Senja, si gadis sederhana

31 4 0
                                    

 BERI DUKUNGAN KALIAN DENGAN MENEKAN BINTANG DI POJOK KIRI, SATU VOTE DARI KALIAN MENGAPRESIASI AUTHOR DALAM PEMBUATAN CERITA INI.

SEMOGA YANG MENEKAN BINTANG DISETIAP BAB, DILANCARKAN JODOHNYA, AAMIIN😆

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tidak apa apa, ini takdirku! Tuhan punya banyak jawaban atas rasa sakitku, Tuhan tidak akan membiarkan hambanya sendiri. "
.
.
.
.
.
"Ya Tuhan jangan terlalu percaya padaku, aku tidak sekuat itu, aku manusia lemah yang hanya berpegang teguh dengan kepercayaan ku pada ketetapanmu! Tolong beri aku sedikit nafas lega atas takdir yang aku jalani. "

-Senja Fathia Pelangi-

Ini tentang gadis sederhana yang menyembunyikan luka di balik senyumannya yang merekah.

.
.
.
.
.
o0o
.
.
.

Prang

Seorang gadis tersentak kaget mendengar suara benda pecah dari arah dapur, segera dia berlari kedapur untuk memastikan apa yang terjadi. Di lantai dia melihat sosok ibunya yang terkulai lemas dengan pecahan gelas di lantai.

"Ibu," pekik gadis tersebut dengan panik, dia langsung membantu sang ibu untuk berdiri dan mencoba membawanya ke sofa usang depan Televisi rumahnya.

"Ibu kenapa?" tanya gadis tersebut dengan cemas.

"Ibu gak apa apa kok, Ibu hanya lemas," jawabnya dengan nada yang lemas.

"Penyakin Ibu pasti kambuh, Senja ambil obat dulu yah," ujarnya dengan berlari kedalam kamar orang tuanya dan mengambil sebuah obat, namun dia tertegun saat melihat obat sang ibu yang sudah hampir habis, hanya tersisa dua butir, sedangkan Ibunya tidak bisa hidup tanpa obat.

"Senja, apa obatnya ada?"

Senja langsung menoleh kebelakang, dan berjalan keluar dari kamar orang tuanya, dia mengambil segelas air putih lalu memberikannya pada sang ibu.

"Obat Ibu udah mau abis, apa Ibu punya uang? Kalau punya sini biar Senja belikan obat buat ibu," ujar Senja dengan nada suara yang begitu lembut.

Ibunya yang bernama Ratna itu hanya tersenyum kecil di balik bibirnya yang pucat, perlahan dia menarik sang putri untuk duduk disampingnya.

"Gak apa apa, jangan pikirkan obat itu," ujar Ratna dengan lirih.

"Loh kok gitu, harus di pikirkan dong, soalnya kan Ibu harus punya obat itu, nanti penyakit ibu tambah parah," ujar Senja cemas.

"Gak apa apa, oh yah bentar." Ratna meronggoh saku bajunya dan memberikan sejumlah uang berwarna merah.

"Ini, kamu bilang kemarin katanya harus beli jas lab disekolah kan, ini Ibu udah ada uangnya," ujar Ratna dengan memberikan 3 jumlah uang berwarna merah itu.

Senja Nampak ragu untuk menerima uang itu, masalahnya dia khawatir tentang kondisi Ibunya, namun dia juga harus membeli jas labnya, dia bingung harus bagaimana sekarang.

"Udah gak usah Bu, biar uangnya belikan ke obat ibu aja yah," tolak Senja dengan lembut.

"Jangan gitu nak, ini ambil, masalah obat Ibu, kamu jangan cemas, Ibu bisa beli nanti besok, kebetulan besok dirumah majikan Ibu akan ada acara, kamu tahu sendiri kan kalau majikan ibu itu sangat baik, setiap acara pasti para pekerja dirumahnya di beri bonus karena udah berkerja keras," jawab Ratna dengan memberi perhatian.

"Ibu yakin?" tanya Senja yang masih ragu.

"Iya, jangan cemas pokoknya, nih ambil uangnya dan besok jemput jas lab kamu, biar kamu bisa masuk ke laboratorium dan belajar disana," ujar Ratna dengan senyuman manisnya.

