33. Denting

71 3 5
                                    

Gaes. Aku minta maaf banget kalau ada kesalahan tempat dan nama di penulisan. Aku berusaha keras melanjutkan karya pertamaku. Tahu, kan, hiatusnya uda hitungan tahun 🙏😘

Aku dapat feel Denting sewaktu mendengar lagu Aurora -Warrior. Berasa dengar suara merana Denting terkurung dari dunia luar 😁🤭

*****

Sekuat apapun Denting ingin keluar dari menara, tak ada pintu celah yang terbuka cuma-cuma. Semua dalam penjagaan ketat, alih-alih merasa spesial sebagai wanita pilihan Arsakana. Ia merasa bagai tawanan. Terampas kebebasan yang selama ini melekat dalam dirinya.

Pandangannya kian mengabur melihat keluar jendela. Denting bukan wanita yang mudah melelehkan air mata, ia lebih suka mengatur strategi bermain cantik, tetapi kali ini lawannya sungguh tangguh. Akalnya telah habis memikirkan cara lepas dari Arsakana.

Pikirannya teralih ketika terdengar suara ketukan di pintu, membuatnya menjawab dengan nada malas. Percuma diam atau melarang, pelayan-pelayan tersebut akan kalang kabut mengira dirinya melakukan hal buruk lagi.

"Masuklah."

Langkah tegas dan teratur itu milik Merna. Muncul di ambang pintu terbuka yang terhubung dengan tangga melingkar menuju lantai bawah. Bibirnya membentuk senyum tipis, dia menundukkan sedikit tubuh, meletakkan tangan di dada.
Denting tersenyum enggan. Penghormatan yang diberikan untuk bangsawan kelas atas. Arsakana telah memberi perintah bahkan sebelum dirinya sah memasuki istana.

"Tidak adakah ketenangan di sini?" Denting bertanya malas, diambil asal buku yang tergeletak di meja sebelah kursi. "Aku sedang membaca."

Merna melirik sekilas sebelum menunduk kembali. "Kemampuan membaca yang baik."

Pelayan yang menyisir kencang rambut ke belakang, membentuk ekor kuda jelas menyindir Denting. Berpura-pura membaca hingga tak sadar bukunya terbalik. Merasa tersindir, Denting menyibak gaun yang dikenakan dengan terpaksa saat berdiri.

"Katakan apa maumu?"

"Atas perintah Paduka Raja. Penjahit Istana akan datang tidak lama lagi."

Denting terdiam di hadapan Merna. Arsakana serius dengan kata-katanya. Mulai saat ini dia akan menggunakan pakaian kerajaan. Kehormatan luar biasa yang sayangnya di luar rencananya. Dalam mimpi yang dirancang sejak lama, ia akan menjadi istri Partha seorang pengawal raja, pria yang sangat ia cintai.

Bola mata Denting bergerak risau. Pikiran apa yang merasuki Arsakana hingga menurunkan titah tanpa persetujuan dewan kerajaan. Dia bukan siapa-siapa. Jenis pakaian apakah yang akan dikenakan? Selagi posisinya belum ditentukan.

Seakan tahu pikiran Denting. Merna memberikan jawaban.
"Paduka Raja tahu apa yang dilakukan."

"Bahkan ketika Paduka Raja tidak tahu sedang melakukan apa, para pelayan akan berkata Paduka pasti tahu."

Kepala Merna tetap tertunduk, gadis di depannya sangat keras kepala. Butuh kesabaran besar untuk menghadapi persis seperti yang dikatakan sang Raja.

"Susahkan untuk Anda tahu diri?"
Denting terkesiap pada pertanyaan yang keluar dari pelayan di depannya. Dia menatap marah.
"Susah kah untuk bersikap sopan?" tanya balik Denting tak suka.

Kali ini Merna memberi penghormatan penuh. "Sedari kemarin Anda terus berkata hal buruk tentang Paduka Raja. Seharusnya Anda tahu besarnya perjuangan Paduka Raja Arsakana untuk membawa Anda ke sini."

"Aku tidak meminta Paduka melakukannya!" Suara Denting meninggi, melewati pintu yang terbuka dan terdengar oleh para dayang.

Merna menengadah, tatapan tajam menusuk ke mata yang bersinar sama tajamnya milik Denting. Pengawal kepercayaan Arsakana itu mengumpat dalam hati.

Wanita Sang RajaWhere stories live. Discover now