bisa dipercaya.

Sejak mengenal Bangchan dan tahu bahwa pemuda itu adalah orang yang baik, Jeongin merasa tidak ada salahnya untuk dekat dengan orang yang katanya putra pertama ayahnya. Bangchan juga tidak pernah menunjukkan keberatannya saat Jeongin di dekatnya.

Ramah, satu kata yang cocok untuk Bangchan. Jeongin merasa nyaman di dekatnya, benar-benar seperti seorang kakak. Rasanya hampir sama saat Jeongin bersama Changbin.

Hari ini tidak ada kegiatan apapun, karena mereka mendapat libur. Tidak ada Changbin, Bangchan-lah yang Jeongin hampiri. Jeongin juga tidak mencari ibunya.

Tidak ada yang mereka lakukan, hanya duduk di taman yang sepi. Bangchan yang menyarankan tempat mereka duduk. Karena Bangchan tidak suka keramaian, pemuda itu suka suasana yang sepi dan tenang, karena itu ia cari tempat yang sesuai. Jeongin tidak mempermasalahkannya.

"Menurutu Kak Chan, bagaimana rasanya tinggal di sini?"

"Biasa saja."

"Apa Kakak merasa nyaman?"

"Ada kalanya aku merasa tidak masalah dengan keadaan ini, tapi ada kalanya aku merasa tidak nyaman, terlebih saat suasana sudah begitu ramai dan berisik."

Jeongin tertawa kecil mendengarnya. "Jika kakak terganggu dengan mereka, pergi saja, tidak perlu didengarkan. Mereka kadang menyebalkan."

"Siapa yang kau maksud?"

"Saudara-saudaraku bukan?"

"Ya."

"Apa aku mengganggu kakak?"

"Selama kau tidak berisik, aku tidak merasa terganggu."

"Setelah Kak Changbin, aku rasa Kakak adalah favoritku, yang ketiga adalah Kak Minho."

"Dalam hal apa?"

"Seperti orang yang paling aku sukai."

"Oh," hanya jawaban singkat yang Bangchan berikan. Karena jujur, ia tidak terlalu paham bagaimana harus meladeni Jeongin bicara, oh tepatnya orang lain saat bicara. Karena selama hidupnya sebelum disini, ia hanya bicara dengan ibunya saja.

"Daripada duduk, mau berjalan-jalan saja tidak, Kak?"

"Kemana?"

"Kemana saja, aku bosan jika hanya duduk."

Bangchan menuruti keinginan adik kecil itu. Mengikuti kemana Jeongin membawa langkah mereka pergi.

Setelah beberapa insiden yang terjadi dan membuat suasana hati anak itu memburuk, Jeongin ingin segera melupakannya. Ingin membuat harinya lebih baik dan meninggalkan semua hal buruk kemarin begitu saja.

Adanya Bangchan membuat Jeongin merasa lebih baik. Daripada dengan semua kakaknya, kecuali Changbin, Bangchan memang sosok yang baik menurut anak itu. Meski Bangchan lebih banyak diam daripada berbicara. Jeongin harus mengajak Bangchan bicara dulu, barulah Bangchan akan berbicara padanya. Menunggu Bangchan memulai percapakan, sepertinya sampai dunia ini hancur juga tidak akan pernah terjadi.

Dua laki-laki beda usia itu asik berjalan menyusuri pinggiran danau. Hari masih pagi, udara masih sangat sejuk, matahari juga masih bagus untuk kulit.

Jeongin melangkah kemanapun kaki membawanya pergi. Bangchan hanya mengikuti kemana anak itu pergi.

ARTHEIREWhere stories live. Discover now