23. Datang berkunjung

73.6K 5.4K 402
                                    

Camellia memijit pelipisnya pelan karena merasa pusing, juga dengan Atlair yang sedang menatap cemas padanya. Keduanya sedang duduk di gazebo dengan Atlair yan duduk dekat dengan Camellia, ketika percakapan sekaligus pengenalan singkatnya, Camellia memilih diam sebab merasa aneh dan sedikit kesal. Atlair yang tidak tahu perihal Cameliia merasa pusing hanya bisa duduk menunggu sembari menatap cemas padanya.

Camellia sangat bingung, di novel Lady Dazzle sama sekali tak ada tokoh yang bernama Atlair. Lalu apa ini? Bahkan katanya Atlair dan Camellia sebelumnya saling mengenal? Camellia ingin berteriak sanking merasa kesalnya, mengapa alurnya menjadi rumit sih

Sebelumnya fakta tentang kenyataan sebenarnya perihal bagaimana Aldric bisa dipenjara. Di sini bukan Helga yang menjadi korban melainkan Aldric. 

Alurnya memang berjalan sesuai dengan yang ada di novel, tetapi tidak dengan alasan berjalannya alur itu. Di novel dikatakan bahwa Aldric dipenjara karena telah berusaha ingin menyetubuhi putri Dazzle yang tak lain adalah Helga. Itu ceritanya yang di novel, sedangkan di kehidupan nyata ini tidak. Aldric memang dipenjara, tetapi tidak dengan alasan bahwa Helga hendak diperkosa. Ini memang hanya pernyataan Aldric saja tanpa adanya bukti. Bisa dikatakan bahwa Aldric difitnah. 

Dan pertanyaannya sekarang, siapa yang memfitnah dia? Dan apa alasannya memfitnah Aldric? Kemudian tentang Helga, mengapa dia mengatakan ke biro penjara kekaisaran bahwa dirinya hendak diperkosa oleh Aldric? Sedangkan kata Aldric ia sama tak melakukan hal menjijikkan itu terutama pada Helga, dan tidak akan pernah melakukannya bersama wanita jalang itu. Lalu apa alasan Helga sampai harus memfitnah Aldric?

Sibuk dengan segala macam pikirannya sampai-sampai ia melupakan seseorang yang sedang memperhatikannya dengan sendu. Merasa sedih akan kenyataan bahwa Camellia tidak mengenalnya, dan juga khawatir karena sedari tadi gadis itu terus melamun. Dari pertama ia masuk dan hingga kini, setelah beberapa menit terlewati dengan keheningan sebab Camellia terus melamun. Atlair juga tak berniat untuk mengganggu gadis itu, cukup memandanginya saja sudah cukup. Sedikit ia dapat melupakan fakta menyedihkan tentang Camellia yang ternyata tak mengenalnya.

Kembali pada Camellia, pikirannya masih terus bercabang entah kemana hingga suatu keputusan yang ia yakini bagus pun muncul. Ia akan mencari tentang Helga dan alasannya mengapa tidak pernah terlihat di istana. Ia juga ingin melihat watak si pemeran utama dalam cerita ini, apakah baik dan lugu sebagaimana yang ada di novel. Tetapi Camellia ragu akan sifat baiknya itu, pasalnya memfitnah Aldric saja ia bisa. Mungkinkah Helga hanya bersandiwara? berpura-pura baik atau bagaimana?

Juga Aldric, ia akan bertanya apakah pernyataannya tentang Helga apakah benar atau hanya bualannya saja. Baiklah, Camellia sudah memiliki keputusan dan harus melakukannya!

Altair tersenyum tipis melihat raut wajah Camellia yang berubah-ubah. Kadang ia menautkan pelipisnya seperti berpikir keras, kadang juga mengangguk-angguk seolah mendapat ide. Lalu menggeleng seperti tidak setuju atau menolak, dan terakhir tersenyum cerah seraya dengan mata yang telah sadar dan menoleh padanya. Terlihat gadis itu sedikit terkejut ketika keduanya bertemu dari mata ke mata secara tiba-tiba. Altair sudah menggigit pipi bagian dalamnya merasa gemas akan sikap Camellia, ingin rasanya ia memakan gadis ini sekarang juga dan mengurungnya di kamar untuk ia nikmati seorang diri saja. Atlair sangat ingin melakukannya.

Haruskah ia menculik Camellia?

Ia tidak tahan sungguh, ingin mengarungi dan membawa Camellia ke dalam kamar agar bisa ia tatap secara langsung setiap hari. Tidak lagi dengan menatap lukisan yang berbingkai.

"Atlair." Panggil Camellia pelan, ia agak merasa bersalah karena telah melupakan keberadaanya. Ia terlalu fokus ke pikirannya sampai-sampai pria tampan dihadapannya pun terlupakan.

Altair merasa hatinya berdesir mendengar suara pelan dan halus gadis itu menyebut namanya, bagaimana ini! Camellia hanya memanggilnya saja sudah membuat jantungnya bergetar bahagia, bagaimana jika Camellia melakukan melakukan hal yang lebih. Menyentuhnya, memegang tangannya, memeluknya, atau bahkan..menciumnya..

Atlair bersemu merah membayangkan bagaimana Camellia dan dirinya yang berciuman kemarin di dalam danau, tanpa sadar pipinya sudah sangat merah dengan bibir yang tersenyum sendiri.

Camellia merasakan bulu kuduknya meremang ketika melihat wajah Altair yang lebih cocoknya untuk datar malah tersenyum-senyum sendiri. Apa kira-kira yang sedang dipikirkannya sampai pria itu bisa tersenyum selebar itu.

"Aku tidak tahu hal apa yang membuatmu bisa sebahagia itu, tapi aku minta maaf karena tak akan bisa menemanimu. Aku memilki urusan yang hendak aku selesaikan." Tutur Camellia yang seketika mengalihkan kesadaran Atlair. Pria itu nampak berdehem pelan guna menormalkan raut wajahnya, dan sedikit mengangguk untuk ucapan Camellia. Walau sebenarnya ia tidak rela, tapi apa boleh buat. Ia akan datang lagi untuk berkunjung. Masih banyak hari-hari, Atlair berusaha menghibur diri karena merasa sedih ditinggal Camellia.

Camellia mengangguk melihat jawaban Atlair, ia pun berdiri hendak pergi ke kamarnya. Akan tetapi baru satu langkah berjalan, tiba-tiba Aarazka datang dari depan membuat Camellia berhenti di tempat. Atlair lantas menoleh pula pada arah tatapan Camellia yang membuatnya berhenti.

Di sana, ada Aarazka dengan jubah kebesarannya sedang berjalan tegas dengan raut wajah datar menatap keduanya. 

Entah mengapa, Camellia merasa hal yang buruk akan terjadi.

***

Beberapa menit sebelumnya, di dalam kamar kaisar nampak si pemilik kamar tengah berbaring dengan jubah tidurnya yang menampakkan dada bidangnya. Sepertinya ia terlalu lelah akibat kegiatannya tadi malam, itu terlalu melelahkan sampai-sampai di jam segini sang kaisar belum juga beraktivitas seperti biasanya.

Sebenarnya Aarazka sudah terbangun, tetapi enggan untuk beranjak sebab kondisi tubuhnya yang lelah. Terlalu asik kegiatannya tadi malam hinga ia kelepasan dan baru selesai di jam tiga pagi.

Tok, tok.

Aarazka tak berniat menjawab, ia tetap berbaring dengan mata menutup. 

"Yang Mulia, Grand Duke Harvey datang mengunjungi kediaman permaisuri." Ujar Rezel dari luar kamar.

Aarazka yang sedang berbaring santai itu segera membuka mata menampakkan warna iris matanya yang elegan berwarna hijau emerald. Memikirkan tentang Atlair yang sedang berbicara berdua dengan Camellia saja sudah membuatnya geram, dengan lekas ia beranjak dari tempat tidur. Tetapi ketika ia berdiri, Aarazka sedikit mengerang karena merasa keram para punggungnya. Kegiatannya tadi malam sepertinya terlalu lama yang membuat ia kesusahan saat ini. 

Tetapi ia tidak bisa berdiam diri, ia akan tetap menemui Atlair dan akan menjauhkannya dari Camellia, lalu ia pun bergegas untuk mandi dan memakai baju kebesarannya dan berlalu pergi menuju kediaman selatan.

***

Kalo pengikut aku tembus 200, aku TRIPEL UPDATE!!

Tbc

11 Agustus 2023



I Became A Empress [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang