6. Percakapan yang Tak Diinginkan.

32 5 0
                                    

“Nay, gue balik duluan ya!”

Kanaya menganggukan kepala, ia melambaikan tangannya pada Marsha yang kini mulai menjauh dari area sekolah bersama sang kekasih dengan motor besarnya. Ia melangkahkan kaki memasuki Maserati putih yang terparkir apik di dekatnya, namun anehnya mobilnya itu tak kunjung menyala bahkan setelah beberapa kali percobaan.

“Hn? Kenapa nggak nyala?”

Kanaya terus mencoba menyalakan namun hasilnya nihil, mesin mobil ini seakan enggan untuk bekerja. Kanaya pun memilih turun, ia berjalan ke bagian depan mobil dan membuka kap guna mengecek penyebab kerusakan, walau sebenarnya tak membantu apapun karena ia tidak paham tentang mesin.

“Kenapa pakai mogok segala sih?” gerutu Kanaya. Karena kesal, ia pun menendang body mobilnya guna menyalurkan emosi. Tapi bukannya merasa lega, ia malah merasakan sakit di kakinya. Astaga, kenapa nasibnya begitu sial akhir-akhir ini?

Kanaya mengedarkan pandanganya pada sekitar, memang ada beberapa siswa yang berlalu lalang di dekatnya, namun ia tak memiliki keberanian untuk menegur salah satu dari mereka. Kanaya menghela napasnya pendek, ia membuka pintu mobilnya dan mengambil ponsel, lebih baik ia memesakan taksi online saja. Namun sebelum ia sempat menekan icon telepon pada layar ponselnya, sebuah suara terlebih dahulu mengejutknnya.

“Ngapain lo jongkok disini, ngemis?”

Kanaya dengan cepat mendongakkan kepalanya guna menatap sosok yang mengejutkannya itu, ia buru-buru bangkit dari posisi jongkoknya sehingga berhadapan langsung dengan sosok tersebut.

“Bara? Kok lo ada disini?” tanya Kanaya dengan raut terkejut.

"Salah kalau gue ada di parkiran?"

Bara, sosok yang mengejutkan Kanaya tadi mengerutkan keningnya samar. Ada apa dengan pertanyaan itu? Kenapa dia ada disini? tentu saja karena ia juga bersekolah disini dan parkiran masih menjadi wilayah sekolah, memang ada salah dari itu?

“Mak-maksud gue, kenapa lo ada di parkiran mobil? Bukannya lo bawa motor?” Kanaya mengoreksi perkataannya yang mugkin disalah artikan oleh pria didepannya.

Pip pip

Kanaya mengikuti arah suara berasal. Sebuah mobil Audi hitam yang terparkir tepat disamping mobilnya berkedip singkat, Bara pelakunya.

“Oh, lo bawa mobil ternyata?” ujarnya dengan suara kecil.

Dalam hati Kanaya mengumpati takdir yang membuat dirinya harus berada didekat Bara setelah usahanya menjauhi pra itu selama ini. Kenapa pula mobilnya harus mogok disaat-saat seperti ini? Dan kenapa pula Bara membawa mobil? Padahal biasanya pria itu lebih suka membawa motor saat ke sekolah. Menyebalkan sekali!

“Lo belum jawab pertanyaan gue.”

Kanaya menolehkan kepalanya kaetika tersadar dengan lamunan nya, “hm? Pertanyaan apa?” tanyanya kebingungan, ia tidak ingat jika pria ini melayangkan pertanyaan kepadanya.

Bara berdecak kecil, ia bukanlah orang yang suka mengulangi pertanyaan sama tapi berani-beraninya gadis ini membuatnya melakukan hal tersebut.

“Gue tanya, kenapa lo tadi jongkok disini?” ulang Bara sembari menekankan kata di setiap kalimatnya.

Kanaya mengerjapkan kedua netranya beberapa kali, tampaknya ia menyadari jika pria didepanya itu sedikit kesal. Dengan cepat ia menormalkan ekspresi wajahnya, sebisa mungkin ia harus bersikap biasa saja didepan Bara.

Kanaya berdehem singkat lalu menunjuk Maserati putih miliknya, “mobil gue mogok,” balasnya singkat bahkan terkesan tak acuh.

Bara menatap sejenak gadis didepannya, sedikit tak suka dengan kalimat yang dilontarkan dengan nada tak acuh itu kepadanya. Terlebih lagi Kanaya tak menatap dirinya yang jelas-jelas berada disampingnya dan memilih memainkan ponsel di tangannya.

RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D) Where stories live. Discover now