35. Camping II

4.1K 240 0
                                    

Enjoy...

Hari kedua

Setelah menyelesaikan sarapannya, Rere dan Ciya memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar bumi perkembangan. Keduanya berniat untuk memotret keindahannya alam dan juga bermain disekitar kali yang mengalirkan air langsung dari pegunungan.

"Ciy, fotoin gue disini!" Pinta Rere. Entah sudah berapa kali gadis itu meminta Ciya untuk memotret.

Selesai memotret Rere, Ciya memberikan hasil jepretannya.

"Ya ampun!! Ciy!! Bagus banget fotonya, apalagi objeknya gue! Kayakny gue kudu jadi duta tempat ini deh" Pujinya pada diri sendiri. Ciya hanya memutar matanya malas. Tingkat kepercayaan diri seorang Rere sangat tinggi.

"Terserah Lo deh" ucap Ciya malas.

Saat Ciya sedang melihat ke-sekeliling-nya, perhatian Rere beralih padanya. Dengan diam-diam, gadis itu memotret Ciya yang sedang sedikit menunduk, untuk bisa mencium pucuk mawar putih.

Estetik. Pikir Rere.

Keduanya kembali melangkah menuju kali yang menjadi tujuan utama mereka. Kali yang cukup lebar dengan bebatuan bewarna biru dan putih, menjadi ciri khas tersendiri.

Saat akan segera sampai, langkah Ciya terhenti. Dari sana ia melihat orang-orang yang beberapa hari lalu, masih tertawa bersamanya.

Angkasa yang tengah bermain air dan tertawa riang bersama Alana, begitupun yang dilakukan Riko dan Clara. Hanya Claudia saja yang tengah terduduk sembari sesekali tersenyum melihat mereka yang tengah bermain. Sesekali, gadis itu melempar bebatuan kecil kedalam air untuk menghilangkan kebosanannya.

Ciya tersenyum getir. Sepertinya semua orang nampak bahagia, bahkan lebih bahagia saat tak bersamanya. Ah, lupakan. Tujuan Ciya saat ini adalah untuk kembali ke dunianya. Selama 20 tahun, gadis itu hidup tanpa memiliki kekasih, jadi harusnya ia lebih kuat, saat melihat Riko yang tengah tersenyum dan berbahagia bersama Clara.

Tapi, jika ingin egois. Ciya hanya ingin mereka tidak sebahagia saat bersamanya. Terutama Riko. Cowok batu dan terkenal badboy itu, berhasil memberi sedikit warnah merah dalam hidupnya, yang semula hanya abu-abu.

Rere tidak bodoh hanya untuk menanyakan alasan langkah Ciya yang terhenti. Gadis itu ikut tau bagaimana perasaan Ciya, walaupun dia sendiri belum mengalaminya, oh tidak! Rere berharap untuk tidak merasakannya.

"Kalau sesak, mending pergi aja. Lagian nih kali gak ada bagusnya juga. Mending balik ke tenda aja!" Tanpa menunggu persetujuan Ciya, Rere menarik tangan Ciya, menuntunnya kembali ke tenda.

Sesampainya di tenda, ada Raka dan Saga yang tengah...

"Lo ngapain jualan minuman disini?!" Ucap Rere heboh saat melihat stand minuman telah berdiri didepan tenda mereka.

"Yah namanya juga anak muda dengan jiwa enterpreneur yang tinggi, jadi wajarlah kita selalu melihat peluang dalam berbagai situasi dan kondisi." Jawab Saga tegas dan lugas.

Jika itu Saga, maka Rere dan Ciya tidak akan heran lagi, mengingat Saga adalah seorang yang sangat out of the box untuk ukuran manusia normal. Tapi, Raka? Kenapa dia ikutan? Apakah pertanda hari kiamat untuk perjalan Ciya dan Saga di dunia novel ini akan berakhir? Ah sepertinya begitu.

"Bang Raka, kurang-kurangin deh berteman sama Saga, ngeri liatnya!" Ciya bergedik ngeri, sementara Raka hanya tersenyum lembut.

"Lagian, ini ide Abang. Awalnya sih, Saga misuh-misuh gak mau, lah setelah banyak yang terjual, malah kesenangan nih bocah." Jelas Raka. Jadi ide mendirikan stand minuman ini adalah Raka? Wow, sangat tidak terdugong, eh duga.

(AKU) TRANSMIGRASI? OH NO! ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang