V: Minda

1 0 0
                                    

Aku terus berjalan di antara kegelapan. Kegelapan yang ramai, bukan tempat yang gelap, sepi nan menyeramkan.

Aku melihat sekitar, hanya hitam. Tapi rasanya seperti aku seperti mengembara kemana-mana. Padahal tugasku di sini hanya ada dua.

Satu. Sadari nafasmu
Dua. Sadari reaksimu

Detik-detik di awal rasanya cukup panjang. Terus aku sadari napasku sendiri, tanpa perlu menghitung atau bagaimana.

"Oh iya, baru ingat ada tugas. Deadline nya besok jam 10 pagi"

Pikiran pertama datang. Tugasku hanya sadari.

Sadari
Sadari
Sadari

Lantas ia pun hilang, entah ke mana.
Aku pun kembali menyadari napas ku.
Satu tarikan, satu embusan.

"Sial, pinggangku terasa sakit!"

Ingat, tugasku hanya sadari!
Sadari
Sadari
Sadari

Rasanya hendak ku pindahkan duduk-ku, tapi aku berusaha tidak reaktif. Tugasku hanya sadari, dan sadari.

Oh begini ya rasanya sakit pinggang?

Waktu demi waktu semakin bergulir. Pengembaraan pikiran ku mulai beterbangan kemana-mana. Tapi tugas ku hanya...

Sadari
Sadari
Sadari

Namun semakin kesini semakin kusadari, pikiranku terus mengembara, hingga akhirnya aku kehilangan pegangan atas napasku sendiri. Aku mulai kesulitan untuk menyadari napas. Napasku seakan berat dan tidak terkontrol. Aku pun mencoba untuk sedikit berontak dan mengambil kembali napasku.

Baiklah
Mari kita ulangi dari awal.

Aku kembali memulainya dari menyadari napasku yang pertama. Satu tarikan, satu embusan. Satu persatu mulai kurunut ulang.

Baik, pikiran yang pertama berasal dari hutang paylater ku yang tagihannya 2 hari lagi.

Cukup sadari
Sadari
Sadari

Ia lantas hilang sendiri. Masih mudah. Napas ku juga masih sangat ringan.

2 menit pertama sejak aku mengulangi semuanya berjalan lancar.

Napasku mulai memberat memasuki menit ketiga. Pikiranku mulai mengembara ke mana-mana. Sesuai pesan guruku, aku terus menyadarinya. Sadari dan terus sadari. Namun pikiranku memberontak. Tampaknya ia sudah bosan dengan aliran napas yang begitu-begitu saja. Namun terus kusadari. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin kulawan.

Aku masih bertahan hingga memasuki menit keempat. Seperti tadi, napasku mulai memberat, seakan-akan hilang ditelan kegelapan.

Tapi kali ini, aku seperti merasakan kehadiran sesuatu. 'Dia hadir di pikiranku'

...

Sudah seminggu ini, ia terus hadir di pikiranku. Tiap kali aku mengambil posisi untuk hening sejenak, tiap menit keempat ia akan datang dan membuyarkan semua kesadaran yang telah aku himpun sebelumnya. Siapa dia sebenarnya?

Tiap kali aku 'bertemu dengannya' yang kulakukan hanya menyadari. Sadari dan sadari. Tidak lebih.

Kata guruku, memang seperti itulah cara pikiran manusia bekerja. Terus mencari dan mengejar dibalik ketidakpastian.

Hingga pikiranku siang itu dibuyarkan oleh ketukan pintu ruanganku.

"Pak, hari ini ada tamu yang hendak menemui Anda"

Aku pun mengangguk dari kejauhan ketika asistenku mengabarkan sebuah informasi padaku.

"Ya silakan, bawa masuk kemari," kataku

Asisten itu kemudian berpaling usejenak lantas berbicara dengan seseorang di balik bilik pembatas ruangan. Entah siapa tamu ku ini. Mungkin karena terlalu sering aku menerima tamu, sampai aku sendiri tidak menghafal wajah dan nama mereka. Tapi, seingatku aku sedang tidak ada urusan akhir-akhir ini.

"Silakan masuk, nona"

Asistenku memberi tanda pada si tamu untuk masuk.

Benar saja, seorang wanita yang berusia sama padaku memasuki ruanganku. Sekonyong-konyong aku pun berdiri dan memberikan salam ku padanya. Aku lantas menjabat tangannya dan berkata "sepertinya kita pernah bertemu, di suatu tempat yang jauh di sana"

Blood and TearsМесто, где живут истории. Откройте их для себя