Satu : S-surga?

30.4K 1.2K 95
                                    

Author POV's

Langit punya rencana kabur dari rumah sudah sejak SMP. Artinya beberapa tahun silam. Siapa sangka, sekarang, di umurnya yang ke-23 tahun akhirnya Langit berani juga pergi, meski tentu dengan berat hati karena artinya Langit akan meninggalkan pula tempat istirahat terakhir Ibunya di Jakarta.

"Kang maaf kalo saya ngerepotin," kata Langit berusaha berbuat ramah kepada orang yang nantinya akan tinggal bersamanya. Gak ada sahutan, ah, mungkin tidak terdengar karena suara deru angin.

Langit memang masih muda. 6 bulan yang lalu Langit baru saja lulus kuliah, of course ... cumlaude dengan IPK yang sangat-sangat memuaskan. Umur Langit sekarang 23 tahun, masih 6 bulan lagi dia ulang tahun. Meskipun begitu, secara fisik Langit terlihat sangat dewasa karena pertumbuhan hormonnya cepat nurun dari Bapaknya.

Yep! Meski baru berumur 23 tahun, Langit sudah punya cambang tipis-tipis dan suara bariton tak kalah seksi dengan Petruk. Karena hal itulah sekarang Langit penasaran. Berapa umur Petruk? Apa mungkin sudah kepala tiga? Selama di motor perjalanan pulang ke rumah Danang tak henti-hentinya Langit menerka-nerka.

Selain itu, Langit merasa tubuhnya sudah ideal, sangat memenuhi persyaratan untuk masuk kepolisian, tapi kata ideal itu seakan nggak berpengaruh jika dibandingkan dengan tubuh Petruk yang tinggi besar. Justru, tubuh Petruklah kata ideal yang langit impi-impikan. Jadi, Langit pun menambah beberapa pertanyaan dalam pikirannya. Kok bisa ya ada lelaki setinggi dan sebesar ini? Masih dalam batas normal memang, tapi ....

DUAAAAR!!!

Hanya Langit yang terlonjat kaget karena suara gempita petir barusan. Dia berdeham satu kali kemudian berucap, "Kang kayaknya mau hujan nih. Bawa jas hujan nggak?"

"Gak tau. Tapi kayaknya mah ada satu punya Pak Danang karena ini motor bukan punya saya, tapi milik Pak Danang," sahutnya dengan aksen Sunda yang sangat kental. Mendengar suara Petruk selalu berhasil membuat Langit merinding. Lagi, dia pun bertanya-tanya, kenapa suaranya bisa renyah dan sangat-sangat enak didengar telinga? Jadi presenter, pembawa berita atau penyiar radio kayaknya cocok untuk jenis suara Petruk yang sangat seksi.

"Aduh, Kang. Udah mulai hujan nih. Bi-bisa cari tempat berteduh gak? Soalnya di tas saya ada laptop, lukisan sama barang-barang berharga saya, Kang."

"Saya harus anter kayu, kalo dinanti-nanti mah gak akan keburu. Terobos aja, ya?"

"Ta-tapi ...."

"Lang, maaf pisan. Kalo boleh jujur saya teh kepaksa jemput kamu karena saya lagi kerja. Kerjaan saya juga penting, sama pentingnya dengan barang di tas kamu," sahut Petruk dengan nada kesal, membuat Langit terdiam seketika.

Secercah bahagia langit pun runtuh. Langit bingung kenapa dia merasa kesal sekarang, padahal, apa yang dikatakan Petruk sama sekali gak salah. Ada kerjaan penting, ya harusnya Langit minta maaf karena gara-gara dia kerjaan Petruk harus tertunda. Tapi apa harus menyebutkan kata terpaksa?

Langit pun memejamkan mata sebentar sembari menarik napas panjang. Tak lama kemudian, tangannya menepuk-nepuk bahu Petruk, menyuruhnya untuk menyisi. "Kenapa, Lang?"

Serta-merta Langit turun dari motor. Bagaimanapun, Langit gak ingin tasnya kehujanan. Di sana ada laptop sama buku gambar, kertas kanvas, 3 hal paling penting di hidupnya saat ini. Pas sekali, hujan mulai turun cukup deras.

Langit tatap Petruk dengan senyum lebar lalu berkata, "Makasih banyak ya Kang, Akang udah mau repot-repot jemput saya. Maaf nih Kang, gara-gara saya kerjaan Akang jadi harus ditinggal. Jika memang kerjaan itu penting bagi Akang, biar nanti saya pergi sendiri saja ke rumah Pak Danang. Soalnya di dalam tas saya ada barang penting, tapi saya ngerasa gak enak juga kalo harus nahan Akang di sini." Langit sedikit mundur ke belakang, mencoba berteduh di ruko kosong yang nampaknya sudah ditinggalkan. "Jadi Akang duluan saja, ya. Saya sudah tahu alamat Pak Danang. Nanti setelah reda saya cari ojek saja buat ke sana."

Lelaki Desa [MxM]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora