14. Penelepon Tidak Diketahui

116 55 65
                                    

happy reading kawan

° ° ۝ ° °

TAK terasa hari cepat berganti. Jam di tangan Haga pun telah menunjukkan pukul 00.02 WIB. Namun Haga, Vano dan Lucas belum juga bisa menemukan keberadaan Arga.

Kondisinya mereka bertiga hanya membawa dua motor. Vano dan Haga berboncengan sedangkan Lucas sendirian.

"Lo dimana sih, Ar," ucap Haga lirih, tapi Vano dapat mendengarnya.

"Kita pasti bakalan nemuin Arga kok," sahut Vano.

Lucas menyetarakan motor miliknya dengan motor yang di bawa oleh Vano. "Kita berhenti di sini dulu."

Lucas pun segera menepikan motor miliknya, bersama dengan Vano yang mengikutinya di belakang. "Kita mau cari ke mana lagi, Van? Sampe sekarang Arga belum juga ketemu."

Vano memijat pangkal hidungnya, sebelum ia berkata, "Gua bakalan terus nyari Arga sampe dia beneran ketemu."

Drrrttttt....

Vano telah bersiap untuk melajukan motor miliknya, namun suara yang berasal dari handphone milik Haga menghentikan dirinya.

Haga merogoh saku celananya, mencari keberadaan handphonenya. Setelah menemukan handphonenya ia malah kebingungan, pasalnya nomer yang menelepon dirinya tidak terdaftar di dalam kontaknya.

"Gak ada nama," tutur Haga kepada Vano dan Lucas.

"Angkat aja, siapa tau penting," saran Lucas.

Haga pun mengangguk sebagai jawaban, dan segera menekan tombol hijau yang bertuliskan 'Terima Panggilan'.

"Ketua lo dibawa sama kating lo, yang namanya Shafara Adizga Launara. Dia terluka," tutur sang penelepon.

"Lo siapa?! Ngomong apa sih lo?! Arga dimana?!" tanya Haga tak santai.

"Gak usah banyak tanya. Kalo gua jawab satu-persatu pertanyaan lo itu sekarang. Ketua lo keburu mati ntar. Samperin aja ke rumah kating lo itu. Jangan buang-buang waktu!"

Belum juga Haga menanyakan lebih lanjut tentang keadaan Arga. Namun sang penelepon sudah memutuskan sambungannya terlebih dahulu, "Ha-halo? Halo? HALO?! BANGSAT!"

"Kenapa, Ga? Kenapa?!" tanya Lucas setelah melihat ekspresi tak santai dari Haga.

"Arga..." Haga seolah tak sanggup untuk meneruskan ucapannya, ia pun mengacak-acak kasar rambutnya. "Kita ke rumah Launa. Arga di sana sekarang," lanjut Haga.

"Launa? Karyawan di cafe bokap gua itu?" tanya Vano memastikan.

"Iya."

"Arga baik-baik aja atau...?" tanya Lucas takut-takut salah bicara.

"Ngga. Dia gak baik-baik aja, makanya kita harus buruan ke sana." tutur Haga.

Vano dan Lucas segera melajukan motor, dengan kecepatan penuh. Saat di perjalanan mereka sama sekali tidak ada yang membuka suara. Mereka saling hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.

LAVANOLIO : The Leader of RoyalsWhere stories live. Discover now