13 › dipaksa, memaksa.

398 46 3
                                    

Set

"Akh!"

"Kamu sengaja gak dengerin aku ya?"

Kallaruna mencoba menghempaskan cengkraman Satria yang sayangnya terlalu erat mencengkram pergelangan tangannya, ia meringis sakit.

"Lepas! Kamu tahu nggak sih kalau ini sakit, huh?" Protes Kallaruna sebisa mungkin tidak menunjukkan kesakitannya.

"Makanya dengerin aku."

"Kenapa aku harus dengerin kamu? Memangnya penting'" Lagak remeh Kallaruna tunjukkan, "Nggak! kamu tuh sama sekali nggak penting, omongan kamu itu merugikan aku, kamu sama sekali nggak mikirin aku."

"Aku memikirkanmu, kamu pikir aku chat kamu bahkan telpon kamu itu apaㅡ"

"Gangguan, ya, kamu ganggu aku." Sela Kallaruna telak, menatap kesal ke arah Satria yang terlihat keras kepala, "Aku tuh nggak tahu maksud kamu seperti ini, yang aku tahu kamu hanyalah siswa baru yang mencoba mendekatiku dengan cara yang memaksa."

"Paksa? Kamu bilang aku maksa?"

"Iya, berapa kali aku harus bicara tentang ini?" Kallaruna berhasil melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Satria, "Kamu memaksa, aku benci itu."

Tanpa pikir panjang, Kallaruna pergi memasuki lift yang membawanya ke lantai letak kelasnya beradaㅡSetelah tadi ia baru kembali dari kantin tetapi tiba-tiba tertahan oleh Satria.

Ting!

Kallaruna melangkah kesal menuju ruang kelasnya, duduk di bangkunya dengan perasaan yang terasa mengganjal meski baru saja habis-habisan memaki seatmatenya.

Apa aku harus pindah tempat duduk? Pikir Kallaruna melirik kursi Satria yang masih kosong, karena ia dapat memastikan jika seatmatenya itu masih berada di lantai dasar.

"Butuh bantuan? Sepertinya punya banyak beban pikiran?"

Kallaruna menoleh dan mendapati Hassa yang berjalan dari arah bangku belakangnya, "Tukar."

Hassa mengrenyit bingung ketika Kallaruna membereskan alat tulis serta tas milik submissive itu sendiri, "Apanya yang ditukar? Oh, apakah kamu menukarkan tasmu dengan tasku?" Lumayan, tas Kallaruna kan Chanel.

Hhh, bodoh Batin Kallaruna kemudian beranjak dengan membawa tas dan alat tulis yang sempat ia keluarkan untuk mata pelajaran jam pertama, "Tukar kursi."

"ApaㅡApa-apaan, huh?" Hassa membulatkan matanya, "Nggak! Kenapa tukar? Satria mungkin akan marah nantiㅡ"

"Persetan tentang Satria yang marah nanti, sekarang aku hanya ingin bertukar tempat duduk denganmu." Kallaruna keras kepala, tanpa seizin Hassa pun ia melesat menuju bangku Hassa yang masih terdapat alat tulis serta tas teman dekatnya itu.

Hassa menyusul Kallaruna. "Tapi, RunㅡAku duduknya kan sama Gazza," Meski berbicara seolah menolak ajakan Kallaruna tukar tempat duduk, Hassa tetap membereskan alat tulis serta tasnya.

"Kenapa memangnya?"

Hassa mendekat lalu berbisik tepat pada telinga Kallaruna, "Gosip baru akan bermunculan."

"Aku tidak peduli, Sa." Kallaruna acuh, ia duduk di bangku Hassa setelah tas dan alat tulis milik submissive itu beres.

Hassa berdecih, "Memang ya, kamu nggak ada pedulinya tentang gosipmu yang selalu menyebar." Cibirnya.

"Untuk apa aku peduli? Itu hanya gosip sampah, mereka tidak tahu apa yang terjadi."

conglomerate
diatas emas masih ada berlian

Conglomerate Where stories live. Discover now