4.Pulang Bareng.💙

104 11 1
                                    

•Terjadi perubahan pada Bab ini

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Terjadi perubahan pada Bab ini.

______________________________________

"Gilang kita pulang bareng ya,hari ini gue lagi enggak bawa motor," ucap Luna kepada cowok berambut ikal yang sibuk memainkan ponselnya.

Luna menghela nafas panjang, ketika cowok itu tampak cuek dan tidak merespon ucapannya sedikit pun.Hingga ia harus memanggilnya lagi.

"Gilang lo denger gue enggak sih?" tanya Luna dengan sedikit nada tinggi.

"Gue denger bego,enggak usah teriak.Gue enggak budeg." Gilang langsung melempar ponselnya ke atas meja.Ia beralih menatap Luna dengan tajam.

"Lo harus pulang sendiri naik ojek atau angkot,biar gue yang bayarin.Gue mau pergi ke suatu tempat ada kepentingan,jadi enggak bisa pulang bareng," ucapnya.

"Tapi Lang..."

"Kenapa belakangan ini lo nyusahin gue banget sih Lun?" tanya Gilang dengan penuh penekanan.Luna langsung terdiam,dan melihat pacarnya yang beranjak pergi meninggalkan dirinya sendiri di dalam kelas.

Cowok itu benar benar kasar,Luna tidak suka dengan sifatnya.Apa susahnya untuk menolak secara baik baik? Dan tidak mengeluarkan ucapan yang menyakiti hati.

Ia menyesal telah berpacaran dengan Gilang selama dua tahun ini,bahkan ia menerima pertunangan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.Sebenarnya Luna ingin memutuskan tali pertunangan tersebut,tapi ia merasa takut akan merusak hubungan persahabatan orang tuanya dengan Tante Lea dan Om Dirga.Hingga Luna terpaksa harus bertahan sejauh ini.

"Kasar banget sih jadi cowok," gumam Luna dengan pelan,sembari membereskan alat tulisnya ke dalam tas.Ia akan pulang sekarang, karena bell pulang sudah berbunyi sejak tadi.

Tapi tiba tiba saja hujan turun dengan deras, yang membuat Luna menggerutu pelan.Ia lupa tidak membawa jas hujan ataupun payung untuk berjaga jaga.Dan berakhirlah Luna menunggu hujan redah di depan kelasnya.

Luna sedikit bingung untuk mencari kendaraan umum,apalagi cuacanya hujan seperti ini.Pasti jarang sekali ada kendaraan yang melintas.Ia hendak ikut membonceng dengan Lily,tapi sayang sepupunya itu sedang ada kelas tambahan, yang mungkin pulangnya cukup sore.Jadi ia tidak bisa ikut menumpang.

"Sialan si Gilang,gue enggak bisa balik gara-gara dia.Kepentingan apa sih yang lebih penting dari pada gue?" Luna masih saja menggerutu,hingga tak sadar ada seseorang yang menyapanya sejak tadi namun tak di dengar.

"Kak Luna,kita ketemu lagi," sapa Rey,si adik kelas yang super bandel itu.

"Hai Kak Luna!" sapanya lagi sedikit keras.

Luna langsung menoleh dan sedikit terkejut melihat kehadiran Rey yang tidak disadarinya.Ia teringat kelakuan cowok itu kemaren saat dirinya mengantar sup ayam.Luna masih merasa takut dengan keagresifannya,jadi ia melangkah sedikit menjauh.

Rey mengerutkan kening melihat tindakan Luna,mengapa dia tiba tiba melangkah mundur.

"Kak Luna belum pulang?" tanyanya basa basi.

Luna melirik sekilas kearah Adik kelasnya itu yang terlihat menyebalkan. "Lo liat gue ada disini,berarti gue belum pulang dong," jawab Luna dengan jutek.

"Yaudah ayo kita pulang."

Luna hanya diam saja dan membuang pandangannya kearah lain,tapi Rey malah menarik tas Luna dari belakang.Membuat gadis itu hampir terjengkang.

"Lo apaan sih? Untung gue enggak jatuh." Luna berdiri semakin menjauh dengan wajahnya yang cemberut kesal.

