17. kehidupan

93 13 0
                                    

Sepasang mata tajam milik Partha memperhatikan dengan seksama kereta yang membawa Denting. Sebagian hatinya hancur, sebagian lagi sakit dan ada serpihan kemarahan, kesal, kecewa bercampur jadi satu.

Mengapa Denting tega menghancurkan hubungan dia dan Kemuning di saat Denting tahu bagaimana perasaan Partha terhadap Kemuning ternyata dibalik hubungan dia yang hancur ada peran Denting di dalamnya. Sulit bagi Partha menerima kenyataan yang ada saat ini. Butuh waktu untuk meredam kan emosi yang bergejolak tapi di lain sisi, Partha tidak yakin akan ada waktu untuk menyembuhkan luka akan perbuatan Denting karena dia tahu ada Arsakana yang telah memilih gadis itu.

Partha menghela napas membayangkan posisi Denting saat ini akan ada gejolak di istana. Pemilihan Denting untuk menggantikan posisi  Naningga tentu akan menimbulkan gelombang protes pada keluarga Tuan Harsa dan sebagian menteri terlebih posisi Yang Mulia Prasmewari masih cukup kuat di Kerajaan.

Menjadikan Denting sebagai selir tentu lebih aman daripada posisi permaisuri tapi apakah gadis itu mau mengingat kehidupan Denting adalah diluar dinding kediaman bukan berada dalam rumah atau istana.

Denting gadis bebas yang suka menghabiskan waktu berkuda menjalankan usaha. Berpikir dan merancang banyak kegiatan. Dia biasa menghabiskan waktu dengan menjalankan usaha orangtua Partha, negoisasi dengan para saudagar dari negeri lain, bercengkrama dengan pembeli dan mencari kain kualitas baik ke berbagai negeri. Dia bukan gadis yang hanya duduk manis dan patuh menjalankan semua aturan tertulis.

Partha menuju ke ruang kerjanya. Kepalanya dipenuhi pikiran akan Denting dan Arsakana.

Bayangan Kemuning terlintas kembali dalam pikiran Partha. Cepat atau lambat memang Raja Teratai akan mengetahui hubungan dia dan Kemuning hanya saja Partha sedang menyiapkan rencana untuk mengatasi masalah ini dan Denting menghancurkan rencana itu.

Partha menatap keluar jendela berada dalam istana biru sebagai pimpinan wilayah dia merupakan raja kecil di Kerajaan Arsakana mengemban tugas dan tanggung jawab lebih berat. Hubungan pribadi tidak bisa menyita waktu Partha seharusnya hal itu juga disadari Arsakana tetap mengapa hanya demi satu wanita dia mempertaruhkan hal lain.

Arsakana yang tampan dan berkuasa adalah impian semua wanita dan orang yang haus kekuasaan untuk menjadikan putri atau saudara sebagai permaisuri karena jika itu terjadi maka bearti kunci untuk memasuki kekuasaan lebih luas.

Menteri pertanahan merupakan paman Naningga, kepala rumah tangga istana dan hakim kota adalah sepupu Naningga. Mereka pasti akan menolak penurunan Naningga sebagai permaisuri ketika hari pernikahan tinggal menunggu waktu akan ada perlawanan di pihak Naningga. Garis keturunan Naningga  berada dalam garis pihak Ibu Arsakana. Sebuah kekuasaan yang sulit dilawan keluarga Denting.

Denting tidak akan sanggup melawan kekuasaan keluarga Naningga, ketika mereka tidak bisa menekan Arsakana, maka pasti gadis itu menjadi sasaran.

Partha memejamkan mata bagaimana pun dirinya, memiliki hubungan baik dengan keluarga Denting. Sesaat kemudian Partha merutuk diri karena terbawa emosi sehingga 'mengusir' Denting dari kediamannya.

****************************

Arsakana memandang punggung Astrimadewi yang berlalu setelah menanyakan kepastian tanggal pernikahan Arsakana dan Naningga. Kepala rumah tangga istana tersebut juga menekankan Arsakana untuk melakukan pendekatan dengan calon istrinya.

Wajah datar Arsakana bukan jawaban memuaskan Astrimadewi. Di mata Arsakana, seorang Astrimadewi adalah wanita cantik yang memiliki berbagai macam wajah. Sebuah senyuman dengan riak mata sinis bukan sekali dua kali dijumpai Arsakana membuat alarm waspada Raja Muda itu menyala ketika harus bersua dengan Astrimadewi.

Atas pertanyaan dan permintaan Astrimadewi maka saat ini Arsakana  berada dalam meja yang sama dengan Naningga untuk memulai makan siang.

Wajah merona Naningga yang sesekali melirik dirinya dibalas senyuman tipis Arsakana. Hanya itu yang mampu dilakukan tidak lebih. Mereka terjebak dalam makan siang yang sepi.

Arsakana meletakkan sendok perak dengan ukiran singa di piring menandakan itu adalah suapan terakhir untuk makan siang kali ini. Naningga mengikuti Arsakana karena ketika Raja Muda selesai makan tidak lah sopan jika satu meja dengan dirinya masih melanjutkan makan. Gadis cantik itu membersihkan mulutnya dengan saputangan sulaman bunga cantik.

Naningga melihat tatapan Arsakana tertuju pada saputangan yang sedang dipegangnya.

"Apakah Yang Mulia menyukai sapu tangan ini?"

Arsakana menatap kedua bola mata bening Naningga. Bagaimana dia bisa bertanya hal itu Aku melihat dia membersihkan bagian mulut berkali-kali menggunakan sapu tangan itu bukan bearti Aku menyukai sebuah sapu tangan.

"Iya sapu tangan yang indah". Arsakana menjawab dengan ekspresi datar seperti biasa tapi sudah membuat Naningga melambung bahagia.

"Jikalau Yang Mulia berkenan Hamba akan membuat sapu tangan untuk Yang Mulia".

" Terimakasih atas perhatiannya Naningga". Jawaban Arsakana diartikan Naningga sebagai persetujuan. Gadis itu tersenyum dengan menegakkan punggung dan sedikit menundukkan wajah jelitanya.

"Sepertinya kepergian Denting ke kediaman Partha adalah hal terbodoh yang dilakukan dirinya. Arsakana mulai berpaling". Suara hati Naningga membisikkan kalimat seiring tatapan pada wajah tampan Arsakana.

Arsakana berdiri diikuti Naningga.

"Ada hal yang lain harus Saya kerjakan".

"Baik Yang Mulia semoga semua urusan yang sedang dikerjakan saat ini bisa berjalan dengan lancar". Suara lembut merdu milik Naningga mengalun indah di ruangan makan di istana kecil sebelah selatan danau istana.

"Iya". Arsakana menjawab singkat dia bisa meraba kearah mana ucapan Naningga. Jika semua urusan saat ini lancar dan  selesai maka tidak ada alasan lagi untuk menunda pernikahan.

Arsakana melangkah keluar dari istana kecil. Derap langkah Arsakana di ikuti trio Bakuda. Sepanjang perjalanan menuju ruang kerjanya berbagai rencana Arsakana tersusun. Dia harus mengatur kehidupan pribadi dengan cermat. Seorang Raja yang punya kekuasaan luas atas beberapa kerajaan tidak memiliki kekuasaan atas diri pribadi sungguh sebuah lelucon untuk semesta ini.

Semua hal pribadi Raja merupakan aturan yang telah diatur dan disusun dari beberapa generasi. Setiap generasi yang membuat kemajuan besar kerajaan menyusun aturan untuk mengikat kehidupan pribadi Raja sesuai keadaan yang dibutuhkan saat itu. Apakah mereka tidak memperdulikan perasaan seorang Raja. Arsakana mendengus perasaan bukan suatu hal yang dipentingkan ketika eksistensi kerajaan harus jadi prioritas.

Pendamping seorang Raja harus memenuhi keinginan pemegang jabatan penting di Istana. Bahkan jika Raja begitu menginginkan wanita itu tetap bukan alasan kuat untuk mengangkat dia sebagai pendamping seorang Raja.

Arsakana menghela napas dengan kesal.
Malam ini ada yang harus dikerjakan. Suatu hal yang dulu sering dilakukan dirinya ketika masih menjadi pangeran.

*****************************

Denting baru hendak menutup jendela kamar ketika telinganya mendengar suara daun dari pohon di depan kamarnya bergesekan tidak wajar. Dia memasang posisi waspada tetapi dalam hitungan detik sebuah bayangan dalam balutan pakaian hitam melesat masuk dari jendela kamar.

Menangkap tubuh Denting dan mendekap mulut gadis itu dengan sebelah tangan lainnya. Denting membalas dengan menekankan siku kuat-kuat ke bagian pinggang penyelinap.

Dengan cekatan penyelinap tersebut merubah posisi dan membisikkan kata di telinga Denting yang membuat gadis itu membeku.

"Calon suamimu datang Denting, Aku Arsakana  bisakah kau menyambut Ku dengan lebih baik".

Wanita Sang RajaWhere stories live. Discover now