2| Suami Pengganti

224 30 14
                                    

Terasa begitu berat, ketika aku dipaksa untuk melepaskanmu.

***

DI sela-sela masa cuti, Humaira mengunjungi rumah ibunya di Jogja. Ia naik kereta sendirian. Humaira tak berniat menginap lama, ia tak membawa banyak barang. Humaira hanya ingin memohon restu untuk segera menikah. Entah bagaimana respon ibunya karena pernikahan ini terlalu mendadak. Juga Aidan tidak datang bersamanya sebagaimana sewajarnya seorang calon suami meminta restu pada calon mertua.

Humaira memakai kacamata hitam guna menutupi identitasnya juga matanya yang bengkak.

Seluruh berkas sudah ia kirimkan pada Aidan. Aidan juga mengabari bahwa mereka akan menikah di KUA dua minggu lagi. Humaira bisa make-up sendiri. Jadi, mereka tidak akan menyewa apa-apa. Tidak akan ada tamu yang di undang. Humaira pun hanya akan memberitahu ibu, paman dan bibi. Jika mereka bisa datang ke kota, maka Humaira sudah merasa bersyukur.

Kemarin, Humaira check-up ke dokter kandungan. Dia banyak belajar mengenai kehamilan di usianya yang sedang merintis karir. Untuk usia rentan, sebaiknya Humaira beristirahat. Jika sudah kuat, Humaira diperbolehkan untuk beraktivitas kembali asal tidak mengangkat beban yang berat.

Selama beberapa hari, Humaira masih merasa mual. Ia mengakalinya dengan mengemut permen herbal.

Humaira akan menyembunyikan kehamilannya dari orang tuanya. Hanya ia dan Aidan yang boleh tahu.

Sesampainya di Jogja, Humaira menyewa ojek untuk sampai di rumah ibunya. Nuansa di pedesaan sangat berbanding terbalik dengan kota rantau. Tidak ada asap pabrik, tidak banyak kendaraan pribadi. Semuanya masih asri.

Kedatangan Humaira yang mendadak disambut hangat oleh ibunya, Syahira.

Salam dan peluk hangat menyambut Humaira yang sangat jarang bertemu dengan orang tuanya. Setelah ayahnya wafat saat ia masih sekolah, ia hanya tinggal dengan ibunya. Ibunya tidak ingin menikah lagi dan merawat Humaira sampai ia lulus kuliah. Lalu, Humaira ikut audisi model di Jogja sampai mendapat peruntungan di Jakarta. Sampai sekarang, Humaira merasa banyak hal yang harus ia syukuri karena masih memiliki seorang ibu.

Namun, saat matanya menatap sorot sendu ibunya ia kembali teringat pada bayi yang ia kandung. Ibunya pasti kecewa jika tahu. Ibunya pasti marah. Ibunya pasti akan bersedih. Humaira merasa gagal menjadi seorang anak. Ia gagal menjaga harga dirinya dan martabat keluarganya.

Humaira sudah gagal.

“Maaf, Bu...” Humaira menangis.

Syahira membalas pelukan sang anak yang sudah lama tak pulang. Ia berpikir bahwa Humaira merasa sangat rindu pada rumahnya. Tanpa tahu apa yang sebenarnya dirahasiakan putri kebanggannya.

Mereka mengobrol banyak, sampai akhirnya Humaira mengutarakan apa yang membawanya pulang. Ia akan segera menikah.

Syahira begitu senang karena akhirnya anaknya akan segera memiliki pendamping hidup. Ia begitu khawatir karena Humaira sudah terlalu lama hidup sendiri. Tidak ada yang menemani.

“Alhamdulillah kalau benar seperti itu. Ibu pasti akan datang. Nanti Paman sama Bibi juga pasti datang. Huma, kabar baik harusnya disebarluaskan, bukan?”

Ibunya adalah pengajar di desa itu. Meski kini sudah pensiun, namun banyak orang yang mengenali sang ibu. Humaira menahan ibunya agar tetap merahasiakan pernikahannya.

Suami PenggantiWhere stories live. Discover now