III: Surat

3 0 0
                                    

Prompt bulan Mei: "Apa kabarmu? Wahai cinta pertama"

Sepucuk surat yang tertempel di pintu kulkas

Kakak pergi ke Amerika untuk urusan mendadak, semalam Kakak pergi saat kamu sedang tertidur. Awalnya ingin kubangunkan, tapi kamu tidurnya begitu pulas sampai ngiler, makanya gak jadi Kakak bangunkan. Jangan marah, ya. Nanti Kakak beliin oleh-oleh banyak

Tertanda,
Y

Kalau tidak salah itu surat satu tahun lalu, ketika Kakak pergi untuk ke Amerika. Katanya, Kakak sedang ada acara keluarga. Aku tidak berani melepas surat itu, bahkan sampai sekarang masih tertempel di kulkas.

Dulu ketika aku melihat surat itu, langsung kuambil handphone dan kutelpon nomor Kakak. Seingatku, Kakak masih di bandara kala itu. Aku pun menelpon sambil menangis, tapi Kakak matikan telpon itu secara sepihak. Alasannya, karena mau boarding.

Kata Google, perjalanan ke Amerika butuh waktu 17-20 jam. Setelah 20 jam penuh air mata, aku mencoba telpon Kakak lagi. Namun, tampaknya telpon dari bandara itu adalah telpon terakhir kita.

Instagram Kakak semenjak itu juga tidak aktif. Entah itu di story, feeds, atau yang lain. Tapi aneh, aku tidak menemukan adanya peringatan orang hilang atau apapun. Aku sendiri terlalu lelah untuk melapor ke polisi. Bukannya tidak ingin atau tidak punya waktu, tapi mereka seakan mempersulit ku.

Aku nggak tahu, sekarang Kakak di mana. Walaupun aku tahu cinta kita terlarang, tapi setidaknya mari kita mengakhirinya dengan baik. Itupun kalau Kakak yang ingin. Walau sebenarnya di lubuk hatiku yang terdalam aku masih ingin bersama Kakak.

Kak, pulanglah sekarang
Aku mohon

Blood and TearsWhere stories live. Discover now