"Gue mau ngajak Kak Luna pulang bareng.Soalnya Afan enggak masuk sekolah hari ini,dan gue enggak mau pulang sendirian." Rey menyeringis ia mencoba membujuk Luna untuk pulang bersamanya,ia merasa kasihan dengan gadis itu yang menunggu hujan redah sendirian.Tapi Luna langsung menolak dan memilih tetap menunggu di sekolah.

"Kebetulan gue bawa mobil,kalo Kakak ikut enggak akan kehujanan deh.Biar gue juga bisa tau dimana rumah Kak Luna,sesekali gue pengen main kesana." Tetapi Luna tetap menggeleng keras.

"Enggak usah nolak lagi deh Kak," ucap Rey,ia langsung mengeluarkan payung dari dalam tas dan menggandeng tangan Luna dengan paksa menuju ke tempat parkiran.

"Ternyata lo orangnya pemaksa ya.Gue kan udah bilang enggak mau." Ujar Luna ia hendak berbalik pergi.

Rey langsung menaruh jari telunjuknya di bibir,agar gadis di depannya diam dan dengan pemaksaan lagi Rey mendorong Luna masuk ke dalam mobil.

"Maaf pake pemaksaan,biar kita bisa pulang bareng." Rey tersenyum manis sambil menatap mata Luna yang berkilat tajam karena ingin marah.

Tak lupa ia juga memasangkan sabuk pengaman kepada Luna, membuat Kakak kelasnya itu menahan napas dan tidak berkedip melihat keindahan wajah Rey.

"Gue ganteng ya Kak?" tanya Rey sambil terkekeh pelan,ia menyadari jika Luna sedang memperhatikannya.

"Menurut gue sih lumayan," jawab Luna dengan jujur dan merasa sedikit gugup karena tertangkap basah.

"Tuh kan bener,gue yakin kalo Kak Luna udah terpesona sama gue yang ganteng ini.Tapi kenapa lo enggak mau pacaran sama Rey Kak?" tanyanya lagi sambil tetap fokus menyetir mobil.

Luna mengelus dadanya,ia menyesal telah mengakui ketampanan anak itu.Lihatlah sekarang,dia menyombongkan dirinya sendiri.

"Gue udah punya pacar dan gue juga enggak mau selingkuh."

Jawaban Luna membuat Rey tergelak, " iya enggak mau selingkuh,tapi diselingkuhin." Rey tertawa keras.Percuma saja Luna berbicara dengan anak itu yang membuatnya emosi,ia memilih untuk diam sembari memainkan ponselnya.Sesekali Luna menatap hujan di balik kaca jendela mobil.

"Eh siapa itu? Kasian banget naik motor berduaan sama pacarnya tapi kehujanan," celetuk Rey secara tiba tiba saat berhenti di lampu merah.

Rey menurunkan kaca mobilnya agar dapat melihat wajah pasangan muda mudi itu dengan jelas.Luna ikut melirik kearah lelaki yang sedang naik motor bersama seorang perempuan.Tanpa disengaja mata Luna saling bertatapan dengan Gilang.

Tampak sekali raut wajah cowok tersebut sedikit terkejut melihat pacarnya berada di dalam mobil dengan seseorang yang tidak dikenal olehnya.Luna bersikap cuek seolah tak mengenal Gilang,ia fokus melihat ke depan dan menyuruh Rey untuk menutup kaca mobilnya kembali.

Namun jantung Luna berdegup kencang,hal ini bukan pertama kalinya ia memergoki Gilang dengan perempuan lain.Luna sudah sering melihatnya.

"Kenapa Kak?" tanya Rey sedikit bingung dengan gelagat Luna.

"Gue enggak papa,udah lampu hijau tuh buruan jalan.Gue pengen cepat cepat sampai rumah."

Buru buru Rey menjalankan mobilnya, sedangkan Luna ia menutup telinganya dengan headset untuk mendengarkan lagu.

"Kak Luna," panggil Rey yang ingin mengajak Luna untuk mengobrol.namun ia tidak mendapatkan respon sama sekali,Luna memejamkan mata dan pura pura tidak dengar.Akhirnya Rey memilih diam dan tidak berbicara lagi,ia mempercepat laju kendaraannya.

***

To be continue...

Hi, My Boy [ON GOING]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt