02 › kamu yang kedua, aku yang pertama.

932 84 29
                                    

notes› harap hati-hati dan teliti, terdapat 6k word lebih dalam chapter ini.

conglomerate
diatas emas masih ada berlian

"bagaimana sekolah baru kamu.. bagus kan, Satria?"

Satria duduk dibangku makan bersamaan dengan sang baba yang telah menyelesaikan masakan makan malam untuk mereka berdua, "not bad. Baba sendiri bagaimana hari ini? butik ramai ya?" balasnya balik bertanya mengenai hari kedua sang baba di Jakarta yang mulai mengurusi butik.

sebenarnya mereka berdua sudah pindah dua hari lalu dan dua hari itu mereka gunakan untuk beristirahat serta menyiapkan kebutuhan.

"ya.. ramai dan untungnya pegawai baba cekatan dalam melayani pelanggan."

"baguslah."

hening setelahnya, karena keduanya sama-sama bingung harus membahas apalagi.

"baba, aku akan selalu mendukung apapun keputusan yang baba ambil."

sang baba termenung dikursi makanannya sembari menatap putra tunggalnya itu.

"jika memang sudah tidak bisa diperbaiki, lepaskan saja dan jangan bertahan hanya karena aku." lanjut Satria yang sendirinya menghindari tatapan sang baba.

"Satria.. baba baik-baik saja, jangan khawatir, okay?" sanggah sosok Levian Jorien, ia meraih dan mengusap punggung tangan Satria yang ada diatas meja makan, "your papa will come here soon."

"jangan memaksakan diri sendiri hanya karena ingin membuat aku tidak terbebani, ba."

conglomerate
diatas emas masih ada berlian

Pada kegiatan yang sama, keluarga kecil Hisavha tengah melangsungkan makan malam diruang makan dengan suasana hati tenang yang sepertinya hanya dirasakan kedua tuan besar Hisavha dan tidak dengan tuan muda Hisavha yang justru merasakan kegelisahan.

beberapa kali mencuri pandang pada sang kepala keluarga sebelum Kallaruna Hisavha itu berani meletakkan sendoknya di saat makan malam yang ada diatas piringnya belum habis.

"kenapa, sayang?" tanya si bubu yang duduk dihadapan Kallaruna, "apa masakannya tidak enak?"

Kallaruna menggeleng pelan kearah sang bubu, "enak.. hanya saja, aku ingin berbicara sebentar, Bu."

Bariel Joe mengangguk, "katakan saja, apa yang ingin kamu bicarakan?"

"aku turun, nomor dua.. ayah."

"lalu?" si ayah menoleh santai kearah Kallaruna yang menunduk, "apa yang kamu inginkan?"

"peringkat satu."

"Kallaruna." panggil sang ayah pelan membuat Kallaruna mendongak dan bersitatap dengan beliau.

"ayah, aku nggak suka ada dibawah orang.."

si ayah menghela nafas sembari menatap penuh sayang kearah pewaris tunggalnya itu, "kamu tidak akan selamanya berada diatas, Kallaruna, ingat pepatahㅡdiatas langit masih ada langit."

"ayah.."

"lagipula peringkat dua tidak seburuk itu."

Kallaruna menggeleng dengan ekspresi merengut tidak terima atas pernyataan sang ayah. "Tetap saja, ayah.. I'm under someone who even just joined my school, aku nggak suka." protesnya.

"Kallaㅡ"

"iya, nanti segera bubu bicarakan dengan kepala sekolah kamu, sayang." potong Bariel Joe sebelum suaminya memberikan ceramah panjang lebar pada putra tunggal mereka.

Conglomerate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang