13. Pergilah

1.5K 322 93
                                    

Halo, beb?🙂🙏🏻

***

Berita kematian Jonathan Hamilton menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru Belleza. Hellion langsung dituduh sebagai dalang pembunuhan. Tentu saja sang monster jadi sasaran empuk untuk disemati label tersebut lantaran saat ini hanya Hellion yang paling mampu menghabisi Jonathan. Pucuk keluarga Hamilton itu jelas mempunyai banyak musuh, tetapi dia bukanlah orang sembarangan yang dapat dilenyapkan secara mudah. Lantas Hellion ada di sana, menjadi kandidat paling kuat melakukannya. Ia menggenggam dendam sekaligus menguasai kemampuan mumpuni dalam mengirim seseorang ke neraka.

Jonathan mati di tangan Hellios; begitulah spekulasi yang pagi ini beredar dan disepakati semuanya.

Terbunuhnya Jonathan membuat Nathan terenyak. Ia kira kini tidak bisa lagi menyepelekan keberadaan si monster, membiarkannya berkeliaran dan seenak jidat memangkas jumlah anggota keluarga Colton tanpa sedikit pun perlawanan. Usai memarkirkan mobil di garasi, Nathan lekas berlari ke ruang pribadi sang ayah, hendak menanyakan apa sekiranya Dominic sudah punya solusi untuk menangkap Hellion. Rencana yang lebih serius dan tertata. Untuk urusan satu ini, Nathan harus menghadap Dominic seorang diri karena Jervis tidak pernah diberitahu perihal misi menemukan Hellion. Jervis tidak dilibatkan. Pernah sekali Nathan bertanya kenapa, tetapi Dominic malah suguhkan kebisuan. Diam yang jadi tanda bahwa Nathan tak lagi boleh mempertanyakannya.

Derap langkah yang terburu-buru bergema di sepanjang lorong, beradu dengan deru napas Nathan. Lelaki itu sampai di depan ruangan Dominic berselang setengah menit kemudian. Namun, ada yang janggal di sana; pintu ruangan sedikit terbuka dan sayup-sayup terdengar obrolan dua pria. Yang mana suara dua-duanya familier di telinga Nathan. Di dalam, yang sedang berbincang pastilah Axel dan Dominic. Semula, Nathan berniat mengetuk pintu, tetapi begitu sebuah tanya mengejutkan meluncur dari bibir Axel, Nathan beringsut menepi. Nathan memutuskan mencuri dengar. Bahasan Dominic dan Axel sepertinya sangat rahasia, dan Nathan amat mau mengetahuinya. Ini tentang Jonathan.

"Itu kau, 'kan?" tanya Axel.

"Apa?" balas Dominic.

"Yang membunuh Jonathan?"

Dominic tertawa sebentar, lantas menyesap rokok di jepitan jarinya. Melihat Dominic mengiyakan tanpa kata, Axel pun mendengkus keras.

Axel adalah salah satu orang terdekat Dominic. Selain merupakan saudara kandung, Axel juga jadi seseorang yang Dominic percayai dalam segala hal. Sampai ke sesuatu yang paling rahasia dari dirinya pun Dominic bagi kepada sang adik. Jika di hadapan orang lain ia akan pasang ekspresi dingin, mengintimidasi lawan bicara lewat tatapan, maka di hadapan Axel sikap berkebalikan yang ditunjukan; ramah dan murah senyum layaknya keluarga. Sisi hangat yang bahkan tak Nathan dan Jervis dapatkan dari Dominic.

"Bagaimana rasanya setelah berhasil membunuh seseorang yang sejak lama sangat ingin kau habisi, huh?" tanya Axel sembari mengusap-usap pinggiran gelas berisi teh hitamnya. Lelaki berkemeja abu dengan kain lengan digulung sebatas siku itu memaku tatap tak minat pada sang kakak yang duduk di sofa seberang.

"Biasa saja," balas Dominic. "Kau yang paling tau seberapa muak aku harus bekerja sama dengannya selama—" Ia menjeda sesaat untuk menghitung banyak masa yang telah dilewati sebagai rekan bisnis Jonathan, "tiga puluh tahun? Wah, aku cukup sabar juga ternyata. Ya, walau di setiap pertemuan kami aku selalu ingin meremukkan wajah brengseknya."

"Wajah brengsek yang dulu Rosaline cintai," ledek Axel sambil terkekeh remeh, membuat Dominic loloskan dengkusan. Sejurus kemudian Axel menghela napas, ubah ekspresinya jadi lebih serius. "Sebelumnya aku tak minat untuk tau alasan kenapa kau sudi membesarkan Nathan padahal dia bukan anak biologismu. Bahkan sampai memperlakukannya dengan cukup istimewa, menyayanginya lebih dari kau menyayangi Jervis yang notabene adalah putra kandungmu."

[✓] E N I G M A Where stories live. Discover now