4. Bermain Petak Umpet

3 3 0
                                    

"Hidup dalam persembunyian bukan berarti 'tak ingin dikenali, karena itulah kali ini akan kutampakkan diriku kepada dunia, agar dunia tahu bahwa 'Aku ada'."

-Lima

***

Anak laki-laki tengah menanti seseorang yang 'tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Sudah satu minggu dia bersekolah dan selama itu juga keduanya belum bertemu kembali, tampaknya dia begitu sibuk dengan kegiatan sekolah.

Seketika turun hujan saat matahari sedang terik-teriknya, sehingga anak laki-laki pun bernaung di sebuah pohon nan besar untuk menghindari buyuran hujan.

Anak laki-laki tidak tahu pohon besar itu merupakan pohon apa, karena pohonnya tidak berbuah dan berdaun. Anak laki-laki berasumsi bahwa pohon tersebut sudah tumbuh sangat lama, sehingga yang tersisa hanyalah ranting pohon dan ruang dalam pohon sebagai tempat untuk bernaung.

Ruang dalam pohon begitu hangat, sehingga anak laki-laki yang tengah melakukan penantian terlelap. Namun di tengah tidur, suara 'tak asing membuatnya terbangun.

"Aku datang," ujar anak perempuan dengan suara cempreng.

Anak perempuan menyembulkan kepala di ruang dalam pohon, sehingga anak laki-laki terperanjat saat membuka mata, lalu mendapati wajah anak perempuan yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Ahh ...." pekik anak laki-laki seraya beranjak dari ringkukan.

Anak perempuan terkekeh, "Haha ... ternyata Lima lucu juga kalau baru bangun tidur."

Anak yang dipanggil Lima berdecak, "Gak ada yang lucu. Aku kebangun gara-gara suara cempreng kamu dan aku terperanjat gara-gara wajah kamu yang dekat banget sama wajahku."

Anak perempuan membekap mulutnya, kemudian berujar, "Ups ... kupikir kedatanganku bisa jadi kejutan buat kamu, soalnya aku udah lumayan lama gak datang ke sini."

"Kejutan kok, sampai-sampai kejutannya bikin aku terperanjat," ujar Lima dengan lugas.

Bukannya merasa bersalah, anak perempuan malah senang. "Yakin? apa itu berarti kamu nungguin kedatanganku?" tanyanya dengan mata berbinar.

Lima mengangguk.

"Meskipun aku gak ngasih kepastian?" selisik anak perempuan.

"Iya."

"Meskipun aku datangnya lama banget?"

"Iya, Penguntit," ujar Lima dengan kesal.

Anak perempuan yang dipanggil Penguntit manyun, karena Lima selalu memanggilnya Penguntit jika dia tengah kesal.

"Karena seberapa lama pun aku nunggu, aku yakin kalau kamu pasti bakal datang," ujar Lima kepada si Penguntit yang tengah menyun, tetapi saat mendengar pengakuan dari Lima, Penguntit langsung menerbitkan senyumnya.

"Ayo kita main petak umpet lagi!" ajak Lima dalam keterdiaman Penguntit.

Penguntit kemudian beringsut diikuti Lima yang keluar dari ruang dalam pohon, ternyata hujan sudah redah. Keduanya kemudian melakukan suit sebagai langkah awal untuk bermain petak umpat.

"Suit," ujar keduanya seraya mengeluarkan jari telunjuk dari genggaman.

"Suit," ujar keduanya, namun lagi-lagi keduanya mengeluarkan jari yang sama.

"Jangan ngikut mulu dong," kesal Lima.

"Orang kamu yang ngikutin aku," sangkal Penguntit.

"Panggilan kamu udah cukup ngebuktiin kalau kamu emang penguntit," ledek Lima.

Konstelasi Baru Vol.01 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang