Bab 59 : Operasi Langit

8.2K 1.1K 436
                                    

Next kalo sudah 980 vote, 680 komen, 9 hari kemudian update :p

#Pak Sakti

Jadwal operasi Langit sudah ditentukan dan akan dilakukan pada hari Senin. Untungnya stadiumnya masih tahap awal sehingga belum menyebar ke organ lain.

Saya lihat Petruk sedang tidur di teras samping kasur Langit. Kasihan juga lama-lama lihat Petruk. Jika dia tidak sayang sama Langit, Petruk gak akan setiap hari menjaga Langit di rumah sakit gak pulang-pulang. Hal itu membuat saya yakin Petruk sangat sayang sama Langit dan Langit hanya salah paham saja.

Selagi Petruk tidur, hari ini saya sudah janjian akan bertemu Pak Danang jam jam 5 sore. Masih ada sisa waktu 15 menit lagi, saya putuskan untuk keluar mencari air mineral.

Ternyata di warung yang sama saat saya membeli air mineral, di sana saya melihat Pak Danang sedang membeli rokok. Awalnya saya gak sadar soalnya saya belum tahu Pak Danang tuh yang mana walaupun namanya cukup familiar di telinga saya. Namun entah bagaimana caranya Pak Danang bisa mengenaliku.

"Maaf, apakah dengan Pak Sakti?" ucap pria yang nampaknya seumuran dengan saya itu.

"Iya, Pak. Maaf dengan siapa?"

"Saya Danang, Pak."

"Oh iya Pak saya Sakti. Kok Pak Danang bisa mengenali saya?"

Pak Danang tersenyum. "Ini saya supirnya Pak Haris yang ada di Jakarta. Pak sakti ingat?"

Mata saya membeliak. Pantas saja Pak Danang mengenaliku. "Owalah iya iya ingat, Pak. Masih jadi supir, Pak?"

Pak Danang menggeleng. "Nggak, Pak. Sudah berhenti beberapa bulan kemarin."

"Loh kenapa?"

"Ada masalah dan saya udah nggak sreg lagi. Ngomong-ngomong jadi Pak Sakti yang membantu Langit selama ini?"

Saya mengagguk. "Ngobrol di taman saja gimana? Biar enak ngobrolnya."

"Baik, Pak."

Kami berdua pun pergi ke taman untuk melanjutkan obrolan. Suasana di taman adem gak panas. Ditambah nggak bising juga oleh lalu lalang kendaraan.

"Soal pertanyaan yang tadi ...." Saya pun mulai menjelaskan awal pertemuan saya dengan Langit. Saya jelaskan semuanya termasuk soal ketertarikan saya terhadap Langit dan ingin menjadikan dia anak. Itu sebabnya saya mau meng-cover seluruh biaya sakitnya Langit walaupun kalo Langit gak mau jadi anak saya tetep akan saya cover sih.

Nampaknya cerita saya barusan membuat Pak Danang menimpali hal yang bikin saya terkejut. Sangat sangat terkejut. "Emang kasihan tuh anak, Pak. Sejak kecil sering disiksa oleh Bapaknya, bahkan hingga dewasa."

"Kalo boleh tahu Pak Danang kenal Langit gimana asal-usulnya? Apakah Langit secara tak sengaja pergi ke desa kampung halaman Pak Danang?"

Pak Danang tertawa. "Loh Pak Sakti ini gimana tho? Langit itu anaknya Pak Haris, Bos saya. Terus mantan rekan bisnisnya Pak Sakti juga."

Mata saya melotot, kaget sekaget-kagetnya. Jadi manusia biadab yang sudah menyiksa Langit tuh si ... Haris?

Jujur hubungan saya dengan Haris sudah buruk sejak lama karena saya mendirikan bisnis serupa dan kemajuan bisnis saya berkembang pesat sehingga sekarang bisa menyaingi dia.

"P-Pak Danang jangan bercanda!"

"Lah serius. Tapi anehnya muka Langit kok mirip dengan Pak Sakti ya? Mirip banget loh, Pak. Saya juga kaget sebenarnya ternyata Pak Sakti yang saya kenal yang menolong Langit selama ini. Terima kasih banyak, Pak." Saya manggut-manggut. Memang benar wajah Langit mirip sekali dengan wajah saya. Kok bisa? Harusnya mirip dengan wajahnya si Haris, dong. "Saya jadi pengen nanya, Pak Sakti."

Lelaki Desa [MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang