Amilia memanjatkan doa-doanya didepan laptop miliknya sebelum ia membuka link penerimaan mahasiswa baru dikampus yang ia impikan, "Ayo dong kak, di klik",
Amilia melirik sinis pada adik perempuannya yang sedang ikut menunggu hasilnya, kepo banget bukannya ngerjain pr. "Kelamaan aku yang klik ya",
"Weh JANGAN!", Terlambat, adiknya itu sudah mengklik link hasil penerimaan mahasiswa baru atas nama Amilia sendiri. Hasilnya warna hijau, Amilia diterima di kampus tersebut. Amarahnya berubah menjadi kebahagiaan sambil menggiring adiknya untuk ke kasur dan melompat-lompat disana. Amilia dan adiknya memang satu kamar
"Gue keterima, gue keterima", ucapnya bernada
"Gue diteraktir, gue diteraktir", Amilia berhenti melompat lalu mendengus, ogah banget gitu ngeluarin duit buat traktir adiknya, soalnya adiknya ini kali makan ga kira-kira, atau kalo milih barang dia pasti ngambil yang mahal. Kayak ga punya hati nurani
Amilia keluar dari kamarnya memakai jaket melewati ibundanya yang sedang menonton tv. "Bu, Lia izin mau ke rumah temen ya"
"Temen apa Asahi?"
"Asahi bu, kan Asahi masih temen Lia. Beberapa tahun lagi jadi mantu ibu awokawok", Ibundanya tersenyum, ia tidak menghentikan aksi anaknya itu, ia sangat memaklumi nya karena saat masih muda dirinya juga seperti itu
Amilia membawa laptop bersamanya, setelah dinyatakan diterima, Amilia harus melengkapi data-data yang kurang tentang dirinya. Jadi ia akan sekalian mengerjakan dirumah Asahi
Asahi membukakan pintu rumahnya, "Jangan berisik, ada kakak gue",
Asahi berjalan begitu saja meninggalkan Amilia yang mengikuti dirinya dari belakang, Asahi menduduki dirinya di sofa yang sudah tersedia laptopnya disana. Amilia duduk disamping Asahi dan membuka laptopnya
"Asa, Lia diterima", Asahi memperhatikan Amilia tanpa senyum, "Bagus"
"Asa sendiri gimana?",
"Ini mau dilihat", Asahi melipat kakinya bersila dan memangku laptopnya sendiri, Amilia melakukan hal yang persis sama dengan posisi Asahi dengan jarak dekat, kaki mereka bahkan bersentuhan satu sama lain. Amilia mendekati wajahnya ke layar laptop Asahi, mengabaikan layar laptopnya yang sudah menyala
"Yaaaah", layar laptop berubah dari yang tadinya berwarna putih menjadi warna merah, Asahi gagal
"Asa, kita ga satu kampus dong?", Memang sebelumnya Asahi dan Amilia mendaftar di kampus yang sama tetapi Amilia mengambil jurusan psikologi dan Asahi mengambil jurusan bisnis sesuai kemauan orang tuanya
"Gapapa, dengan begini gue bisa ambil jurusan seni musik nanti"
"Dimana?"
"Jogja",
"Asa jauh banget, nanti kalo Lia kangen gimana?"
"Kan ada hp, emang hp lo esia?" Amilia menggeleng
"Asa jangan disana ya, yang masih di Jakarta aja kan banyak" Amilia mendekati wajahnya ke arah Asahi sambil memelas
"Seni musik disana cukup canggih, kampus yang gue pilih lengkap peralatannya, minatnya juga tinggi",
"Nanti kalo--", Asahi mendekati wajahnya, menempelkan bibirnya pada bibir Amilia untuk pertama kalinya dengan waktu yang singkat. Debarannya masih sama seperti saat Asahi mencium pipinya kala di villa Waktu itu. Amilia bahkan belum sempat memejamkan mata, ia bisa melihat dengan jelas mata Asahi yang terpejam. Parah banget ga dikasih waktu buat merem
Hingga akhirnya Asahi menjauhkan wajahnya sambil membuka matanya perlahan, "Lo kalo gue cium langsung salting gitu ya", Amilia mengerjapkan matanya lalu melihat Asahi yang tertawa sambil menunjuk-nunjukkan wajah Amilia
Tawa Asahi menghilangkan kala melihat Amilia memegangi dadanya dengan nafas yang naik turun. "Kenapa?"
"Dada Lia sakit Asa. Dag dig dug nya cepet banget takut nanti gagal jantung", Asahi mesem, ternyata karena salting doang elah kirain beneran sakit jantung
"Besok-besok jangan kayak gitu, Lia gapunya tabung oxygen",
"Yaudah oxygen nya dari gue"
"Asa punya?"
"Punya banyak", Amilia si perempuan prik dengan otak setengah itu malah percaya perkataan Asahi, padahal Asahi nya sekarang lagi tersenyum jahat
🤖
Amilia mengambil nafasnya banyak-banyak sebelum memasuki gerbang kampus. Hari ini Amilia sangat siap untuk memulai hari-harinya yang monoton 4 tahun kedepan. Karena Amilia dan Asahi juga akan menjalani hubungan tanpa statusnya dari jarak jauh
"Kak Nusa keren ya", Amilia berbisik pada teman satu angkatannya, memuji salah satu seniornya karena memberikan aksi yang memukau diantara banyak orang, tetapi temannya itu salah mengartikan maksud dari perkataan Amilia
"Mila suka ya sama kak Nusa?", Amilia kelagapan, ia menggeleng sambil mengatakan tidak tetapi karena suara temannya terdengar jarak beberapa meter itu mengundang orang-orang sekitar yang akhirnya membicarakan Amilia
"Nusa, dipuji tuh nama Mila, keren katanya", gosipnya bahkan sudah menyebar di kalangan angkatan kak Nusa sendiri. Nusa tidak menghiraukan ejekan demi ejekan teman-temannya itu, ia malah melenggang ke ruang ukm untuk beristirahat setelah penampilan, berbeda dengan Amilia yang masih kelabakan saat dirinya terus menerus diejek satu ukm
"Mila. Mau pulang?", Amilia mengangguk, tugasnya sudah selesai di ukm jadi niatnya untuk pulang dan mengerjakan tugas
"Mau dianter?"
"Gapapa kak gausah, ngerepotin"
"Engga kok"
"Beneran?", Nusa mengangguk, kebetulan hari ini ia membawa motor jadi bisa membonceng Mila selesai latihan
"Sampe halte atau sampe rumah kak?"
"Sampe rumah Mila juga boleh"
"Oke gass lah kalo gitu nanti Mila kasih tau jalannya", lumayan juga sih dapet boncengan. Irit waktu dan tentunya irit biaya juga kan?
🤖
KAMU SEDANG MEMBACA
I Broke The Ice - Hamada Asahi (Revisi)
RandomAsahi cowok sipaling gapunya eskpresi vs perempuan paling prik! "Asahi, mau dengerin tebak-tebakan Lia ga?" "Kenapa bumi bentuknya bulat?" "Gatau" "Karena kalau bentuknya love itu cintaku padamuu" 50%NYA KISAH PRIBADI PENULIS, SISANYA DIDRAMATISIR...