37. Pergantian Musim

8 2 0
                                    

"Kau akan melupakan ke mana saja engkau pergi, tapi kau tidak akan melupakan ke mana seharusnya engkau pulang."

-Lucyana Agatha

***

Ana membuka jendela, memperlihatkan fajar menyingsing. Kabut yang menutupi perbukitan kian sirna digantikan dengan matahari yang mulai bepijar dari balik jendela kaca asrama.

Embun pagi menetes pada pangkal daun tumbuhan, sehingga tumbuh-tumbuhan begitu segar dipandang. Ana merentangkan tangan sembari menghirup udara, bau tanah yang menyeruak mengingatkan Ana dengan bumi.

Kenyamanan di planet ETNO tak serta merta melupakan Ana dengan planet Bumi, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Meski berdekatan dengan saudara-saudarinya, ada sosok yang begitu Ana rindukan ....

Panca menepuk pundak Ana, "Lucy, udah waktunya belajar."

Ana tersadar dari lamunan, "Ah, i-iya."

Keturunan ke-V pun meninggalkan asrama menuju Ruang Rainbow untuk mempelajari Fotologi, merupakan ilmu tentang interaksi cahaya dan organisme hidup.

"Warna merupakan spektrum tertentu yang berasal dari cahaya sempurna, jenis warna ditentukan dengan panjang gelombang cahayanya," jelas Misa sembari mengocok sebuah kartu berwarna-warni, "Pilihlah warna pada kartu ini!"

Panca maju terlebih dahulu, saat kartunya dibalik, ia mendapatkan warna merah, Alin mendapatkan warna kuning, Ana mendapatkan warna hijau dan Aldian mendapatkan sisanya yang berwarna biru.

Alin menatap kartu kuning yang tengah dipegang, "Kenapa kita harus milih kartu berwarna-warni?"

"Kartu ini berwarna pelangi, tiap-tiap warna pelangi memiliki arti. Merah artinya berani, kuning artinya ceria, hijau artinya tenang dan biru artinya jernih," jelas Misa.

"Tapi kepribadian kita belum tentu sama dengan kartu ini," sanggah Panca.

Misa mengangguk, "Karena itulah aku harap kalian bisa seperti pelangi," ia menatap Keturunan ke-V bergantian, "Hadapilah rintangan dengan keberanian, tampilkanlah raut ceria meski dalam kesulitan, sikapilah masalah dengan tenang dan berpikirlah jernih saat mengambil keputusan."

Keturunan ke-V terperangah dengan pemaparan Misa, mereka pun menyimpan kartu yang diberikan Misa sabagai pedoman.

Misa menatap ke luar jendela, terlihat Keturunan ke-IV yang tengah berkumpul di lapangan di bawah bimbingan Saga.

"Ayo, kita juga harus bergegas!" ujar Misa seraya keluar dari Ruang Rainbow.

"Ana, berbahagialah!" desus Aldian yang berada di samping Ana.

Aldian berusaha menyenangkan Ana, karena sedari tadi Ana tampak murung, padahal biasanya Ana sangat bersemangat mempelajari ilmu Fotologi.

Ana mengernyit, "Kenapa?"

"Kayaknya kita satu tujuan sama Keturunan ke-IV. Kamu pasti kangen sama saudara-saudarimu, kan?" terang Aldian, karena sejak berada di agensi mereka sangat jarang berkontakan dengan saudara-saudarinya.

Ana menunduk sembari meremas seragam abu-abunya, "Soal itu ...."

"Itu masih kayaknya, kan?" sahut Panca yang berada di belakang keduanya.

Aldian mengangguk, "Tapi kali ini aku harus yakin sama intuisiku sebagai seorang empath."

Panca bungkam, ia menunduk dengan pundak yang bergetar sembari mengepalkan tangan. Alin yang menyaksikan hal itu tampak iba, Panca pasti kesepian, sebab hanya Kairanlah yang tak ada di sana.

Konstelasi Baru Vol.01 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang