Benar, semuanya karena Camellia yang salah mengartikan akan maksud ucapannya sendiri. Ia hanya ingin mendapatkan ijin dari kaisar saja, bukan mengajak serta sang kaisar untuk turut serta keluar bersamanya. Ia ingin berjalan-jalan seorang diri untuk melepas segala macam penat yang bersarang di pikirannya, hanya itu saja.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur, niat hati ingin berjalan-jalan seorang diri harus Camellia buang jauh-jauh. Sebab kehadiran seseorang di sampingnya yang sedang duduk tenang tanpa sedikitpun mimik yang ia keluarkan . Posisinya mereka saat ini sedang berada di dalam kereta mewah kekaisaran yang memiliki atap, kereta berjalan yang ditarik oleh kuda dan diarahkan kusir, didalamnya ada dua tokoh penting atau bahkan sangat penting dan sangat disegani seantero Karmel.
Sesekali kereta yang mereka naiki bergoyang seiring mengikuti mulus tidaknya rute yang dilalui, terlebih perjalanan mereka saat ini bukan ke kota yang mungkin jalan yang ditempuh cukup baik dan mulus, tetapi tujuan mereka saat ini adalah ke hutan sesuai dengan permintaan Camellia. Yah, tak menampik bahwa Camellia juga sebenarnya sangat ingin ke kota apalagi ke pasar, fantasinya tentang bentuk pasar di zaman kuno begitu memantik rasa penasarannya. Akan tetapi, untuk saat ini ia hanya akan pergi ke hutan saja sebentar, selain karena nuansa tempat yang hendak ia kunjungi cenderung lebih sunyi dan dapat menyegarkan pikiran, kehadiran Aarazka juga menjadi penghambat baginya untuk mengunjungi pasar.
Bersama Aarazka saja ini sudah membuatnya tidak nyaman, ia butuh waktu sendiri. Kau tahu? Ingin menyendiri, bukan berdua. Tetapi hal terebut tidak bisa ia lakukan sebab dirinya sudah terikat dengan Aarazka.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Valorie?" Tanya Aarazka di sela-sela perjalanan kereta yang sedikit bergerak tidak seirama.
Camellia menoleh ke samping untuk melihat Aarazka yang sedang mengajaknya berbicara. "Tidak apa-apa, tapi.."
"Tapi?"
"Panggilan yang kamu sematkan untukku terasa agak.. asing?" Ujar Camellia sedikit tersenyum canggung, entah mengapa ketika pertengkarannya dengan Aarazka tempo hari menjadikan panggilan "Valorie" diberikan Aarazka untuknya. Memang namanya ada kata Valorie-nya, tapi tetap saja..sejauh ini ia tak pernah mendengar ada seseorang yang memanggilnya dengan nama demikian, bahkan ayahnya sendiri yang datang beberapa hari lalu itu memanggilnya dengan nama depannya. Menurut Camellia itu agak sesuatu yang..yahh, ia tidak bisa menjabarkannya. Tetapi ia sama sekali tidak merasa kesal, marah, tidak suka, ataupun yang lainnya. Menurutnya selagi itu memang bagian dari namanya baik nama depan, tengah, atau belakang masihlah sama, maka hal tersebut tidak masalah. Asal jika namanya yang awalnya Camellia tetapi justru dipanggil dengan nama buatan yang tentunya bukanlah namanya dan cenderung membuat nama panggilan jelek tentang namanya.
"Kau melupakannya juga ya?" Aarazka bukannya menjawab malah balik bertanya, Camellia tentu saja tidak mengerti.
Sebelum Camellia semakin dibuat bingung, Aarazka segera melanjutkan maksud perkataanya. "Aku memakluminya sebab kamu amnesia, jadi wajar jika melupakan kenangan kecil dulu." Katanya memulai percakapan.
Sebelum itu, Camellia dibuat tersenyum paksa sebab perkataan Aarazka, kalau boleh jujur..sebenarnya ia sama sekali tak pernah hilang ingatan, ia bukan Camellia asli yang bersama Aarazka dulu yang menciptakan kenangan. Camellia asli sudah meninggal, digantikan dengan dirinya. Jadi di sini, jiwa Camellia telah berganti namun raganya masih sama, bukan hilang ingatan sesuai persepsi Aarazka, tetapi Camellia tidak bisa menjelaskan fakta ini pada Aarazka. Selain karena tidak tahu harus bercerita darimana, menurutnya untuk saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan kebenarannya.
"Di hari pernikahan kita, ketika kamu dan aku berdiri di altar gereja Valorie. Di sana kamu sendiri yang menyarankan agar aku memanggilmu dengan nama spesial, tujuannya agar hubungan kita bisa lebih dekat. Awalnya akan menolak karena sebenarnya aku masih bingung harus mengungkapkan perasaan bahagiaku saat itu, tetapi sekarang rasanya hatiku telah benar-benar siap untuk menyatakan perasaanku padamu secara langsung." Tutur Aarazka dengan bersungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became An Empress [SEGERA TERBIT]
Teen FictionCamellia terjebak dalam dunia asing yang membingungkan, tepat saat membuka mata hal yang tak terduga menghampirinya. Katanya ia adalah seorang permaisuri? Hei, ia hanyalah seolah mahasiswi biasa dengan kehidupan datar tak bergairah. Bagaimana bisa...