09

6.8K 1K 863
                                    

A flower from Hell
Sekuntum bunga dari neraka
🥀

- Selamat membaca -

"Pelan-pelan sialan!" Altheo menyentak kesal.

Kalea mendengus pelan. Lalu memelankan pergerakan tangannya mengompres lebam di pipi pria itu.

Seperti dugaannya. Altheo pulang membawa lebam di wajahnya, yang dapat dipastikan bahwa itu adalah pukulan dari Alzion. Entah sebesar apa kekacauan yang Altheo buat di mansion besar itu, hingga Altheo baru pulang pulang pukul empat pagi dan membawa luka lebam separah ini.

Hening tak ada suara. Kalea hanya fokus mengobati Altheo, ia menyimpan baik-baik segala pertanyaan di kepalanya tanpa diutarakan pada pria itu.

Sebab menanyakannya pada Altheo sama saja seperti bunuh diri. Yang ada Altheo malah memakinya tanpa memberikan jawabannya.

"Kenapa diam?"

Kalea menghentikan pergerakkan tangannya, menaik pandangannya menatap ke arah pria itu.

"Biasanya kau paling cerewet, berkata ini itu yang tidak penting. Lalu kenapa kau tidak bertanya apa-apa sekarang?" Tanya Altheo.

Nyatanya. Keterdiamannya membuat Altheo kebingungan.

Keterdiaman Kalea membuat emosinya tidak bisa tersalurkan sempurna. Ia butuh pancingan dari gadis itu agar ia punya alasan untuk memakinya seperti biasanya.

Kalea menghela nafas panjang, salivanya ia telan lalu mengulum senyum tipisnya. "Aku belum tidur. Aku mengantuk. Jadi, biarkan aku menyelesaikan tugasku untuk mengobati lukamu," ucap Kalea, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Mendengar itu. Altheo mendengus. Ia membuang pandangannya malas menatap ke arah Kalea.

"Kau berkata begitu agar aku simpati padamu karena kau tidak tidur sebab menungguku. Iya kan?" Tanynya sarkas, tertawa remeh di akhir kalimatnya.

Altheo melipat kedua tangannya di atas dada lalu kembali berkata," Mau kau tidak tidur selama sepuluh hari pun. Aku tidak akan menaruh perhatian padamu, Kalea. Jadi jangan bermimpi!"

Kalea memilih diam. Tak menggubris tiap-tiap ucapan Altheo. Sebab ia benar-benar lelah terjaga seharian. Dan dengan energinya yang tersisa, ia berusaha fokus mengobati luka suaminya.

"Sudah." Kalea membuka suara saat ia telah selesai mengompres Altheo. Menaruh handuk kecil itu ke dalam wadah berisikan air hangat itu saat lebam di wajah Altheo sudah mulai mereda.

"Istirahatlah, besok aku akan membeli obat untuk mengurangi rasa nyeri di wajahmu," tutur Kalea lalu beranjak pergi dari sana.

"Dia mengabaikanku?" Atheo menunjuk dirinya sendiri, menatap punggung Kalea yang telah menghilang di balik pintu. Tertawa pria itu dibuatnya. "Jadi sekarang dia sedang menggunakan tak tik baru, euh?"

Altheo menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Apa Kalea mengira ia tidak akan tahu akal bulusnya itu?

"Baiklah kita lihat semenarik apa permainan perempuan sialan itu."

Altheo menaikkan tubuhnya ke kasur, meletakkan kedua tangannya di bawah kepala sebagai bantalan. Matanya memejam, namun sudut bibirnya membentuk seringai.

A Flower from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang