5. Haruskah Berpisah?

37 5 0
                                    

Kanaya meletakan alat makannya diatas piring, tanda telah menyelesaikan acara makannya. Ia kemudian menatap Samudra yang asik memainkan ponsel sembari menikmati jus persik miliknya. Kedua netranya beralih menatap lilin panjang di tepi meja, candlelight dinner, huh? Apalagi didukung dengan suasana cafe yang sedikit temaram dan musik klasik yang diputar menambah kesan romantis, tempat ini memang sangat cocok untuk dijadikan tempat kencan.

Tunggu, kencan?

Kanaya mengakkan duduknya, seolah tanpa diperintah, tiba-tiba otaknya berputar memikirkan skenario untuk mengakhiri hubungannya dengan Samudra. Tempat ini, suasana ini, sangat cocok untuk para pasangan yang sedang dimabuk cinta. Namun bagaimana jadinya jika ia mengakhiri hubungannya dengan Samudra sekarang? Pasti akan memberikan kesan lain untuk sebuah candlelight dinner, bukannya berjalan romantis tapi malah berakhir menyedihkan.

Kanaya menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya ia memikirkan ide konyol seperti itu ditengah-tenggah situasi seperti ini.

Samudra menyimpan ponselnya ke dalam saku dan mengangkat kepalanya, keningnya berkerut kala melihat Kanaya yang sibuk menggelengkan kepalanya, gadis itu bahkan sesekali ia memukul kepalanya sendiri.

“Nay, lo kenapa? Kepala lo sakit?”

Tubuh Kanaya terlonjak singkat mendengar suara yang menginterupsinya, ia menurukan tanganya lalu menggeleng kecil sebagai respon, “nggak kok, gue baik-baik aja.”

Samudra menatap penuh selidik pada Kanaya yang memasang senyumnya, meskipun merasa tak yakin ia tetap menganggukkan kepalanya.

“Gimana makan malamnya?” tanya Samudra yang dibalas anggukan kecil oleh Kanaya.

“Makanannya enak, tempatnya juga nyaman ” balas Kanaya sekenanya.

Samudra tersenyum puas mendengar balasan tersebut, setidaknya ia tidak salah memilih tempat untuk kencan perdana mereka.

"Samudra."

Samudra mengangkat kedua alisnya mendengar panggilan Kanaya, “ya?”

"Ada sesuatu yang mau gue bicarain sama lo."

"Hm? Yaudah, bicara aja.”

Kanaya memainkan ujung dress yang dipakainya, bibirnya ia gigiti kecil sebab rasa gugup yang melanda.

Ya, keputusannya sudah bulat, ia berniat mengakhiri hubungannya dengan Samudra sekarang. Sebab setelah dipikir-pikir, tak ada bedanya mengakhiri hubungan mereka baik sekarang ataupun esok, malah yang ada membuatnya semakin merasa bersalah karena membiarkan Samudra terus berjuang sendirian. Jadi lebih cepat lebih baik, setidaknya begitu menurutnya.

"Tapi... Janji jangan marah ya,” kata Kanaya sedikit ragu.

Samudra memiringkan kepalanya lalu mengendik kecil, "tergantung."

"Tuh kan... Nggak jadi deh." rajuk Kanaya.

Samudra tertawa kecil dengan respon yang diberikan Kanaya, “becanda, ngomong aja. Gue nggak bakalan marah kok."

"Janji?" tanya Kanaya memastikan.

"Janji."

Kanaya kembali menggigit kecil bibirnya tanda khawatir. Sumpah demi apapun di dunia ini, Kanaya merasa sangat takut hingga jantungnya berdegub begitu kencang, ia tidak pernah merasa takut seperti ini sebelumnya.

"Sam, sebenarnya gue..."

"Apa lo mau minta putus sama gue?" tutur Samudra.

Kedua netra Kanaya terbuka begitu lebar, sarat akan keterkejutan. Ia baru saja akan mengatakan itu tapi, bagaimana pria didepannya ini bisa tahu?

RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang