Bab 82 : Langkah Pertama

6.5K 609 112
                                    

Bab 82 : Langkah Pertama

Kang Petruk memegang tanganku saat aku ada di depan Apep seakan-seakan hendak mengatakan dengan tegas bahwa aku milik Kang Petruk dan dia jangan macam-macam.

Apep sempat mengobrol sebentar dengan Pak Danang namun kembali diam sambil tatapannya mencuri-curi ke arahku.

Aku lebih dewasa darinya. Jadi, aku harus bersikap dewasa layaknya orang seusiaku. "Halo, Pep."

"Ha-halo juga A Langit."

Ayah, Abah, Pak Danang dan yang lainnya masuk ke dalam rumah sehingga di luar hanya ada aku, Apep, Jepri, Neng Ani dan Bianca.

Kang Petruk? Kusuruh dia masuk.

"Syukurlah kamu nampak sehat, Pep."

"Alhamdulilah, A. Saya teh denger dari warga desa Ayahnya A Langit datang ke sini. Pak Sakti ya? Syukurlah, A. Akhirnya keinginan Aa pengen punya orang tua terwujud. Saya ikut seneng dengernya."

"Alhamdulilah, Pep. Gimana kerjaan kamu?"

Apep menunduk lalu tersenyum kecut. "Aku udah nggak kerja di rumah Ihsan lagi, A."

"Loh kenapa?"

"Maaf saya teh nggak bisa cerita, tapi saya dengan keluarga di sana nggak sepemahaman aja. Saya sering disuruh ngelakuim hal yang nggak ingin saya lakuin. Tapi saya berhentinya secara baik-baik kok, A. Saya juga suka main ke rumahnya Alfat anaknya Pak Ihsan."

Aku manggut-manggut. "Terus rencana kamu ke depannya gimana?"

"A Langit jangan khawatir, saya udah ada rencana kerja lagi kok."

"Baiklah. Semoga lancar ya, Pep, segala urusanmu."

"Siap, A. Makasih."

"Ayo masuk ke dalam, Pep."

"Nggak usah, A. Saya teh mau pulang, si Adik kasihan belum makan. Saya mampir ke sini sebentar cuman mau ngasih ucapan selamat saja."

Aku mengangguk. "Nanti ke sini lagi aja kalo mau ngobrl atau main."

"Siap, A, makasih. Kalo begitu aku permisi, ya."

Apep pun pergi.

Aku masuk ke dalam mencari Kang Petruk. Setelah ketemu orangnya, kutarik laki-laki sangar ini ke dapur lalu kutatap dia tajam. "Sekarang ceritain soal yang tadi, sekarang."

"Hah? Yang tadi yang mana, Dek?"

"Jangan pura-pura nggak tahu! Abang janji bakal cerita lebih detail lagi soal Abang pernah berhubungan badan sama Bu Yeni!"

"Hush, ngapain dibahas segala orangnya sudah nggak ada loh, Dek."

Iya juga ya. "Tetap saja aku pengin tahu!"

Kang Petruk duduk di depan tungku api lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Akhirnya Kang Petruk menceritakan kejadian yang sebenarnya, sejelas-jelasnya bahwa dia melakukan hal itu setelah setres putus dengan Neng Ani. Berarti kejadiaannya saat aku masih ada di desa ini. Huft. Ya sudah, lah. Masa lalu biarlah jadi masa lalu.Walau aku kesal sekali mendengarnya, tapi jujur aku lebih kesal ketika bayangin Kang Petruk berhubungan badan dengan perempuan modelan si Ani.

"Udah puas?"

Aku tersenyum manis. "Puas hehe."

"Kamu mandi, gih. Biar nanti malam enak tempurnya."

"Nanti malam gimana maksud Akang? Lupa Akang udah bikin aku marah?"

"Astaga kenapa lagi, Dek?"

"Kamu dah kasih tahu soal orientasi seksual aku ke Ayah! Walau bilangnya dulu sebelum aku tahu siapa Ayah kandungku, tetap saja Akang nggak sopan karena udah membocorkan rahasia yang selama ini kusimpan rapat-rapat ke orang lain! Jadi malam nanti kita tidur!"

Lelaki Desa [MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang