Episode 15 People You Know

79 21 7
                                    

"Jadi, semua ini karena Yos? You screwed everything because of him?"

Sungguh aku tidak terima dengan tuduhan extra pelototan mata Indie yang menyerangku bahkan sebelum aku mengucapkan salam. Kami sedang menangani pernikahan, demi Tuhan! Bisakah dia menahan amarahnya padaku sebentar saja?

Seakan mengerti bahwa ada yang tidak beres, seluruh tim segera meninggalkan kami berdua. Aku menghela napas. Susah payah aku mencoba untuk mengenyahkan masalahku dan datang kemari, tetapi Indie selalu punya cara untuk mencongkel luka hatiku yang belum kering. Benar, bahas langsung ke inti, tanpa basa-basi.

"Kukira kamu lagi ngambek."

Dan aku melakukan strategi pertahanan yang terbaik, menghindar dari semua pembicaraan langsung. Indie semakin melotot.

"Kat, lo tau maksud gue apa."

"Ndie, aku cuma nggak mau bahas itu, oke? Jo udah bilang ke kamu kan?"

"Kat, gue cuma nggak mau Lituhayu kenapa-kenapa gara-gara lo yang jadi gila karena mantan. Inget, dia udah jadi mantan!" Indie bahkan berkacak pinggang.

"Memangnya apa yang aku lakuin? Aku nggak ngelakuin apa-apa, tapi dunia udah nggak adil sama aku. Terus kamu dengan entengnya ngomong kayak gitu?" Bahkan kata-kata yang terucap dari bibirku terkesan merengek.

"Katrina yang gue kenal, pasti sekarang udah sewa pengacara, Hotman Paris kalo perlu, buat tuntut itu Regina, bukannya nangis di rumah sampai seminggu nggak ada kabar!"

Jo datang dan melerai kami berdua. "Girls, kita bahas nanti di galeri, oke? Sekarang kita fokus pada Meiske, ya?" Jo menarik tubuh Indie menjauh dariku.

"Do you love him still? After he left out nowhere, then came back without warning?" Indie menekan telunjuknya di dadaku.

"I don't talk this nonsense!" Aku melotot ke arahnya.

"Lalu apa? Dulu kamu ninggalin dia serasa kayak Hunter, and now you came out with White Flag story? Does it make sense?" Indie berbalik dengan gusar dan berjalan entah kemana.

Aku menangkupkan tangan dan menutup wajah. Jo menepuk bahuku dengan simpatik, seraya berbisik agar aku tidak menghiraukan kata-kata Indie. Memangnya apa sih yang dibahas Indie? Dido's hits song?

Jo sudah berhasil menghalau kerumunan yang tercipta saat aku ribut dengan Indie, lalu kembali memerintahkan agar tim Lituhayu bisa segera kembali bekerja dengan maksimal. Lelaki itu menepuk bahuku, menguatkan aku yang setelah terpuruk berhari-hari. Aku tak tahu bagaimana jadinya tanpa ada dirinya. Apalagi Indie sekarang berada di posisi yang berseberangan denganku.

Teringat saat kemarin Jo mampir ke rumahku dan mencari tahu apa yang terjadi padaku. Dan akhirnya meluncurlah dari bibirku mengenai kedatangan Yos ke galeri.

"Yos? You mean your ex, Yosua?" Jo benar-benar melotot ke arahku.

"Yeah. He's back. Here in Surabaya, dan mau booking Lituhayu buat nikahannya."

Lelaki itu terdiam sejenak lalu tergelak. "Jangan becanda, Kat!"

"Aku serius, Jo."

Mata lelaki itu terpejam dan bibirnya terkatup rapat. "Setelah sekian lama, dia ninggalin kamu ke Manhattan, terus dia mendadak ada di sini? Saat ini?" Wajahnya masih menampakkan ekspresi tidak percaya.

"Yup." Aku menjawab dengan setengah melamun.

"Jangan diambil, Kat. Lepas aja bookingan-nya!"

Kini aku mencoba kembali bekerja, hingga bisa melupakan masalah yang saat ini menimpaku. Sepanjang acara aku, Jo dan Indie mencoba untuk profesional, sehingga klien sama sekali tak menyadari adanya keretakan di antara aku dan Indie. Tetapi aku tahu dari sorot matanya, sahabatku itu masih tidak terima dan marah, hingga ia lebih memilih menghindari interaksi denganku.

Ketika acara usai, tak kulihat batang hidung Indie di manapun. Padahal kami biasanya akan melakukan ritual kecil tim untuk menutup keseluruhan acara. Aku menatap ke arah Jo dengan sedih, benar-benar merasa dikhianati. Jo hanya memasang wajah simpatik, lalu mengantarkan aku pulang. Sampai di usia ini aku belum memilki mobil sendiri, karena aku tak punya SIM dan tidak bisa menyetir kendaraan beroda empat itu. Ralat, semua kendaraan beroda selain sepeda, aku tak bisa memgendarainya. Karena itu aku bersyukur dengan adanya ojek online, yang bisa mengantarkan aku kemana pun tanpa ribet. Kini Jo tak sampai hati menyuruhku menunggu sopir, jadi ia yang mengantarkan aku pulang.

"Kau oke, kan?" Jo menggenggam tanganku dengan tangannya yang tidak memegang kemudi.

"Not really." Aku menjawab dengan suara letih.

"Mengenai Indie, nggak usah dengerin kata-katanya. Tunggu dia tenang, baru kita bisa ngobrol sama dia lagi." Jo menatap ke arahku sekilas, lalu kembali memusatkan pandangan ke jalan.

Aku tak menanggapi perkataan lelaki itu. Hanya membuka insta story milik orang-orang, atau menggeser layar tanpa ada tujuan pasti. Aku tak tahu harus melakukan apa, tetapi jempolku terus saja mengusap layar ponsel yang menampilkan aneka video dan foto.

Saat berada di insta story milik Indie, aku tercekat. Perempuan itu membagikan foto serta video pernikahan Meiske, klien yang baru saja kami tangani, tapi dia sengaja tak menampilkan diriku. Dalam foto dan video itu sama sekali tak ada aku. Hatiku mencelus, seolah ada yang direnggut dari dadaku dan melemparnya ke tengah samudera. Apakah Indie benar-benar mencampakkan aku dari hidupnya juga? Setelah dua puluh tahun kami bersama, inikah yang dia lakukan?

Aku melirik Jo yang sama sekali tak mengatakan apa-apa. Apakah lelaki ini juga akan menghapusku dari hidupnya? Ketika dia telah menemukan pasangan hidup dan keluarganya? Pedih rasanya saat tahu bahwa orang-orang yang kamu kenal suatu saat akan pergi dan menghilang dari hidupmu dalam sekejap. Seolah kamu tak mengenal mereka, begitupun sebaliknya. Tak ada yang pasti di dunia ini, selain hukum ketidakpastian itu sendiri.

Aku tertunduk, memikirkan berapa banyak orang yang dulu aku kenal, lalu mereka menjadi sahabatku, kemudian seiring berjalannya waktu, karena kesibukan dan perbedaan lingkungan, kami kini tidak bersama lagi. Aku mengepalkan tanganku. Apakah ini artinya, aku akan menghabiskan waktuku sendirian saja? Mati kesepian, tanpa adanya seorang temanpun? Semenyedihkan itukah hidupku karena tidak menikah?

"Jo," ujarku dengan suara nyaris serak.

"Yes, Darling. What's up?" Jo menoleh ke arahku, tampak kaget denganku yang mendadak bersuara.

"Apa aku terlalu menyedihkan sampai nggak ada yang mau nikah sama aku? Atau jadi temanku?" Aku bertanya, tetapi mataku tak jua menatapnya. Aku lebih suka memandang jalanan yang mulai sepi.

"It's rubbish, Darling. Kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh." Jo menepuk pundakku.

"Lalu mengapa, banyak orang yang ingin menghapusku dari hidup mereka?" Aku menghela napas. "I'm stranded somewhere alone, like nobody wants me."

Jo tampak termenung sejenak. "Kamu tahu, Robbin Williams pernah bilang, bahwa yang menakutkan itu bukan hidup sendirian."

"Oh ya?" Aku mengerling ke arah lelaki itu.

"Yang lebih menakutkan adalah kita bersama orang yang malah membuat kita kesepian." Jo juga belum menikah, tapi kukira dia tak mengalami tekanan seberat aku dari keluarganya. Apa karena dia laki-laki? Mengapa perempuan selalu mendapatkan kecaman jika dia masih lajang di usia tiga puluhan? Apakah perempuan lajang itu menyedihkan? Mereka harus menikah atau mereka akan mendapatkan kutukan?

Aku menatapnya. Cukup lama. Lalu mengerjap satu kali, dua kali. Mencerna setiap perkataannya dan membiarkannya meresap ke seluruh pori-pori. Kemudian lelaki itu tersenyum. Dan aku tak tahu apa yang menggerakkan hatiku sehingga aku juga tersenyum. Dia benar. Atau tidak, aku tak tahu. Tetapi paling tidak aku mulai berpikir jernih.

Satu hal yang benar yang dikatakan Indie adalah, aku biasanya selalu muncul dengan solusi, tak peduli apapun masalahnya. Apalagi ini bukan masalah pribadiku lagi, melainkan menyangkut nama Lituhayu. Perusahaanku. Usaha yang kubangun berdarah-darah selama ini, akan hancur karena ulah Regina. Aku tak mengerti mengapa gadis bau kencur itu menyinggung namaku, tapi setidaknya aku harus mulai bertindak.

"Jo, bisa kamu anter aku ke suatu tempat?"

*episode16*

Sedih ya jadi Kat. Udah dijauhin semua orang, sekarang temen baiknya ikutan ngejauhin. Tapi menurut kalian, sikap Indie itu bener atau salah? Jawab di komen ya 🙏❤

Kapan Nikah? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang