53 | Suami

409 25 0
                                    

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Gavin membawa Abil ke Apartemen nya hanya untuk sekedar bersantai sebelum akhirnya di kembalikan ke rumah

"kamu tau? Hari ini aku bahagia banget banget bangett !!" - ungkap Gavin yang sekarang duduk bersama istrinya di sofa ruang tengah

senyum nya tak kunjung pudar, kebahagiaan Gavin hari ini sungguh tak bisa digantikan oleh apapun

sungguh.

"makasih ya udah mau jadi istri aku"

Melihat sorot mata Gavin yang begitu tulus pada Abil membuat wanita itu tersenyum tipis dengan anggukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat sorot mata Gavin yang begitu tulus pada Abil membuat wanita itu tersenyum tipis dengan anggukan

Sempat hening sejenak sebelum akhirnya Abil memulai percakapan kembali "Vin, kayanya aku mau disini aja"
"disini ada Mama Papa"

Suami nya lantas mengangguk paham "iya boleh, mau ikut aku atau tetep disini itu pilihan kamu"
"lagipula aku juga sempat mikir lebih baik kamu di sini, ada yang jagain.  Meskipun di indonesia ada Mama Papa aku, kamu pasti akan tetep ngerasa beda karna gimana pun juga mereka bukan orangtua kandung kamu"

"makasih ya"

Gavin menjawab nya dengan usapan lembut di kepala Abil

Melihat betapa tulusnya Gavin pada Abil membuat wanita itu teringat dengan ucapan sang Mama beberapa hari sebelum pernikahan

"mungkin kamu gak merasa bahagia dengan situasi sekarang, tapi kamu harus tau.  Diluar sana ada Gavin yang bahagia banget bisa milikin kamu. Orang yang tepat gak akan pernah tertukar Bil"

Abil menghela nafas panjang dan menegakkan tubuhnya "kamu pasti laper, aku masakin ya?"

"boleh?"

"boleh dong"

"asiikk di masakin istri" - pekik Gavin membuat Abil terkekeh kecil dan mulai bangkit "tunggu sebentar ya Mas"

Pria itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menatap Abil yang mulai mengeluarkan bahan makanan dari kulkas "apa? Tadi kamu manggil aku apa?"

"gak ada pengulangan kata"

Senyum Gavin semakin melebar, ia menghampiri Abil di dapur dan kembali bertanya "tadi panggil aku apa ih?"

"Gavin"

"bukaan"
"tadi kamu bukan bilang itu"
"cepet ih ulangi lagi" - rengek Gavin sambil menarik-narik baju Abil lucu

"ini apa kok di tarik-tarik bajunya?"
"awas aku mau masak"

"bilang dulu"

"bilang apa?"

"yang tadiii"
"sayang ih"

Tingkah Gavin kali ini terlihat seperti anak kecil yang merengek ingin ice cream

"ya Allah apa sih Gavin? Ini aku gimana mau masak kalo di tarik-tarik gini"

Abil hanya tersenyum, menjahili Gavin dengan cara ini sangat menyenangkan

"bilang dulu yang tadi baru aku lepasin"

Abil mulai menghela nafas dan berbalik badan, menghadap langsung dengan suaminya yang sekarang cengar-cengir tak karuan

"tunggu sebentar ya Mas.. " -ucap Abil mengulang kata

Kalimat singkat yang di lontarkan Abil barusan sukses membuat wajah Gavin sekarang merah merona. 

senyuman salah tingkah nya terlihat jelas membuat Abil kembali bertanya "udah kan?"

"kamu mau panggil aku Mas?" - Tanya Gavin

Sambil memotong beberapa bahan makanan, Abil menjawab "kata Mama gak sopan kalau istri manggil suami nya pake nama"
"kenapa? Kamu gak suka?" - Goda Abil yang dijawab gelengan cepat dari lawan bicara "suka!"

"suka banget. Hehe" - lanjutnya membuat Abil terkekeh

"yaudah kamu duduk lagi aja.  Jangan ngalangin aku masak"

"aku bantuin deh"
"mau masak apa sekarang?"

"udah gak usah, nanti yang ada kamu malah nge recokin aku"

"enggak akan"
"sok sekarang kamu butuh apa? Biar aku ambilin"

"yaudah"
"tolong ambilin bawang bombay kalo gitu"

"dimana?"

"laci"

"oke"

keduanya saling bekerja sama untuk memasak hidangan sore nya ini

meski sempat merasa dejavu dengan situasi ini, Abil terus menanamkan dalam pikiran nya bahwa "stop, yang kemarin  udah usai. Tutup buku lo. Pasangan lo sekarang itu Gavin.  Bukan Haven lagi"

Kini keduanya menikmati makanan yang dimasak bersama apartemen.

"kamu balik lagi ke indonesia kapan?" - tanya Abil memulai pembicaraan

"kapan aja juga bisa. Kan aku yang punya perusahaan nya"

"tetep aja harus sesuai aturan.  Jangan hanya karna kamu yang punya kantor nya, kamu jadi gampang ambil cuti"
"harus mikirin pekerja lainnya juga"

"iya ibu negara, siap"
"nanti lusa aku balik indonesia"
"oh iya, bentar"

Gavin mulai merongoh saku celana nya dan mengeluarkan dompet tebal disana.  Ia memberikan satu black card pada Abil "kalau butuh apa-apa, pake ini aja ya" - lanjutnya

"gak usah, aku pegang uang kok"

"dari Papa?"

Abil terdiam sejenak membuat Gavin kembali berucap "mulai sekarang, kamu jadi tanggung jawab aku. yang wajib menafkahi kamu itu cuma aku. Nih pake aja"

"terus kamu gimana?"

"aku punya kartu lain. Kamu pake aja itu"
"dan di usahakan jangan minta lagi sama orangtua ya. selagi aku masih mampu, minta nya ke aku aja"

"makasih Mas"

"sama-sama"

••••••••••••••••

Haven tiba dirumah pukul 13:24 KST,  kedatangan nya langsung di sambut dengan Hayeon yang kini menyilang kedua tangan nya depan Dada "abis darimana?" - tanya wanita itu dengan sarkas

"rumah Jero" - Jawab suaminya berbohong

"rumah Jero atau rumah Abil?"

"ngapain juga ke rumah Abil"

Tak lama setelah mengatakan itu, Hayeon mengeluarkan ponselnya yang menampilkan jejak perjalanan Haven yang terekam jelas lewat maps yang sengaja Hayeon lacak "masih mau ngeles?"

"kamu apa-apaan sih pake lacak aku segala? Gak percaya sama aku?"

"emang!"
"sekarang aja kamu udah bohong"
"ngapain sih datengin perempuan itu lagi? Belum puas? Dia udah jadi istri orang Ven! Kamu mau ngarepin apa lagi dari dia?!"

"kamu bisa ngomong kaya gitu karna kamu bukan aku!"
"kamu gak pernah ngerasain gimana rasanya di pisahkan sama seseorang yang berharga"

"mulai sekarang berhenti temui dia!"

"aku udah turuti kemauan kamu untuk jadi istri aku"
"soal aku temui Abil lagi atau enggak, itu urusan aku"
"ada anak aku disana"

Haven menjawab itu dengan tegas dan berlalu, meninggalkan Hayeon seorang diri disana

Tbc

You, the Baby and my God - Haechan NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang