Ragaz balik lagi nii, hahaa
***
Di gerbang utama istana Karmel, seseorang terlihat sedang turun dari kuda yang ia tunggangi. Sepatu putih mewah dan jubah kebesarannya terlihat bergoyang karena hembusan angin. Pundaknya tegap dan dadanya bidang, semakin menatap ke atas, semakin terlihat pula rupanya yang merupakan seorang pria.
Angin kembali datang menyapa hingga menggoyangkan rambut hitam pekat pria tersebut, manik matanya sehitam opsidian, alisnya tebal dan menukik tajam, hidungnya mancung dan rahang yang tegas. Secara keseluruhan, rupa pria tersebut benar-benar luar biasa!
Ditambah dengan jubahnya yang mewah, bisa disimpulkan bahwa pria tersebut adalah keturunan bangsawan. Mata tajam pria itu berpendar menatap bangunan istana di depannya, tak terbaca makna akan tatapannya itu. Terlihat lurus dan datar.
Beberapa detik berdiri sambil menatap istana, akhirnya kakinya mulai melangkah tegas masuk ke dalam area istana utama kekaisaran Karmel.
Beberapa pengawal yang kebetulan lewat sejenak memberi hormat dengan menunduk ketika pria itu lewat, dari sini saja memang bisa dipastikan bahwa pria itu bukanlah pria dari kalangan biasa.
Ia berjalan terus ke depan seolah memang telah menghapal tempat yang hendak ia kunjungi, padahal jelas-jelas istana Karmel sangatlah luas sampai harus dibagi-bagi. Pria itu berjalan terus masuk ke dalam istana. Dilihat dari arah tujuannya saat ini, sepertinya ia hendak menuju ke kediaman selatan tempat permaisuri berada. Langkah demi langkah ia lewati dengan baik, walau raut wajahnya terlihat biasa saja dan datar, namun perubahan samar dari wajah datar itu sedikit terlihat. Ketika dirinya telah masuk ke kediaman selatan, bibirnya mengulas senyum tipis entah karena apa. Yang jelas jika seseorang melihat wajah dingin itu bisa tersenyum mereka akan sangat terkejut. Secara tak ada sejarahnya seorang Grand Duke Harvey bisa mengulas senyum.
Penjaga yang berada di pintu luar kamar permaisuri menunduk hormat ketika melihat kedatangan sang Grand Duke. Mereka kenal dengan ia sebab Grand Duke tersebut sangatlah terkenal, selain karena ketampanannya yang tidak manusiawi, Grand Duke Harvey juga terkenal akan kekuasaannya yang tinggi di bawah kaum bangsawan lain. Grand Duke Harvey memiliki kuasa yang bisa saja sebanding dengan Kaisar Aarazka, kuasanya jauh di atas Duke dan Archduke lainnya yang berada dalam wilayah kekaisaran Karmel.
"Permaisuri berada dimana?" Tanyanya datar, dengan lekas pengawal yang berjaga menjawab. "Di belakang kediaman selatan, Tuan." Jawab si penjaga dengan cepat.
Grand Duke tersebut segera memutar tubuhnya untuk menuju taman belakang kediaman selatan, tanpa perlu bertanya arah pada pengawal dan pelayan yang berseliweran di sekitarnya, Grand Duke Harvey melangkah dengan tegas masih dengan raut wajahnya yang datar. Ia berbelok ketika menemukan lorong lain, terus berjalan hingga secara tak sengaja ia menangkap suara teriakan dari arah taman belakang dan disusul dengan suara cipratan air yang besar beberapa detik setelah teriakan tersebut.
Grand Duke Harvey seketika berhenti, ia terkejut sekaligus perasaan khawatir muncul di benaknya. Apa yang terjadi di depan sana? Mengapa suara teriakan terdengar begitu keras disusul oleh suara riak air? Tidak mungkin 'kan hal yang ada dipikirannya saat ini benar terjadi?
Tetapi tak lama kemudian, suara berisik seperti panggilan beberapa wanita terdengar yang membuat Grand Duke Harvey segera berlari kuat masuk ke dalam taman belakang kediaman selatan.
"Yang Mulia!"
Ia semakin mempercepat langkahnya ketika mendengar suara teriakan samar itu, mungkinkah...
Grand Duke Harvey sudah menggeleng kuat seolah menyangkal akan pikiran negatifnya saat ini. Rasa kalut dan berdebar akan kekhawatiran begitu terlihat dari raut wajah pria dingin itu saat ini. Kaki jenjangnya terus berlari hingga akhirnya ia menapak pada tanah kediaman selatan bagian belakang.
Pemandangan pertama yang menyambutnya saat ini adalah kehebohan dan teriakan panik beberapa pelayan di bibir danau, mereka serentak menoleh ke arah danau yang masih memiliki sedikit gelembung kecil.
Grand Duke terenyuh, hal yang ia khawatirkan terjadi adanya. Bahkan pupil matanya sudah mengecil dan hatinya seolah takut dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Tanpa berpikir lama lagi, bahkan tanpa melepas sepatunya ia segera berlari dengan melompat lalu menjatuhkan diri ke kolam. Hal yang pertama masuk ke dalam air adalah kepala, rambutnya langsung mengembang dan mengikuti arah air. Gemuruh riak air terlihat mengembang di sekitar dan dengan cepat ia berenang masuk ke dalam air. Mata tajam tetapi tersirat akan rasa khawatir itu segera berpencar mencari keberadaan seseorang yang saat ini sedang menjadi penyebab kekhawatirannya.
Ia terus mencari dengan berenang semakin dalam, rasa kalut semakin merambat di hatinya ketika tak menemukan sesosok yang ia khawatirkan saat ini. Bahkan sampai detik ini, ia masih berharap bahwa orang yang sedang ia takutkan bukanlah orang yang sama dengan orang yang sedang tenggelam saat ini.
Matanya memerah sebab kedalaman air, tetapi hal tersebut tidak membuat ia berhenti mencari. Dengan segenap rasa bertalu-talu di hatinya yang semakin menjadi, tak sengaja ia melihat tangan yang mengambang.
Pupilnya melebar, ingin berteriak tapi masih ingat bahwa saat ini ia sedang berada di dalam air. Dengan lekas kedua tangannya mengayun untuk menuju ke arah gadis yang sudah hampir pingsan.
Keadaannya terlihat menyedihkan, tangan dan wajahnya sudah memucat seiiring dengan penglihatannya yang memburam.
Grand Duke panik, ia tidak akan membiarkan gadis itu pingsan, maka dengan cepat ia menarik tangan gadis tersebut lalu merapatkan tubuh Camellia ke pelukannya.
Sempat ia menepuk pelan pipi Camellia tetapi tidak mendapat gubrisan, akhirnya tanpa banyak berpikir ia menekan pinggang Camellia dengan tangan kirinya lalu memegang tengkuk leher Camellia dengan tangan kanan.
Jarak mereka saat ini ke atas permukaan danau lumayan dalam, jika ia membawa Camellia begitu saja ke atas bisa saja Camellia tidak akan bisa bertahan.
Ia harus.. memberi napas buatan sekedar menambah oksigen sampai ke atas permukaan.
Grand Duke Harvey lantas memiringkan kepala dan menempelkan bibirnya ke bibir pucat dan kenyal Camellia.
Hati pria tampan itu langsung berdebar, saat ini ia sedang mencium Camellia! Gadis yang sangat ia cintai! Niatnya ingin memberi napas buatan saja, alhasil pria itu kelepasan dan malah mengubah ciuman biasa itu menjadi ciuman panas.
Mata gadis itu pun sudah terbuka lebar sesaat setelah bibir keduanya bertemu, Grand Duke Harvey menatap lurus ke arah Camellia. Gadis cantik yang sangat ia cintai. Dalam sejarah hidupnya, ia takkan pernah melupakan kejadian hari ini.
Grand Duke Harvey mulai membawa Camellia ke atas masih dengan ciuman yang semakin dalam saja, dan setelah naik ke atas permukaan ia melepas ciumannya dan membiarkan Camellia menarik napas panjang-panjang.
Dengan hati-hati ia membawa Camellia ke pinggir danau bertepatan dengan kedatangan Aarazka.
***
Vote 70 komen 20 deh😇?
Bisa gak, bisa lah..bisa dong. Bisa kan? Oke, bisa!
***
Tbc
07 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became A Empress [SEGERA TERBIT]
Teen FictionCamellia terjebak dalam dunia asing yang membingungkan, tepat saat membuka mata hal yang tak terduga menghampirinya. Katanya ia adalah seorang permaisuri? Hei, ia hanyalah seolah mahasiswi biasa dengan kehidupan datar tak bergairah. Bagaimana bisa...