7.Jatuh💙

79 9 0
                                    

"Luna gue minta tolong, bantuin gue beresin alat olahraga ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Luna gue minta tolong, bantuin gue beresin alat olahraga ini.Lo kumpulin semua bola yang udah enggak bisa dipakai lagi dan masukin ke keranjang.Terus taruh ke dalam gudang yang ada di lantai dua," perintah Meta sang ketua kelas.

"Yang lain sibuk,jadi itu tugas lo," imbuhnya lagi.

Luna bergerak cepat mengumpulkan semua bola yang berserakan satu persatu ke dalam keranjang.Setelah selesai,ia mengangkat dan hendak membawanya ke lantai dua.Namun ia menggerutu saat melihat anak tangga yang cukup banyak untuk dinaiki,apalagi keranjang yang dibawanya sangat berat.

"Enggak ada nih yang mau bantuin gue." Kepala Luna celingukan mencari seseorang yang dapat menolongnya.Tapi terlihat sepi,tidak ada siswa yang hendak pergi ke lantai dua.Akhirnya ia berusaha sendiri untuk menaiki tangga seraya membawa keranjang tersebut.

Saat Luna sampai di pertengahan tangga,tiba tiba ada seorang gadis yang lewat dan tampak sekali dengan sengaja dia menyenggol Luna hingga kehilangan keseimbangan.

Kaki Luna tergelincir,ia langsung terjatuh dari tangga tersebut.Kepalanya terbentur lantai begitu keras, tulang kakinya juga terasa sakit.Belum lagi bola yang dibawanya juga jatuh semua dan menggelinding ke segala arah.

"Kepala gue sakit banget," rintih Luna,ia memegang keningnya yang terasa perih.Badannya tiba tiba gemetar,saat melihat tangannya ada noda darah.

"Kening gue berdarah!" Luna memekik kencang, kepalanya semakin terasa pusing.Kemudian pandangannya menggelap.

***

"Lo udah bangun?" tanya seseorang mendekati Luna yang masih terbaring lemah sambil memfokuskan pandangannya.

Mata Luna mengerjap beberapa kali,sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan UKS membuat matanya silau. " Gi...Gilang gue minta air," pinta Luna,cowok itu segera memberikan air mineral dengan cepat.

"Makasih," ucap Luna seraya meluruskan tubuhnya yang terasa kaku,ia meraba keningnya lagi ternyata sudah diperban.

Tak hanya itu kakinya juga penuh plester handsaplas,jika diperhatikan lebih teliti beberapa memar pada bagian kaki dan tangan Luna seperti di olesi salep.Siapakah yang melakukannya? Batin Luna.Dan satu lagi siapa yang membawa dirinya kemari?

"Lang siapa yang gendong gue ke UKS dan ngobatin semua luka gue?" tanya Luna.

"Gu...gue lah,kalo bukan gue terus siapa lagi yang bawa lo kesini dan ngobatin semuanya," ujar Gilang sedikit terbata,raut wajahnya juga terlihat sangat gugup.

"Serius,lo?" Luna memastikannya sekali lagi dan menatap mata Gilang dengan intens, membuat cowok itu gelagapan.

"Iya Lun,kalo enggak percaya yaudah.Hari ini o nyusahin gue,pake acara pingsan lagi.Padahal gue lagi latihan futsal," cerocosnya yang membuat Luna mendelik kesal.

"Kalo enggak ikhlas tolongin, harusnya enggak usah Lang."

"Lagian lo sendiri kenapa bisa jatuh dari tangga? Lo jalan enggak pake mata atau gimana?"

Wah benar benar cowok ini memancing emosi,Luna mengingat kembali kejadian sebelum dirinya terjatuh.Memang ada seseorang yang lewat dan sengaja menyenggol dirinya saat itu dengan sengaja.Luna tersenyum sinis saat ingat siapakah orang yang menyenggolnya.

"Heh gue jatuh gara-gara selingkuhan lo itu bego! Vivi yang nyenggol gue pas di tangga dengan sengaja," Pekik Luna dengan jari telunjuk tepat di depan wajah Gilang.

"Enggak usah asal nuduh,Vivi enggak mungkinlah kayak gitu.Lo ngaco kalo ngomong," tangkis si Gilang.

"Gue liat pake mata kepala sendiri kalo itu dia,mata gue masih sehat belum rabun Lang."

"Enggak mungkin lah Lun kalo itu dia yang buat lo jatuh,Vivi itu cewek baik baik dan kalem enggak kayak lo." Gilang mulai membanding bandingkan pacar dengan selingkuhannya.

Luna tertawa hambar mendengar ucapan Gilang. "Mata lo udah picek,telinga lo udah tuli dan hati lo udah tertutup," ucap Luna yang merasa jengkel.Ia juga mual saat Gilang mengatakan Vivi adalah cewek kalem.Kalem dari mananya?

"Jadi menurut lo gue bukan cewek baik baik haa?" tanya Luna dengan nada tinggi.

Tapi Gilang tidak menjawab, ia malah mengambil sebungkus roti yang tergeletak di atas nakas.Kemudian memberikannya kepada Luna.

"Nih dimakan rotinya,enggak usah ngomel terus."

"Jawab pertanyaan gue!"

"Udahlah Lun enggak usah di terusin,nanti kita berantem lagi kayak kemarin-kemarin.Makan aja rotinya." Gilang langsung menyumpal mulut Luna dengan roti, sepertinya hari ini Gilang tidak ingin bertengkar seperti biasanya.Tumben sekali,pikir Luna sembari mengunyah.

"LUNA SAYANG!!" teriakan melengking dari luar ruang UKS mengagetkan Luna dan Gilang.Mereka berdua kompak menoleh kearah pintu menunggu siapa yang datang.

Tak lama masuklah Lily yang tampak ngos-ngosan menghampiri dan memeluk Luna dengan erat.Ia memandang Luna yang penuh perban dengan kasihan.

"Gue tadi denger dari anak anak lain kalo Lo jatuh dari tangga dan pingsan.Terus gue buru buru kesini,untung lo udah siuman.Mana aja yang sakit biar gue liat?"

"Ihh lo lebay banget sih Li,gue udah enggak papa kok.Luka gue juga udah diobatin sama Gilang," ujar Luna, sepupunya yang satu ini memang sangat khawatir dan panik jika ada orang yang terluka.

Lily melototkan matanya kearah Gilang,ia tidak percaya jika cowok itu mau membantu Luna.Seolah tau dengan tatapan gadis di sampingnya Gilang langsung berkata, "Iya gue yang bantu."

"Karena udah ada sepupu lo disini,Gue mau balik ke kelas lagi.Tugas pelajaran gue belum selesai.Lo mendingan pulang ke
rumah Lun,ntar tugas pelajaran hari ini gue kirim lewat chat."

"Lo yang ngantar ya Li," pinta Gilang kepada Lily, setelah itu ia segera pergi kembali ke kelasnya.

"Ayo gue antar pulang sekarang,biar gue bolos sekalian," ajak Lily tersenyum lebar,ia sedang menghindari pelajaran matematika yang sedang berlangsung.Untung saja tadi ada salah satu anak yang bilang jika Luna terjatuh dan pingsan.Dan ia segera meminta izin kepada guru yang mengajar untuk pergi ke UKS.

"Gimana lo mau pulang enggak?" tanya Lily memastikan.Luna pun mengangguk dan menyetujuinya,lagian jika dirinya tetap mengikuti pelajaran pasti tidak mungkin, tubuhnya terasa sakit semua.Ia bergegas untuk membereskan barang barangnya yang masih tertinggal di kelas.

***

To be continue...

Hi, My Boy [ON GOING]Where stories live. Discover now