Tawaran untuk berkerja

9 3 0
                                    


Senja berlari dengan seragam sekolahnya yang besar, dia sedikit kesusahan karena rok panjangnya serta kerudungnya yang kebar, dia tengah berlari di loby rumah sakit dengan wajah yang terlihat cemas. Beberapa menit yang lalu dia mendapaat kabar dari salah satu tetangganya kalau Ibunya di larikan kerumah sakit.

Siapa yang tidak panik mendengar itu, beruntungnya dia sudah pulang sekolah, jadi tanpa pergi kerumah lebih dahulu dia langsung berlari kerumah sakit dengan sangat panik.

Dia masuk kesebuah ruangan yang begitu banyak pasien disana, dia mencari keberadaan ibunya di balik banyaknya pasien yang berada diruang itu, sampai akhirnya dia melihat salah satu tetangga dirumahnya, segera dia berlari kearah sosok itu dan membuka gardeng penghalan dengan cepat.

"Ibu," pekik Senja dengan menangis melihat sang ibu tengah terbaring di blangkar itu dengan tangan kanannya yang di infus.

"Ibu....ibu kenapa?"

"Senja, ibu kamu baik baik saja, dia hanya terkena demam biasa," ujar tetangganya dengan mengusap ngusap lembut punggung Senja.

Senja menjauh dari tubuh ibunya yang masih terbaring dengan mata yang masih terpejam, lalu dia menatap 3 orang tetangganya yang memang sering sekali membantu Senja dan ibunya jika mereka dalam kesusahan.

"Bu, Pak, makasih banyak yah udah nolongin ibu Senja," ujar Senja dengan lembut.

"Iya Nak senja sama sama," jawab mereka dengan tersenyum lembut.

"Kalau begitu kami ijin pamit yah, maaf gak bisa bantu terlalu lama, tapi kamu tenang aja yah, semuanya udah di urus sama bapak, jadi ibu kamu tinggal di rawat aja, Cuma bapak minta maaf Cuma gak bisa kasih lebih buat bantu ibu kamu yang di rawat," ujar seorang pria paru baya.

"Iya Pak, gak apa apa, begini aja Senja udah bersyukur banget bapak dan ibu udah mau bantu Ibu Senja sampai dibawa kesini," jawab Senja dengan lembut.

"Ya udah kami pamit yah, kalau ada apa apa, jangan sungkan buat minta bantuan sama kita yah."

"Iya bu, makasih sekali lagi," jawab Senja dengan menganggukkan kepalanya.

Setelah para tentangganya pergi, dia langsung duduk di kursi yang berada di samping ranjang ibunya dengan memegang erat tangan sang ibu.

"Ibu, ibu sebenarnya sakit apa? Senja gak pernah percaya kalau Ibu bilang Cuma demam doang, Senja yakin kalau Ibu menyembunyikan penyakit Ibu, jangan gini dong Bu, Senja tambah cemas kalau Ibu bohong tentang penyakit ibu," ujar Senja dengan lirih.

Tangan sang ibu yang tengah di genggam bergerak dengan perlahan, Senja kaget melihat itu lalu dia menatap lekat sang ibu dengan tersenyum lirih di balik cadarnya.

"Ibu," panggil Senja lirih.

"Senja, ini dimana?" tanya Ratna bingung.

"Ibu dirumah sakit," jawab Senja.

"Rumah sakit? Ya Tuhan Senja, kita gak punya biaya rumah sakit, lebih baik ayo kita pergi aja," ajak Ratna dengan memaksakan diri untuk bangun, namun dia langsung merintih kala kepalanya kembali pusing.

Melihat hal itu, Senja langsung menidurkan kembali ibunya.

"Ibu tenang dulu yah, jangan mikirin masalah biaya dulu, biar Senja aja yang mikir yah," ujar Senja menangkan ibunya.

"Tidak Senja, biaya rumah sakit tidak sedikit, ibu gak mau kalau terus disini, kamu gak akan mampu buat bayarnya Senja, lagi pula penyakit ibu gak bahaya kok," ujar Ratna cemas.

"Kata siapa? Ibu udah terlalu banyak berbohong, ibu bilang Cuma demam tapi kenapa demamnya terus terusan? Apa itu maksudnya ibu? Sebenarnya penyakit ibu itu apa?" tanya Senja dengan terisak pelan.

"Senja takut kalau ibu akan ninggalin Senja kayak Ayah, jangan tinggalin Senja bu, Senja gak bisa." Senja menunduk sambil memegang tangan Ratna dengan terisak pelan, tubuhnya bergetar kala rasa sakit di tinggalkan kembali menggerogoti hatinya.

Ratna hanya diam dengan isakan pelannya, dia memalingkan wajahnya dari Senja karena tidak bisa melihat sang putri menangisi dirinya.

"Senja gak mau di tinggalkan Ibu, Senja gak mau! Ibu harus sehat."

******

Sore harinya Senja merasa senang kala sang Ibu mau makan setelah mogok makan karena memaksa ingin pulang dari rumah sakit, akhirnya dia bisa membujuk ibunya untuk di rawat jalan, meski pun otaknya terus berpikir keras untuk membayar biara rumah sakit yang nilainya sama sekali tidak kecil.

Saat asik menyuapi sang Ibu, tetiba ada tamu yang datang mendatangi mereka, terlihat kalau ibunya langsung menunduk dengan ramah pada sosok perempuan berbadan besar itu, karena melihat ibunya menunduk, Senja pun ikut menunduk meski pun dia tidak paham apa maksud itu.

"Aku dengar dari salah satu tetanggamu kalau kamu di temukan saat pingsan yah?"

"Iya Madi, saya jatuh sakit, tapi Madi tenang saja kalau besok saya akan sehat dan kembali bekerja."

Madi? Senja seperti pernah mendengar nama itu, yah dia ingat kalau Madi adalah nama dari kepala Pelayan yang berada dirumah tempat ibunya bekerja, ibunya bilang kalau Madi ini sangat baik dan terhormat di banding pelayan lainnya, karena mungkin dia adalah seorag kepala pelayannya, di tambah lagi dia juga yang mengurus para pelayan dari yang keluar kerja atau pun yang masuk kerja dia yang mengurusnya, bahkan gajinya pun lebih besar di banding pelayan lainnya.

"Sudah tidak apa apa, saya kesini juga hanya menjenguk kamu, mengingat kamu adalah pelayan yang sangat baik," ujar Madi dengan tersenyum ramah.

"Terima kasih Madi."

"Ngomong ngomong apa dia anakmu?" tanya Madi menunjuk Senja.

"Iya dia anak bungsu saya," ujar Ratna.

"Ah dia sangat cantik meski pun wajahnya tertutup."

"Terima kasih Madi, ngomong ngomong apa dia masih sekolah?" tanya Madi.

"Iya dia masih sekolah," jawab Ratna sekali lagi.

"Nak, apa pulang sekolah kamu selalu luang?" tanya Madi dengan berjalan mendekati Senja.

"Ada apa Madi?" tanya Ratna cemas.

"Ratna, saya gak bisa kalau harus menunggu kamu sembuh, kesembuhan kamu tidak bisa di prediksi, dan kebetulan di rumah majikan kita akan ada pesta besar besaran, kami membutuhkan kamu yang pintar dalam memasak, namun sepertinya tidak bisa, jadi apa bisa anakmu saja yang menggantikan kamu?" tanya Madi.

"Tidak Madi, bukankah banyak sekali yang akan memasak," jawab Ratna cemas.

"Iya banyak, tapi kami kekuarangan orang, kamu tahu kan jika tuan kita mengadakan pesta pasti selalu heboh, dan kami tidak bisa kekurangan orang, dan kamu tenang saja saya yang akan bilang ke nyonya, dan Nyonya pasti akan menggaji Senja, bahkan dia bisa membayar biaya rumah sakit mu," ujar Madi.

Senja Nampak berpikir mendengar itu, dia awalnya kaget dan akan menolak untuk berkerja disana, mengingat kalau Ibunya pernah bercerita kalau salah satu anak majikananya ada yang begitu arogan, dia takut dengan orang orang seperti itu, namun mendengar gaji yang bisa membayar biaya rumah sakit ibunya, dia Nampak menimbang nimbang.

"Ibu, Aku mau."

Samudra dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang