34 . Ella Si Pembohong

437 24 0
                                    

Pagi hari sudah terbit.

Aku membuka mataku perlahan, mataku seperti lengket dan sembab karena nangis semalaman.

Tetapi aku tetap bangunkan diri untuk mencoba melihat keadaan diluar kamar.

Sudah ada mamah di ruang makan dan beberapa makanan yang sudah ia masak lalu disiapkan ke meja.

Mamah kini melihat ke arahku sebentar.

"Ella." Panggilnya dengan nada rendah.

"Apa, mah?"

"Telepon Rades, suruh ke rumah buat makan bareng."

Rades?

"Kenapa?"

"Bisa langsung telepon aja nggak?"

Aku terdiam karena perkataan mamah. Aku masih malas berurusan dengan Rades. Terlebih saat kita berdua putus.

Tanpa berbicara aku balik ke kamar dan meraih ponsel lalu mencari nama Rades di kontak.

Saat sudah menemukannya aku berpikir sejenak, kakiku aku lekuk ke atas dan digoyang-goyangkan selagi aku tengkurap.

"Aku masih males sama kakak. Buat apa aku telepon kakak?"

Aku melempar ponsel ke sembarang arah dan kembali ke mamah.

"Katanya Rades nggak bisa."

"Gitu ya, ya udah makan."

Sebenarnya aku masih marah ke mamah soal malam kemarin kami berdebat soal aku dan Bima di taman dan berujung salah paham di ruang bimbingan konseling itu.

Tapi mamah sepertinya tidak pernah ada rasa bersalah telah berbicara kasar kepadaku.

Aku benar-benar tidak mood berada di sebelahnya. Tapi aku lapar.

Terpaksa aku makan walau sedikit.

Pertengahan aku makan, mamah mengambil ponselnya dan seperti akan mengirim pesan kepada seseorang.

Setelah beberapa menit mengirim ia melihat kembali ke ponselnya dan mengirim lagi. Aku melihat wajah mamah yang mengerut keheranan.

Ada apalagi ini?

"Ella."

Jantungku berdetak kencang.

"I-iya?" Aku mencoba untuk menatap matanya.

Ini aku jujur, aku tidak mengada-ada. Ini juga bukan film horor tapi mengapa tatapan mamah kepadaku seseram itu?

"Kamu bohong sama mamah?"

"Maksudnya?" Aku masih belum mengerti.

"Rades bilang kamu nggak ada telepon ke dia."

Mampus aku. Kenapa mamah kepikiran untuk mengirimi Rades pesan sih?

Kenapa Rades juga menjawab pesan mamah?

"Itu-"

"Iya, kan? Kamu bohong sama mamah?"

"Nggak gitu,"

"Semenjak kamu sama Bima kamu sering banyak bohong sama mamah. Dia nggak baik buat kamu."

"Mamah kenapa sih nyangkutin nama Bima mulu?"

"Kamu jadi pembohong karena Bima."

"Bima nggak salah, mah. Itu aku aja yang mau karena lagi males sama Rades."

"Mamah nggak percaya kamu gini sekarang."

Aku tidak terima jika mamah terus menerus menghina Bima, padahal Bima tidak seperti itu.

Bima adalah orang yang baik. Lebih baik dari Rades yang langsung mengambil tindakan sesuka hatinya tanpa mendengarkan ucapan ku.

"Udahlah, mah. Jangan bahas Bima."

"Kamu berubah waktu pacaran sama anak itu." Ia berdiri dan ke dapur.

Aku melihat mamah sepertinya ia sangat kecewa denganku. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

Apakah aku juga salah ya?

"Bawa ini ke rumah Rades." Aku sedikit terkejut saat mamah tiba-tiba ada di sebelahku dan menyodorkan tempat makan kepadaku.

Aku harus ke rumah Rades? Lagi? Ini tidak seperti yang aku bayangkan.

"Mamah Rades udah balik keluar negeri lagi. Rades sendiri di rumah, ini buat dia." Lanjut mamah.

Dengan malas aku mengambil tempat makan itu.

"Hm."

"Kasih ke rumahnya, jangan ngebohong lagi."

"Ya."

Mamah tidak tahu apa anaknya sedang tidak baik-baik saja dengan seorang orang yang bernama Radeswadana?

Malas sekali aku keluar rumah dan menuju rumah Rades. Selama perjalanan aku memainkan kukuku yang cantik tetapi sudah beberapa hari tidak terurus.

Tanpa sadar aku sudah berada di depan halaman rumah Rades. Aku dejavu akan hal itu, pertama kalinya aku mengasih makanan dari mamah untuk Rades hari itu.

Aku tersenyum singkat mengingatnya.

Aku menyukai Bima, tetapi Rades yang terbaik.

Mungkinkah sekarang aku labil kembali?

________
TBC.

1 Agustus 2023.

 Free Thought [ GXG ]Where stories live. Discover now