53. Mati

38K 3K 84
                                    

Sesampainya di tanah wilayah Karmel, Atlair yang sedang menaiki kudanya seroang diri itu memilih berhenti sebab merasakan sesuatu yang janggal. Saat ini ia sedang berada hutan yang jaraknya cukup dekat dengan istana tempat yang akan ia kunjungi, akan tetapi.. Atlair merasa ada sesuatu yang salah saat ini.

Ia seorang Grand Duke yang bertugas di bagian keamanan, jadi jelas bahwa keterampilan Atlair tidak dapat diragukan lagi. Intuisi pria itu sangat akurat dalam situasi apapun, seperti saat ini.

Atlair hanya perlu menajamkan pendengarannya saja, dan dengan begitu ia bisa memastikan bahwa ada banyak orang di sekitar hutan. Sangat banyak yang mungkin saja jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan, Atlair merasa hal yang buruk akan terjadi.

Ia sangat yakin, bahkan sangat-sangat yakin. Aroma, suasana tegang ini, dan juga nuansa sepi ini, jelas sekali bukanlah suasana seperti biasanya saat ia melewati hutan.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, mengapa ada banyak orang di sekitar sini? Apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi?

Sring! Sret! Sret! Brakk!! Dari sebelah barat hutan, Atlair mendengar suara nyaring yang lebih seperti tebasan pedang yang diayunkan dan mengenai logam atau besi lain. Mungkinkah ada pertempuran di sana? Pertempuran yang terjadi di wilayah Karmel!?

Atlair yang seorang Grand Duke divisi keamanan tentunya memiliki kewajiban untuk melihat dan membubarkan pertarungan itu jika perlu. Bertarung di wilayah Karmel dapat menaruh rasa ketidaknyamanan bagi masyarakat Karmel yang mungkin saja hendak melewati hutan ini juga.

Atlair merubah sejenak tujuan utamanya yang hendak ke istana, lelaki itu mengarahkan kudanya untuk menuju bagian barat hutan dan melihat situasi apa yang sedang terjadi.

Semakin Atlair mendekat, maka semakin yakin pula akan intuisinya tersebut akan keberadaan ribuan pasukan asing di sekitar hutan. Suara pertarungan juga semakin terdengar jelas saat Atlair terus melaju mendekat.

Semakin memasuki hutan, semakin Atlair bersiaga. Atlair mengehentikan laju kudanya dan berhenti, meninggalkan hewan besar itu begitu saja dan berjalan masuk ke sumber suara pertempuran itu.

Dan betapa terkejutnya ia.. melihat pemandangan yang ada di hadapannya saat ini!

Atlair mematung di tempat, apa-apaan ini!? Apakah terjadi penyerangan sembunyi-sembunyi pada kaisar!? Atlair sangat terkejut, tetapi dengan cepat ia berlari masuk ke tengah-tengah pertarungan untuk membantu kaisar. Walau sebenarnya ada rasa tidak suka pada Aarazka, tetapi tetap saja tugasnya yang sebagai Grand Duke harus dilaksanakan.

Atlair segera mengeluarkan pedang dari sarung miliknya lalu mengangkat pedang itu setinggi dada rata-rata air. Matanya langsung menajam untuk tidak melewatkan satu serangan pun yang akan berpotensi melukainya.

Atlair berjalan mendengar dengan posisi siaga hingga tibalah ia di dekat Aarazka, mereka saling mengadahkan pedang masing-masing ke depan dan saling memunggungi.

Atlair mundur ke belakang untuk dapat berinteraksi dengan kaisar, "apa ini? Bukankah kau yang terkuat? Melawan anak panah sekecil itu saja sulit kau lakukan?" Ujar Atlair sarkas tapi sama sekali tidak berbalik. Justru mata pria itu sibuk menelisik ke arah hutan dan memastikan posisi para penembak panah itu berasal.

Aarazka malas menanggapi, tapi jujur.. ia sedikit merasa terbantu akan kedatangan Atlair. Setidaknya beban untuk menangkis semua panah itu bisa mengurang, Aarazka kembali ke posisi siaga menahan rasa nyeri dan sakit di telapak tangannya akibat ulah penjahat sebelumnya, juga luka di punggungnya yang terkena anak panah. Tetapi sebelumnya Aarazka sudah mencabut anak panah itu secara kasar yang membuat jubahnya bercucuran darah.

I Became An Empress [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang