4| Dia Istriku

192 32 12
                                    

Aku adalah si pendusta.
Yang bergelimang dosa.
Namun, aku selalu merasa bangga.
Atas hal-hal yang mereka pikir sama.

***

SANDI Alatas adalah sosok yang periang. Dia dilahirkan dengan penuh kasih sayang. Dia adalah anak tunggal. Meski dimanjakan, namun Sandi begitu kalem saat memasuki kuliah. Mungkin, karena dia harus merantau tinggal jauh dari kedua orang tuanya. Sejak ngekos, ia bertemu dengan Adnan. Manusia paling berjiwa sosial. Adnan membantu Sandi beradaptasi. Mereka berada di jurusan yang sama. Sampai makan malam terkadang Adnan yang memasak. Sandi bersyukur memiliki teman baik seperti Adnan.

Namun, Adnan adalah orang yang monoton bagi Sandi. Ia sulit bergaul jika tidak di lingkungan yang sama. Semasa kuliah, Adnan tidak kenal mahasiswa jurusan lain selain jurusan Kedokteran. Sementata Sandi sejak tingkat 2 mulai ikut perkumpulan dengan mahasiswa lain dan beberapa kali berpacaran.

Sangat sulit bagi Sandi mencerna apa yang dikatakan Adnan beberapa detik yang lalu.

Mulanya, Sandi ingin mengajak Adnan makan siang di luar. Namun, ia justru melihat seorang wanita berpakaian heboh dan memakai masker berada di depan ruang kerja Adnan. Setahunya, Adnan tidak memiliki kenalan yang seperti itu.

Mereka berdebat panjang. Sandi mengusir wanita yang dianggapnya misterius itu. Sementara Humaira, bersikeras berada disana menunggu Adnan, suaminya.

“San, dia istriku. Humaira namanya.”

Kalian tahu. Sandi tidak punya penyakit jantung. Namun, jantungnya terasa sakit karena serangan tiba-tiba itu.

Istri?

“Ngaco. Kapan kawinnya lu bagong.” Sandi refleks mengumpat.

“Kemarin.”

“Hah? Lu pikir gue bocil gampang ditipu.”

Adnan menyuruh Humaira duduk. Humaira menurut karena sudah terlalu lama dia berdiri. Memakai heel terlalu lama tetap membuatnya tidak nyaman meski itu sebagaian dari pekerjaannya.

“Kenapa? Ada yang salah dengan aku menikah?” tanya Adnan.

Sandi refleks menggeleng, ”menikah tentu saja kewajiban, Bro. Tapi, lu ngotak lah masa nikah kagak ngundang-ngundang gue? Dan lagi, gue kayak kenal sama tuh cewek,” ucap Sandi saat Humaira melepas masker yang dipakainya.

“Humaira namanya,” koreksi Adnan.

“Humaira? Kayak kenal?” jeda Sandi beberapa saat sebelum ia berteriak heboh, “Humaira yang ITUUUU?! Model dari LAZ Entertainment, 'kan?! Perusahaan itu punya Kakak lo 'kan, Nan?” Sandi melirik Adnan. Adnan mengangguk.

“Gitu, ya. Jadi kalian ketemu dimana?”

“Apa itu penting buat Anda tahu?” ketus Humaira.

Sandi terkejut, “wah wah. Nan, lu belum gue restuin ya. Sebagai teman yang baik, gue merasa kalian nggak cocok!”

“San, sepertinya kita butuh waktu berdua,” ujar Adnan.

“Lo ngusir gue?”

“Iya. Udah sana keluar.” Adnan mendorong tubuh Sandi untuk segera keluar dari ruangannya. Meski mulutnya ngomel-ngomel, Sandi terpaksa keluar dari ruang kerja Adnan.

Suami PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang