Camellia menelan salivanya kasar saat melihat tatapan mengerikan itu tertuju padanya, lalu gadis itu menoleh kembali ke sampingnya di mana Atlair yang juga sedang berdiri menatap ke arah kedatangan Aarazka.
Aduh bagaimana ini! Jangan sampai hal yang buruk terjadi, baik padanya maupun pada Atlair.
Tak peduli akan raut cemas Camellia, kaisar dingin itu terus berjalan dengan gagahnya hingga tibalah di hadapan kedua manusia berbeda gender itu yang sedang menatapnya dengan tatapan berbeda. Camellia dengan tatapan khawatir dan was-was, serta Atlair yang menatapnya datar dan jengah.
Aarazka ingin sekali memojokkan kepala Atlair ke dinding sampai pecah berkeping-keping agar tak ada lagi tatapan datar itu yang mengarah padanya. Aarazka sudah menggigit giginya sendiri merasa kesal lalu segera menarik tangan Camellia agar berpindah ke sampingnya.
Camellia yang belum siap dengan tarikan itu hampir saja huyung jika saja Atlair yang dengan cekatan menahannya dari samping dengan cara memegang pundak gadis itu.
Posisinya saat ini dengan Camellia yang awalnya sedang berdiri di sebelah kiri Atlair, lalu Aarazka datang dan berdiri di hadapan Atlair. Ketika Aarazka hendak menarik tangan kanan Camellia untuk menjauh dari Atlair, Camellia serasa terhuyung ke samping karena ketidaksiapan atas tarikan tiba-tiba itu. Untung saja ada Atlair yang dengan sigap menahannya dari samping kanan dengan cara memegang kedua pundak Camellia.
Jadi sekarang posisinya berubah dengan Camellia yang berada di tengah keduanya, tangan kanan Aarazka yang menggenggam pergelangan tangan Camellia dan Atlair yang seolah memeluknya dengan cara memegang pundaknya dengan kedua tangannya.
Aarazka menatap tajam pada tangan lancang Atlair, segera ia menepis kasar tangan itu dengan tangan kirinya yang menganggur membuat Atlair menoleh padanya dengan tajam.
Mungkin di kekaisaran ini, hanya Atlair seoranglah yang berani menatap secara terang-terangan pada Aarazka dan melakukan perlawanan secara terang-terangan. Atlair balas menepis tangan kaisar itu secara kasar seolah tak ingin disentuh, lalu menarik tangannya sendiri dari pegangannya.
Aarazka sangat kesal, lalu menarik Camellia agar seutuhnya berdiri di sampingnya. Camellia hanya pasrah saja, tidak ingin melawan karena nyalinya sedikit menciut ketika melihat tatapan tajam Aarazka saat ini.
"Kaum rendahan sepertimu berani memegang permaisuri secara lancang?" Tanya Aarazka dengan dingin serta dengan tatapan tak berekspresinya pada Atlair.
Camellia meremang mendengar suara tajam dan berat itu, ingin rasanya ia pergi dari situasi ini dengan segera tetapi sayangnya ia tidak bisa. Ia seolah ditahan oleh nuansa mencekam ini agar tetap berada di tempat.
Atlair tersenyum sinis, seolah mengejek. "Kaum rendahan? Bahkan saat ini, di detik ini juga aku bisa menyatakan perang pada kekaisaran ini dan merebut posisimu dengan mudah." Jawabnya dengan seringaian sinis diakhir kalimatnya.
Camellia langsung menatap Atlair yang tak sedang menoleh padanya melainkan pada Aarazka, gadis itu mengerutkan kening mendengar perkataan Atlair. Menyatakan perang? Semudah itu mengatakannya dan apa alasannya ia melakukan perang?
Aarazka balas tersenyum miring, "coba saja. Bahkan sebelum pedangmu keluar dari balik zirahmu, aku pasti sudah memegang kepalamu yang telah terpisah dari tubuhmu." Jawab Aarazka pula.
Camellia lagi-lagi bergidik ngeri, pembahasan macam apa ini anjerrr!?? Kok malah bawa-bawa perang sih, mana cara ngomongnya datar gak bergairah gitu lagi.
"Meragukan sama saja kalah." Tutur Atlair.
"Tak melakukan sama saja omong kosong." Jawab Aarazka dengan akhiran mata meremehkan, apalagi ketika tak mendapat balasan dari Atlair lagi.
Dengan segera ia berbalik untuk pergi dari sana, tak lupa menarik Camellia untuk turut serta ikut dengannya. Camellia hanya pasrah mengikuti Aarazka, tetapi baru satu langkah berjalan tiba-tiba keduanya berhenti di tempat.
Aarazka menoleh ke belakang dan langsung disambut oleh Atlair yang ternyata sedang memegang tangan kiri Camellia untuk menahan gadis itu agar tidak pergi.
Mampus! Situasi macam apa lagi ini!? Mengapa Camellia merasa agak ngeri ya? Baik dari depannya maupun dari belakangnya sama-sama memiliki aura yang sangat mengerikan.
"Lancang sekali tangan kotor itu menyentuh istriku." Ujar Aarazka menahan amarah sembari menakan kata 'istriku' dengan detail.
Atlair tak menjawab, ia tetap diam sambil terus memegang Camellia. Gadis itu sudah uring-uringan tidak tahu apa yang harus dilakukan, hingga tiba-tiba ide nyeleneh tersangkut di otaknya.
Tidak tahu jika belum dicoba, jadi Camellia harus mencoba sebelum perang itu benar-benar terjadi!
"Melakukan pemberontakan pada kaisar secara terang-terangan," ucap Aarazka seperti sedang menilai.
"Dan berencana ingin mengambil.." sambung Atlair dengan wajah flat datar tetapi bibirnya tersenyum miring, ia melangkah lebih dekat agar bisa membisikkan kata selanjutnya.
"..istri kaisar itu sen.di.ri." Katanya yang berhasil membuat Aarazka menatapnya nyalang.
Satu kepalan tangannya sudah memutih karena terlalu kuat di erat, begitu juga Atlair yang telah siaga untuk segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.
Tepat saat Aarazka hendak mendaratkan tinjunya, suara erangan kesakitan Camellia terdengar yang membuat dua pria dingin itu serentak menoleh padanya.
"Aaagh, sakit sekali~ huhuu, Razka.." rengek Camellia dengan rintihan kesakitan sambil memelintir perutnya seolah yang saat ini penyebab kesakitannya adalah perut.
Baik Aarazka maupun Atlair langsung melupakan kejadian yang beberapa detik lalu, keduanya langsung teralihkan oleh Camellia yang sedang sakit dan menatap gadis itu cemas.
"Sakit? Kita ke kamar sekarang." Ucap Aarazka dengan nada khawatir yang sangat terlihat jelas, ketika ia ingin memegang tangan Camellia untuk memapahnya, tiba-tiba Camellia terduduk di bawah atau yang lebih tepatnya berjongkok sembari memeluk perutnya sendiri.
"Ini rasanya sakit sekaliiii!" Rengek Camellia lagi dengan suara ingin menangis, sengaja ia menundukkan kepala agar senyum jahilnya bisa ia perlihatkan. Nah kan, kalo gini udah gak ada pembahasan perang lagi. Hehe.
Aarazka dan Atlair semakin heboh, semakin panik kala gadis itu terus kesakitan.
"Kau," ucap Aarazka pada Atlair dengan kata menggantung, lalu dengan dengusan kasar ia melanjutkan, "segera panggil dokter. Aku akan membawa Camellia ke kamar." Titahnya tanpa menunggu jawaban dan segera menggendong Camellia ala bridal style dengan mudah. Camellia yang tidak siap tentu saja terkejut, tetapi dengan segera ia mengalungkan tangannya di leher Aarazka agar mudah dibawa. Tidak berhenti sampai di sana, gadis itu masih terus berpura-pura memelas kesakitan seolah ia memang benar-benar sakit.
Tinggallah Atlair yang segera berlalu untuk memanggil dokter, tak sadar bahwa sedari tadi ada sepasang mata abu yang sedang memperhatikan ketiganya dari balik tembok dengan kepalan tangan kuat dan mata kesal menatap Camellia.
Dia Helga.
***
ayo pilih kalian ngeship siapa
Camellia -Atlair
Camellia-Aarazka
Camellia -Aldric
Helga-Aarazka
Helga-Aldric
Rezel-Aarazka
yang shipper paling banyak di salah satunya aku jadiin ending entar, pilihnya baik-baik ya jangan nyesel nanti😉
Tbc
12 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became An Empress [SEGERA TERBIT]
Teen FictionCamellia terjebak dalam dunia asing yang membingungkan, tepat saat membuka mata hal yang tak terduga menghampirinya. Katanya ia adalah seorang permaisuri? Hei, ia hanyalah seolah mahasiswi biasa dengan kehidupan datar tak bergairah. Bagaimana bisa...