18.Menolak💙

68 9 0
                                    

Mata Rey menatap lurus kearah papan tulis,tapi bukan berarti dia sedang serius memperhatikan rumus matematika yang tertulis disana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Rey menatap lurus kearah papan tulis,tapi bukan berarti dia sedang serius memperhatikan rumus matematika yang tertulis disana.Bahkan suara guru yang menggelegar menjelaskan pelajaran, terdengar sayup sayup di telinga cowok itu.

Rey memegang dadanya sendiri yang semakin berdetak dengan kencang dan ada sedikit perasaan aneh, pikirannya juga hanya tertuju pada sosok gadis manis yang dekat dengan dirinya akhir akhir ini.

Rey menyadari jika dirinya sedang jatuh cinta.Ya,jatuh cinta dengan Luna.Banyaknya waktu bersama dan perlakuan luna selama ini membuatnya semakin suka.

Apalagi ketika Luna datang untuk memasak makanan kesukaan Rey, membuat ia benar benar terpesona.Sebenarnya kemarin Rey sengaja memeluk Luna dari belakang,namun ia mengelak karena tidak ingin ketahuan karena dirinya sudah berbohong dan mencari kesempatan.

Dan sekarang adalah puncaknya,dimana Rey tidak dapat menahan perasaannya lagi.

"Fan,gue mau nembak Kak Luna." Ucap Rey dengan mantap.

"Yaudah tinggal tembak aja." Afan menyahut dengan santai, kepalanya kembali ia sandarkan ke dinding.Tapi Afan langsung melotot dan menyadari sesuatu, "Apa Lo bilang? Coba ulangi lagi!" Pekiknya,memancing banyak mata melihat kearah mereka berdua.

"Shuut,pelanin suara Lo bego." Rey langsung membungkam mulut Afan menggunakan tangannya.

"Gue mau nembak Kak Luna." Rey mengulangi ucapannya dengan berbisik pelan.

"Lo serius? Mending enggak usah sekarang deh.Terlalu beresiko,Lo mau berurusan sama Gilang? Lo juga harus pastiin,kalo Kak Luna juga punya perasaan yang sama,dan tindakan Lo itu termasuk merusak hubungan mereka." Afan menggeleng tak percaya,ia mencoba untuk memperingati.

"Sebelum gue bertindak, hubungan mereka udah rusak duluan,Fan." Ujar Rey,ia mengelak jika tindakannya itu tidak salah.Namanya juga perasaan,tidak bisa diatur.Tapi Afan malah mengatainya gila.

"Lo pernah suka sama seseorang kan,Fan? Lo pasti tau perasaan gue sekarang gimana."

"Oke gue tau.Jadi terserah Lo, sebagai sahabat gue cuma bisa dukung sih.Good luck bro." Ucap Afan memberikan dukungan, perkataan Rey emang benar.Perasaan tidak bisa diatur untuk jatuh cinta pada siapa pun.

***

Suara bell pulang sekolah baru saja berbunyi .Dengan secepat kilat Rey menyangking tasnya dan pergi menuju ke kelas Luna.Berharap gadis itu masih berada di kelasnya.

Rey sudah memantapkan hati dan beberapa kali ia merapalkan kalimat yang akan diungkapkannya nanti.

Sesampainya disana,Rey melihat Lily yang kebetulan sedang berdiri di depan teras kelas.Pasti dia sedang menunggu sepupunya untuk pulang bersama.

"Pasti Lo nyariin Luna,kan?" Tebak Lily, apalagi yang akan dicari cowok ganteng itu jika bukan mencari sepupunya.Rey langsung mengangguk mengiyakan.

"Woi Luna,nih ada berondong nyariin Lo." Ucap Lily setengah berteriak.

"Siapa Li?" Tanya Luna dari dalam.

"Lo tengok aja sendiri,Gue nunggu Lo diparkiran.Takut ganggu." Lily terkekeh pelan,ia juga memberi tahu Rey jika Luna masih membereskan barang barangnya.

Setelah Lily beranjak pergi,Rey melangkahkan kakinya ke dalam kelas.Matanya langsung melihat kearah Luna yang sedang mengumpulkan beberapa kertas ujian dan buku pelajaran.

"Eh ternyata Lo,Ada apa Rey?"

Pertanyaan Luna membuat Rey menjadi gugup, "G..gue mau ngomong sesuatu yang penting Kak,Lo enggak sibuk,kan?"

"Enggak,gue cuma mau nganter kertas ujian ini ke kantor.Yaudah ngomong sekarang aja." Atensi Luna beralih kearah Rey,ia memperhatikan dengan serius apa yang akan diucapkan oleh cowok di hadapannya.

Pupil mata Rey melebar,ia mengedarkan pandangannya untuk memastikan jika hanya dirinya dan Luna saja yang berada disini.

kemudian Rey berdehem menetralkan suaranya hendak berbicara. " Sebenarnya selama ini gue suka sama Lo Kak." Ungkapnya dengan sungguh sungguh.

Tapi respon Luna biasa saja setelah mendengarnya,ia malah tertawa terbahak bahak sambil memukul pundak Rey. "Yaelah,gue udah serius nih dengerin.Lo malah ngelawak,dasar buaya." Ujar Luna,ia berpikir jika Rey hanya bercanda,bukankah dia sudah sering mengatakan hal itu?

"Kali ini gue serius.Kak Luna mau kan jadi pacar gue?" Tanya Rey,ia meraih tangan Luna dan menatap netra gadis itu dengan lekat, menyalurkan semua rasa dihatinya.

Senyum Luna langsung luntur, sepertinya Rey tidak bercanda dengan ucapannya barusan.Wajah cowok itu terlihat sedang tidak berbohong.Apa yang harus dilakukan Luna sekarang? Ini semua terlalu tiba tiba dan mengejutkan.

Luna menelan ludahnya dengan kasar,berlahan ia melepaskan genggaman tangan Rey. "Maaf,gue enggak bisa.Lo tau kan kalo gue udah punya pacar,bahkan udah tunangan.Kalo Gilang tau ini,Lo bakal celaka Rey.Dan gue juga kakak kelas Lo yang lebih tua, mendingan Lo cari yang lain aja." Tolak Luna.

"Gue tau Kak Luna udah punya pacar,tapi pacar Lo selingkuh kan? Terus buat apa dipertahanin? Kak Luna mau mencoba setia,itu sia sia.Perjuangan Lo enggak dihargai." Ucapan Rey membuat Luna bungkam seketika.

"Gue enggak takut sama Gilang,biarkan dia tau tentang ini.Masalah usia,emang jatuh cinta memandang usia ya kak? Gue cintanya sama Kak Luna,bukan sama orang lain." Sambungnya lagi.

"Tapi tetap aja Rey gue enggak bisa terima Lo." Luna mempertegas ucapannya.

"Selama ini kita sering dekat dan punya waktu bersama,Gue selalu ada buat Lo kak, ketimbang si Gilang.Apa Kak Luna enggak punya perasaan sedikit pun buat gue? "

"Enggak!" Jelas, singkat dan padat,itulah jawaban yang diberikan Luna.

"Lo itu salah paham Rey sama kedekatan kita selama ini.Gue enggak punya perasaan apapun.Mengingat kedua orang tua kita yang akrab,gue deket sama Lo itu cuma pengen temenan aja,bukan berarti ada perasaan suka.Lo nya aja yang baperan." Luna memberikan penjelasan yang sedikit menyinggung.

Rey diam mematung tidak berbicara lagi,ia hanya memperhatikan Luna yang tergesa gesa pergi dengan wajah cuek dan acuh.

Hatinya mencelos,terasa sakit.Sebuah penolakan memang menyakitkan.Kenyataanya Lo siap jatuh cinta, berarti Lo siap untuk kecewa.

Rey menepuk dadanya sendiri untuk memberikan semangat, "Jadi cowok itu harus kuat,gue bakal berjuang lagi.Tapi... sekarang gue butuh waktu untuk istirahat sejenak."

***
To be continue...

Hi, My Boy [ON GOING]Where stories live. Discover now