"Kalau begitu, makasih yah Bu, dan maaf kalau Senja selalu ngerepotin ibu," ujar Senja dengan pelan.

"Jangan bilang seperti itu, mana ada seorang anak ngerepotin anaknya, kamu itu anak Ibu, jadi ibu wajib nafkahi kamu dan juga kakak kamu," ujar Ratna dengan tegas.

Senja tersenyum senang mendengar itu, lalu dia memeluk sang ibu dari sampingnya dengan penuh kasih sayang.

"Kalau seandainya Ayah masih ada, mungkin Ibu gak akan cape cape kerja buat ngehidupin aku sama Kak Alana. Tapi Ibu tenang aja yah, kalau Senja udah keluar sekolah, Senja bakal nyari kerja buat bantu ibu sama Kak Alana," ujar Senja dengan berseru senang.

"Gak boleh Nak, kamu harus kuliah," jawab Ratna.

"Biaya kuliah mahal Bu, Biaya sekolah yang ini aja udah bikin ibu banting tulang, apa lagi kuliah. Udah pokoknya ibu jangan cemas yah," ujar Senja dengan tersenyum manis.

"Ya udah terserah kamu saja, tapi Ibu hanya berharap semoga kamu bisa menggapai cita cita kamu, semangat belajarnya yah sayang," ujar Ratna dengan penuh kasih sayang.

"Iya Bu, Senja janji kalau Senja akan semangat belajar!"

Ratna memeluk sang anak dengan penuh kasih sayang, namun dibalik mata yang terpejam ada satu tetes air mata yang turun tanpa ijin, dia seorang ibu yang mengurus kedua anaknya sendirian tanpa seorang suami, suami yang sudah pergi meninggalkannya dan anak anaknya saat Senja masih berumur 9 tahun. Sangat menyakitkan jika mengingat kepergian sang suami.

Belum lagi kehidupan mereka sangatlah kurang, dibawah atap rumah yang tak jauh dari kata baik, Ratna menghidupi dua anak perempuannya, bebannya sedikit ringan saat anak pertamanya yang baru saja lulus sekolah pergi merantau untuk mencari kerja dan membantunya.

Namun tetap saja, Ratna tidak tega terus berharap uang dari anak sulungnya, dia juga bekerja disebuah rumah mewah sebagai pembantu, profesi yang sering membuat dia di pandang rendah. Dulu dia pernah berpikir kalau anak anaknya pasti sangat malu mempunya ibu seorang pembantu seperti nya.

Bahkan dia pernah mendengar kalau Senja beberapa kali di bully karena pangkat dia yang sangat jauh beda di banding dengan teman teman sekolahnya yang lain, belum lagi Senja adalah gadis yang taat akan agama dimana hanya dia seorang yang memakai hijab di sekolahannya.

Namun meski begitu, Senja tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya yang jauh dari kata baik, dia selalu bersyukur atas takdir yang dia jalani sekarang. Tidak punya teman hanya karena dia adalah anak pembantu tidak membuatnya sedih, mungkin ini cara Tuhan kenapa tuhan tidak memberikannya satu orang teman pun. Ada banyak alasan kenapa Tuhan melakukan itu, yang terpenting Senja hanya perlu mensyukurinya.

Di balik tidak sempurnanya hidup dia, justru tuhan memberikan dia sebuah kecantikan yang indah, Senja di anugrahi kecantikan yang begitu di impikan oleh gadis di luar sana, banyak yang iri dengan kecantikan Senja, namun sayang kecantikan yang dia miliki tertutupi oleh cadarnya, dia memutuskan memakai cadar saat orang orang merasa iri dengannya, dia takut kecantikannya membawakan sebuah musibah.

Terkadang Ratna merasa cemas dengan kecantikan sang putri yang takutnya menjadi petaka baginya, namun dia serahkan semuanya pada yang maha kuasa, kalau semuanya sudah di takdirkan oleh yang maha kuasa, tuhan yang akan menjaga Senja dikala dia dalam bahaya nanti. Dia hanya perlu percaya akan ketetapan tuhan.

Samudra dan SenjaWhere stories live. Discover now